Bukan pertama kalinya lelaki seperti ku ini mendapatkan
hadiah dari orang lain. Ya, entah apa yang membuat ku mendapatkan semua itu,
tapi yang jelas aku berterima kasih untuk semua pemberian yang mungkin belum
pernah atau tak pernah ku balas.
Pernahkah engkau mendengar bahwa benda pemberian mencitrakan
keadaan orang yang memberikan hadiah tersebut? Adakah pengalamanmu tentang hal
itu? Aku ingin sedikit bercerita. Ketika kelas IX, aku pernah mendapatkan
sebuah hadiah dari seorang yang waktu itu sangat spesial bagiku, ya, pengisi
hati ini, dulu. Dia memberiku sebuah jam tangan, bagus menurutku dengan tombol
yang bisa membuka kacanya. Mungkin itu adalah hadiah pertama yang ku dapat dari
seorang gadis di luar konteks keluarga ku, sangat-sangat ku suka pemberiannya
itu. Suatu hari, terjadi kecelakaan kecil, salahku memang, jam tangan itu
bertumbukan dengan dinding yang menjulang ketika ku hendak melompat batas
sekolah, traakkk, kacanya pecah,
hubunganku kala itu baik-baik saja, ia tak pecah seperti jam tangan yang pecah
itu. Beruntung, teman ku punya orang tua yang ahli dalam memperbaiki jam
tangan, ku pasrahkan lah jam itu padanya dengan
penuh harap semua akan kembali seperti semula. Apa mau dikata, semua
takkan sama, jam ku terselamatkan , tapi dengan rasa yang berbeda dari
sebelumnya. Tak berapa lama setelah itu, hubunganku berakhir.
Memang tak secepat
dan sesederhana di sinetron hingga akhirnya terungkap apa makna dibalik sesuatu
yang terjadi pada benda tersebut. Banyak cerita di balik itu semua, tapi
mungkin hal itu bisa dijadikan tanda
terhadap si pemberi, terlebih ketika dia memberikan benda tersebut dengan penuh
perasaan.
Kejadian serupa juga ku alami ketika aku berada di kelas XI
SMA, aku punya sebuah jam tangan, begitu spesial bukan karena harganya
melainkan karena jam itu adalah pemberian dari seorang gadis yang spesial pula
kala itu. Sebuah jam yang membuatku merasa selalu dalam gandengan tangannya,
sebuah jam yang seringkali mengingatkan setiap detik waktu yang berlalu dengan
atau tanpa dirinya. Aku memang tak sering keluar bersamanya, maklum lah, dia
adalah kakak tingkat yang sibuk mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional dan
SNMPTN, hanya semangat yang aku berikan padanya walaupun hanya melalui pesan
singkat dan cakap-cakap beberapa saat tak terkecuali ketika aku melaksanakan
pembinaan untuk OSN. Jam yang ia berikan hilang, ya, hilang, aku lupa
menaruhnya di kran air ketika wudhu di masjid SMA ku, hanya beberapa saat
setelah aku meninggalkan masjid dan jam itupun raib. Ku cari di sekitar tempat
wudhu itu, tapi tak ada hasil yang memuaskan, jam itu sudah tak ada, mungkin
sudah diambil oleh anak-anak SMP yang sore itu berkeliaran di area masjid,
hanya bisa ku ikhlaskan jam itu, semoga bermanfaat bagi yang menemukan. Kecewa,
pastilah, terlebih untuk dia yang memberikanku jam itu walaupun kata kecewa tak
pernah terucap secara langsung dari bibirnya, tapi dapat dirasakan kekecewaan
itu ada, terasa. Aku emang tak terikat status pacar atau apalah itu dengan nya, tapi kami cukup sadar dengan
perasaan kami masing-masing, saya suka dia, dan dia pun menyukai saya, hingga
akhirnya hubungan kami berakhir karena satu atau beberapa alasan, hilangnya
hubungan kami turut serta mengikuti hilangnya jam tangan yang ia berikan,
mungkin sudah menjadi sebuah pertanda J
Tak ada yang salah dengan memberi hadiah, terlebih kepada
orang yang memang kita suka, sayang, bahkan cinta. Mungkin lewat hadiah itulah
kita bisa tetap diingat karena selalu ada potongan memori disetiap hadiah yang
diberikan, entah tentang waktu pemberiannya, suasana pemberiannya, atau apalah
itu, pasti ada sesuatu yang terekam bersama dengannya. Dia lah saksi bisu sebagian
dari seluruh kenangan yang mungkin kamu punya, dia tetap menyimpan cerita yang
siap dikenang ketika kita ingin.
saya juga kemaren kehilangan jam waktu ambil air wudu. semoga gak ada apa" tetap baik" saja kedepannya. :( aamiin
ReplyDeleteSemoga. Karena seringkali sesuatu tidak tejadi tanpa alasan
Delete