Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn.
Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.
Mendapatkan Pekerjaan di Belanda
Sebenarnya, tidak ada alasan khusus kenapa harus Belanda. Alasan utama aku mencari kerja di luar negeri adalah agar bisa haji lebih awal. Dulu aku pernah tuliskan tentang proses pendaftaran haji reguler di Indonesia di postingan ini, dan kami rasa, 30 tahun adalah waktu tunggu yang terlalu laa. Memang, ada beberapa opsi yang bisa dipilih:
- Daftar haji plus, yang mana lebih mahal dan masih harus menunggu 5-10 tahun
- Daftar haji furoda, yang mana berisiko dan mahalnya tidak karuan
- Haji dari luar negeri
Keajaiban di Jalanan yang Berliku
Setelah memantapkan pilihan untuk haji dari luar negeri, aku melakukan riset negara mana yang memungkinkan untuk berhaji lebih cepat. Secara umum, ada dua area yang memungkinkan: Jepang dan Eropa. Alhasil, aku memulai perjalanan pencarian kerja dengan apply ke lebih dari 100 perusahaan yang tersebar di Jepang, Belanda, German, Estonia, Ireland, Spanyol, dan lain sebagainya. manapun yang menerima, selama masih ada kemungkinan haji lebih cepat, aku masih usahakan. Ada beberapa website yang kupakai untuk mencari pekerjaan yang memberikan visa sponsorship ataupun relocation package:
- https://relocate.me/
- https://www.tokyodev.com/
- https://japan-dev.com/
Pikirku, di usia yang masih kurang dari 30 tahun, sepertinya opsi ketiga bisa jadi pembuka kesempatan yang lain, dan semoga bisa dicatat sebagai ibadah karena memang, tidak mudah. Untuk pertama kalinya, aju mengirimkan lamaran kerja pada tanggal 19 Juli 2023, dan hampir setiap hari selama beberapa minggu kedepan, aku mengirim lamaran ke berbagai tempat. Melelahkan, bukan hanya ke fisik karena harus melotot ke layar dan memilih dengan seksama untuk lowongan yang memberikan visa dan relocation support, tapi juga lelah mental karena rejection yang diterima.
Ada kalanya, rejection itu sedikit banyak mempengaruhi kepercayaan diri, tapi toh memang, kalau bukan rejeki ya tidak akan datang, dan kalau memang rejeki, pasti akan datang setelah diusahakan. Hal itu yang aku amini.
Ada beberapa perusahaan yang lanjut hingga beberapa interview, beberapa diantaranya bahkan, kulakukan saat harus menemani anakku opname di rumah sakit. Pikirku saat itu, harus segininya? Tapi, sepertinya memang itu salah satu bagian dari cerita ini, karena, di minggu pertama September 2023, aku sudah tandatangan kontrak di salah satu perusahaan yang interviewnya kulakukan di rumah sakit, malam hari, sambil menemani anakku.
Hanya dalam 1,5 bulan sejak pertama kali mengirimkan lowongan, aku sudah tandatangan kontrak untuk bekerja di perusahaan yang akan membantu mengurus visa dan juga membantu rekolasi. Kalau bukan keajaiban, lalu apa? Alhamdulillah. Saat aku bercerita ke keluarga besar kalau akan pindah ke Belanda dalam 1-2 bulan, semuanya kaget. Akupun demikian, tapi ternyata memang begitu jalannya.
Mempersiapkan Keberangkatan
Setelah kabar gembira tentang kontrak, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengurus keseluruhan administrasi untuk mendapatkan visa. Sebagai seorang yang tinggal di kabupaten di Jawa Timur, pengurusan visa ini sedikit banyak cukup merepotkan karena artinya harus ke kedubes di Jakarta yang jauh jaraknya dan mahal biayanya. Apalagi, proses tersebut harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang mengajukan visa.
View stasiun MRT dari JS Luwansa Hotel |
Sebelum itu pun, dokumen seperti akta kelahiran dan buku nikah, harus dilakukan terjemah tersumpah dan di apostile. Beruntung, proses untuk apostile jadi lebih mudah karena bisa dilakukan melalui web https://apostille.ahu.go.id/ dan nanti tinggal diambil di Surabaya. Yang jadi PR, untuk buku nikah, harus melakukan legalisasi di Jakarta.
Menyempatkan ke Malah Dicubo sebelum meninggalkan Indonesia |
Namun, ya sudah, anggap saja jalan-jalan sebelum berangkat ke Belanda sekalian say good bye ke teman-teman pas kuliah di Bandung dulu.
