Selasa, 8 Januari 2013
Ini adalah mimpi yang agak aneh menurut saya. Mimpi ini dimulai dengan saya yang memanjat
sebuah gundukan tanah, tak tinggi memang hanya sekitar 2 meter ketika saya sampai
di puncak, terlihat pemandangan berupa sumber mata air dan anehnya saya merasa
bahwa saya berada di kampus tercinta, kampus ganesha ITB. Tak butuh lama
setelah saya di puncak saya berucap
“Walaupun kami
berpijak di tanah(tempat) yang berbeda, kami punya cara kami sendiri untuk
membanggakanmu”,
sembari melihat ke hamparan sumber mata air banyak
orang-orang yang baru saja memanjat gundukan tanah tersebut. Aku pun berjalan
menyusuri sumber mata air yang luas hingga akhirnya ku temui seorang pak tua
yang membeli dan menjual batu. Ia tak sendirian, ditemani beberapa orang yang
sepertinya perempuan, tapi tak jelas seperti apa mereka. Dari pertemuan tanpa
percakapan tersebut aku bergegas pergi, aku mencari batu, untuk ku jual ke pak
tua tersebut .Sampailah aku di pantai, begitu cepat aku berpindah tempat dan
dengan mudahnya aku. Sekantung batu sudah ada dalam pikulanku, kembalilah aku
menemui bapak tua itu, ku berikan sekantung batu itu dan dilihatlah isinya. “Lho
mas, kalau ini (batu yang tak terlalu besar beraneka warna nan indah) mah
enggak bisa (bapak ini menjual batu kerikil), tapi saya punya yang seperti ini
di rumah, mau lihat? Aku pun tanpa meragukan ajakan bapak itu mengiyakannya dan
berangkatlah kami.
Tau kah kamu kemana kami selanjutnya ? Gubuk tambal ban.
Entah kenapa bisa sampai di sana tapi pak tua tersebut membawa saya ke sana dan
ternyata ada seorang gadis yang sudah menunggu, gadis yang tak terlalu jelas
bagaimana paras wajahnya, tapi saya tahu bahwa dia berambut pendek, cucu pak
tua tersebut. Setelah beberapa saat di gubuk tersebut dan setelah obrolan yang
tak saya ketahui antara saya dan cucu pak tua tersebut saya pun diajak ke rumah
pak tua tersebut.
Bukan kumpulan batu yang diberikan kepada saya melainkan
jamuan berupa minuman. Entah, apa yang membuat saya terlena hingga tak
mengungkit soal batu yang dimiliki pak tua tersebut. Rumah pak tua tersebut tak
terlalu besar, tapi rasanya tak terlalu asing bagi saya. Saya ingat ketika itu
saya duduk di ruang tengah dan disana saya melihat ada beberapa orang sholat
berjamaah di dalam lorong. Entah apa maksud dari penglihatan saya tersebut.
Tiba-tiba muncullah gadis dengan rambut pendek yang saya temui di gubuk tambal
ban sebelumnya, di mendekat dan terus mendekat seakan kami telah lama mengenal.
Entah dia menjadi representas siapa dalam mimpi saya kali ini, tapi yang jelas
tanpa mengabaikan bahwa dia orang asing saya pun dengan mudahnya jatuh hati
padanya, saya rasa dia pun demikian. Tak ada jam dinding disana, tapi dalam
pikiran saya tergambar jelas bahwa waktu itu kurang dari pukul 11.00, saya
hendak berpamitan, tapi pak tua tersebut malah mengajak saya
“Ikut saya nyembelih kambing yuk nak, buat slametan pondok
pesantren mbaknya”,
Eentahlah, ternyata gadis tersebut memiliki pondok
pesantren. Belum jam 11.00, rasanya pukul segitu saya harus mengerjakan
sesuatu,
“ah, belum jam 11.00”, pikirku
“Iya, pak”, ku iyakan ajakan bapak tersebut.
Dibawanya aku ke sebuah kolam dan disembelihlah kambing
tersebut. Tau kah kamu apa yang bapak itu lakukan? Daging kambing tersebut
langsung dilempatkannya ke dalam kolam, mungkin itu adalah kolam bumbu untuk
memasak, tapi salah satu kejanggalan yang ada adalah kolam sebesar itu hanya
ada satu kambing untuk disembelih? Pertanyaan ini baru muncul ketika saya
mengetik cerita ini.
