Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Cerpen

Cinta 1/3

“Hati-hati”, kata temanku. Aku tak begitu paham apa maksud temanku waktu itu. Yang jelas, saat itu semua temanku sudah beranjak pergi meninggalkan kami berdua saja. Aku dan Angga, lelaki yang coba untuk ku benci tapi selalu gagal saat kucoba. “Masih lama jemputannya?”, dia bertanya singkat sambil memandangku. Apa-apaan sih ini orang, pandangannya itu lho, bukan pandangan seseorang yang sudah punya pacar! Dia kira aku bisa jatuh lagi ke pelukannya? Iya! Aku mengakuinya, aku pernah jatuh ke dalam pelukannya, dengan sadar, tanpa paksaan, dan dengan begitu banyak kenyamanan walaupun aku sadar, aku pasti tidak akan bisa menjadi seseorang yang secara de jure dan de facto menemani dia. Dia sudah memiliki pasangan. Sedih ya jadi aku. ** “Masih, mungkin sejam lagi.”, Jawabku singkat. Aku berharap dia mendiamkanku dan hanya menemaniku duduk saja. Tak lebih. Bukan karena aku tak mau, tapi aku tak mampu. Tak mampu untuk menahan kenyataan bahwa dia adalah lelaki yang aku inginkan, lebih-lebih

Tragedi Kampung Tendela

“Hantu..Hantu..hantu..”, teriak pemuda kurus itu ketika melihat sebuah kepala menggelinding melintasi jalan kuburan sore itu .                 Sudah beberapa hari ini suasana kampung Tendele kian mencekam. Jalan-jalan di sudut kampung yang biasanya ramai lalu lalang orang ketika petang menjelang kinj berubah menjadi sepi sunyi. Bukan tanpa alasan suasana yang dulunya membuat anak-anak kecil di daerah itu bermain dengan riang kini malah bersembunyi di balik kaki ibu mereka. Rumor mengenai hantu kepala gelinding makin santer saja.                 Waktu menunjukkan pukul 17.55, di sekitaran waktu inilah hantu kepala gelinding pertama kali terlihat oleh warga yang melintas di kuburan Tendele, tak sengaja memang, ia baru saja pulang dari mencari rumput untuk sapi-sapinya yang gemuk-gemuk itu, Pardi, nama lelaki itu. Bersama sepeda butut yang selalu setia menemaninya ia melintasi jalan di tengah kuburan itu. Ada yang aneh memang, biasanya dia bertemu dengan beberapa orang yang juga p

Belajarlah Wahai Anak Muda!

Dahulu kala hiduplah seorang lelaki tua bernama Doyanta yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reot di samping sungai. Tak ada yang bisa dibanggakan dari rumahnya, hanya sebuah gubuk dari bambu yang mungkin akan dengan mudah diterbangkan oleh angin pada zaman sekarang, betapa tidak, peti kemas saja yang begitu berat di Tanjung Priok bisa roboh tertiup oleh angin di zaman yang sudah edan ini. Rumah nya tak begitu besar malah dapat dibilang kecil, tak ada penerangan selain lilin kecil yang memberikan sedikit pencahayaan ketika malam hari selain rembulan yang terkadang pun pergi meninggalkan dirinya. Hidupnya sepi, sendiri, tak ada yang tau bagaimana masa lalu lelaki tua tersebut. Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk merebahkan tubuhnya yang kurus kering itu di kursi yang tak jauh lebih gemuk dari butuhnya, mungkin sama ringannya. Matanya menerawang jauh menembus hutan, gunung, dan mungkin lautan. Beberapa waktu dia asyik hidup dalam dunianya sendiri, lalu lalang

Aku, Gadis Berambut Pendek, dan Sebutir Peluru

Selasa, 8 Januari 2013   Ini adalah mimpi yang agak aneh menurut saya.   Mimpi ini dimulai dengan saya yang memanjat sebuah gundukan tanah, tak tinggi memang hanya sekitar 2 meter ketika saya sampai di puncak, terlihat pemandangan berupa sumber mata air dan anehnya saya merasa bahwa saya berada di kampus tercinta, kampus ganesha ITB. Tak butuh lama setelah saya di puncak saya berucap “Walaupun kami berpijak di tanah(tempat) yang berbeda, kami punya cara kami sendiri untuk membanggakanmu ”, sembari melihat ke hamparan sumber mata air banyak orang-orang yang baru saja memanjat gundukan tanah tersebut. Aku pun berjalan menyusuri sumber mata air yang luas hingga akhirnya ku temui seorang pak tua yang membeli dan menjual batu. Ia tak sendirian, ditemani beberapa orang yang sepertinya perempuan, tapi tak jelas seperti apa mereka. Dari pertemuan tanpa percakapan tersebut aku bergegas pergi, aku mencari batu, untuk ku jual ke pak tua tersebut .Sampailah aku di pantai, begitu cepat

Satu Hati

Film title: Satu Hati   ENDING:   (Aku berlari kesana, ke tempat dimana kita dulu duduk berdua, dalam kebingungan ku mencarimu.) (Kau tak ada disepanjang mataku memandang, ku tak melihat sosokumu sama sekali) (Suara anak kecil, sinar matahari sore, hiruk pikuk kota di sore hari bercampur menjadi satu menambah kebingunganku) (Kamu dimana? Kenapa kamu menghilang)   *Lalu ku duduk ditempat kami menghabiskan sore berdua tuk yang pertama kalinya.   Aku: Argg....kamu kemana as? AKu bahkan belum sempat ngomong yang sebenernya sama kamu, aku bahkan belum ngomong tentang isi hatiku sama kamu. Kenapa kamu pergi? Bahkan kamu gak ngasih seucap kata buat aku. Kamu pastitau setelah kamu pergi kita pasti sult banget buat ketemu, pasti butuh waktu yang nggak sebentar buat kita biar bisa ketem. Kamu pergi bukan buat waktu yang sbentar as? Tp kenapa kamu pergi tanpa ngucapin sepatah kata? Kenapa Kamu pergi sebelum aku mampu ngungkapin semua.   (hari semakin sore, dan hujan mulai turun...tetes....demi te