Menyempatkan ke kampus gajah |
Menginjakkan Kaki di Belanda
Setelah mendapatkan visa, yang tersisa adalah berangkat ke Belanda. Tidak banyak barang yang aku bawa, seperlunya saja, tapi tetap saja akhirnya ada tiga koper yang harus dibawa dari bandara ke tempat tinggal sementara yang disediakan oleh kantor. Oh iya, salah satu alasan mengapa kami sekeluarga dengan lebih ringan pindah adalah kami tidak punya tanggungan berupa KPR dan sebagainya. Kami belum beli rumah, jadi selama ini masih ngontrak. Ternyata, hal ini lebih memudahkan karena tidak ada yang perlu dipikirkan untuk dimaintain dari kejauhan.
Pagi itu, di Bandara Schiphol, Rezzy sudah menunggu untuk mengantarkan kami ke tempat tinggal sementara yang ada di Rotterdam. Namun, karena baru bisa check in sore, akhirnya jalan-jalan dulu ke Amsterdam untuk melihat suasana kota, ke kantor booking.com, dan ke perpustakaan.
Terima kasih Zyyy |
Ketemu Kak Fawwaz di kantornya |
Sebagai orang yang baru pertama kali ke Belanda, walaupun sudah baca-baca dan lihat video di youtube tentang transportasi umumnya, tetap saja kebingungan. Untung waktu itu dibantu Rezzy untuk perjalanan dari Amsterdam hingga sampai di tempat tinggal sementara di Rotterdam. Waktu itu langsung beli OV-Chipkart, semacam kartu elektronik untuk transjakarta, walaupun sebanarnya kalau punya kartu debit/kredit yang support NFC seperti Jenius, bisa langsung dipakai saja dan lebih praktis karena tidak ada minimum saldo yang harus tersedia.
Petualangan Mencari Rumah
Setibanya di Belanda, perkara yang tidak kalah memusingkan adalah mencari rumah. Rumah ini jadi hal mendasar karena berujung ke banyak hal. Punya rumah yang bisa didaftarkan ke Gementee atau kantor kota setempat, adalah syarat untuk mendapatkan BSN, semacam NIK kalau di Indonesia. BSN ini diperlukan utuk berbagai keperluan lain seperti mendaftar asuransi kesehatan (wajib) maupun membuka rekening bank. Jadi, punya tempat tinggal walaupun sementara ini sangat penting. Beruntung, kantor memberikan bantuan berupa apartment sementara selama satu bulan supaya bisa mengurus BSN dan mencari rumah permanen.
Suasana tempat tinggal sementara |
Masalahnya, di Belanda sedang terjadi housing crisis yang mana artinya, susah sekali untuk mencari rumah. Beda dengan di Indonesia yang kalau mau ngontrak tinggal WA dan was wes wos bayar selesai, di sini, harus lewat agen dan ada jadwal kunjungan. Dalam sebuah kunjungan, bisa ada beberapa orang yang datang dan nanti harus membuat penawaran. Biasanya juga, akan ada minimum gaji yang diperlukan kalau sendiri atau berkeluarga. Plus, ada deposit yang harus dibayarkan di awal sebagai jaminan kalau terjadi apa-apa. Bayangkan betapa repotnya, baru pertama ke Belanda, tapi harus mengalami pusing yang demikian. Untuk mencari rumah yang bisa dikontrak, ada dua website yang dulu aku pakai:
- https://www.funda.nl/
- https://www.pararius.com/apartments/rotterdam
Lagi-lagi, beruntung dari kantor ada bantuan agen yang membantu untuk mencarikan rumah permanen. Tetap harus kunjungan, tapi dalam 3 minggu sejak sampai di Belanda, sudah dapat rumah permanen yang mana itu termasuk cepat. Per tanggal 1 Desember 2023, kami pun sudah pindah dari tempat tinggal sementara ke tempat tinggal permanen.
Culture Shock di Belanda
Apabila perihal rumah sudah terselesaikan, yang perlu diperhatikan setelahnya adalah perihal gegar budaya. Pasti ada banyak hal yang berbeda dari Indonesia, tapi kalau belum mengalami sendiri ya masih akan terkaget-kaget.