Setelah itu saya melihat cucu pak tua tersebut sedang ada di
teras rumahnya, ku dekati lah dia, berbagi sedikit obrolan, tak ada lagi yang
ku kenal (baca: tau) selain dia dan pak tua hingga akhirnya aku tau bahwa dia
adalah mahasiswa di salah satu
universitas di Jombang.
Dalam kedipan mata, tiba-tiba sya sudah berada di dalam
rumah yang amat megah. Banyak orang di sana dan salah satunya adalah dia, gadis
cucu pak tua. Dia di samping ku, menemaniku yang hanya duduk menikmati lalu
lalang pelayan dan penjaga stan yang ada di sana.
Tak jauh dariku, terlihat ada anak muda yang sedang
berbincang dengan gadis-gadis, dia adalah ibu
dari gadis yang ada di sampingku.
dari gadis yang ada di sampingku.
“Ayo, coba tebak, berapa usia tante”
“47”, sahut salah satu gadis
Ah salah…
Tiba-tiba percakapan sampai disitu, berbeda dengan anaknya,
dia memiliki rambut yang panjang dan dia adalah seorang event organizer terlihat
dengan adanya stan di dalam ruangan tersebut berhiaskan fotonya. Ku lihat HP ku
dan kudapati pesan singkat dari gadis cucu pak tua tersebut menanyakan
universitas mana yang bagus, A atau B,tak sempat ku menjawab pesan tersebut
karena setelah itu mama gadis tersebut bertanya padaku tentang kampusku dan ku
jawab lah pertanyaannya walaupun ku tak tau jelas apa pertanyaan dan jawaban
saat itu. Anehnya, seketika setelah saya menjawab pertanyaan tersebut
berbondong-bondong mahasiswa dari kampus saya datang mengenakan jaket himpunan,
mungkin mereka diundang.
Hampir sampai pada bagian akhir, papa dari gadis tersebut
memanggilku,
“Nak, tolong ambilkan om air”
“Iya om”
Ku ambil gelas om itu
“Lho, pake gelas om?”
“Iya om”
Sayapun berjalan menuju meja minuman untuk mengambil segelas
kopi untuk om tersebut, di meja tersebut terdapat gula, minuman, sendok dengan
bentuk yang tak jelas dan berbagai hal yang tak jelas tergambarkan. Tiba-tiba
ada orang yang berteriak,
“hei, bukan gitu caranya ambil gula” dia berteriak kepadaku
“Lihat meja sampai begini”
Dia pun mendorong meja tersebut hingga aku juga ikut
terdorong. Merasa tak bersalah, aku pun mendorong balik meja tersebut hingga
mengenai orang tersebut. Suasana menjadi kacau, orang-orang di pesta tersebut
menatap kami, tak terkecuali pap gadis itu. Entah kekuatan apa yang dia dapat,
dia mendorongku dengan sangat keras hingga ku hampir terjatuh. Ku ambil garpu
yang ada di meja untuk ku tancapkan di kepala orang tersebut tapi..
“Dor…” suara tembakan menggema dalam ruangan, leherku berdarah,
nampak jelas seorang lelaki mengarahkan pistolnya ke arahku, papa gadis cucu
pak tua.
“Nak, nak, nak, taukah kamu siapa dia? Jangan cari masalah dengan
dia, dia adalah petinggi POLRI jaman presiden Habibi” teriak salah satu
undangan
“Diam kau”, lelaki itu mengarahkan pistolnya ke undangan
yang berteriak kepadaku.
“Bu…bawa bapak itu keluar”, ucapku kepada seorang ibu yang
juga diundang dalam pesa tersebut. Dia adalah orang terdekat yang bisa ku ajak berbicara
ketika ku terjatuh, tersungkur ke lantai setelah mendapatkan satu tembakan di
leher.
….
Aku pun terbangun dengan kucuran keringat di hampir seluruh
tubuh.
:O bisa-bisanya seperti itu :O
ReplyDeletekalo ga salah itu mimpi sabotase (jenisnya)
Maksudnya mimpi sabotase?
ReplyDelete