Pertama, di sini gampang sekali tercium bau g a n j a. Jalan sedikit apalagi di pusat kota dan turis, bau g a n j a ini bakal mudah tercium karena memang legal dijual dan digunakan. Toko-toko yang menjualnya pun gampang ditemukan. Nah, di sini ada yang namanya kafe dan coffeshop. Kalau kafe, itu tempat untuk ngopi dan nongkrong sedangkan untuk coffeshop itu untuk flying high.
Kedua, posisi jalan di ada di sebelah kanan. Berbeda dengan di Indonesia yang kalau jalan ada di sebelah kiri, di sini justru di sebelah kanan. Awal-awal datang ke sini masih sering salah dan sering melawan arah jadinya hampir nabrak orang lain.
Bersepeda juga di sebelah kanan |
Ketiga, transportasi umum sangat bisa diandalkan. Semua bisa dicek rutenya dari mana ke mana, sampai kapan dan berapa lama bahkan sampai biayanya. Ada beberapa transportasi umum yang lazim ditemui: bus, tram, metro, dan kereta. Ada sih kapal, tapi hanya untuk area-area tertentu saja.
Tram yang sedang lewat. Kode 21 arah Woudhoek |
Informasi kapan tram akan tiba di tempat pemberhentian |
Nah, untuk tahu rute, jadwal, dan biaya, ada yang namanya https://9292.nl . Website dan aplikasi ini bisa memberikan informasi detil hanya dengan berbekal lokasi asal dan tujuan.
Contoh detil rute, jadwal, dan biaya kereta |
Keempat, janjian terlebih dahulu sebelum ke kantor pemerintahan. Mau mengurus sim? Mau rekam sidik jari? Mau ambil kartu tinggal? Semua harus lewat janjian terlebih dahulu. Tidak bisa kita tiba-tiba datang seperti di Indonesia. Jadi, kita harus menentukan kapan mau datang dan jam berapa, baru kita bisa mengurus keperluan yang kita inginkan.
Kelima, toko-toko tidak buka sampai larut malam. Kalau di Indonesia banyak supermarket yang buka sampai malam bahkan 24 jam, di sini tidak. Biasanya supermarket akan tutup jam 9 malam, toko-toko yang lain pun akan demikian. Mungkin ada beberapa yang masih buka berupa kafe, tapi ya untuk nongkrong saja. Jadi kalau tiba-tiba malam-malam lapar, ya makan roti saja. Jadi, bisa dibilang, setelah jam 10 malam, di luar rumah sudah sangat sepi.
Biaya Hidup di Belanda
Bagi banyak orang, bagian ini pasti yang paling dicari-cari. Sayangnya, bagian ini juga yang sangat bisa bervariasi bergandung pada keadaan masing-masing seperti apakah ke sini sendiri atau dengan keluarga. Bekerja atau kuliah pun bisa jadi akan jauh berbeda. Namun, ada beberapa pos pengeluaran yang mungkin bisa memberi gambaran umum tentang biaya hidup di Belanda.
- KontrakanBisa dibilang, pos pengeluaran kontrakan ini adalah pos terbesar. Sendirian dan bersama keluarga bisa terasa jauh berbeda. Hal yang sama pun jika tinggal di kota besar atau di pedesaan. Di kota seperti Rotterdam, rata-rata biaya kontrakan perbulan bisa di angka 900-2000 Euro sebulan bergantung pada lokasi, jumlah kamar, akses, dan lain sebagainya.
- Asuransi kesehatanAsuransi kesehatan di Belanda hukumnya wajib bagi semua orang dewasa di atas 18 tahun. Untuk anak di bawah 18 tahun, tidak ada biaya dan ditanggungkan ke orangtuanya. Biasanya, biaya untuk asuransi kesehatan dimulai dari 150 Euro. Bisa lebih mahal jika menambah paket lain seperti untuk dokter gigi, cakupan di luar negeri, dan lain sebagainya.
- Listrik dan GasPos ini sangat bergantung pada penggunaan, tapi bisa dibilang range 75-150 euro masih di angka masuk akal terutama saat winter yang perlu menyalakan penghangat.
- Air: 25 euro sebulan
- InternetBeda penyedia layanan bisa beda harga. Rata-rata ISP di sini menwarkan di harga mulai dari 40-50 euro sebulan.
- Belanja bahan masakanKalau mau hemat, memang belanja bahan masakan sendiri adalah kunci. Di sini, harga beras 4.5KG dijual di kisaran harga 5.5 Euro. Daging bisa dibilang cukup murah, bisa sama atau bahkan lebih murah dari di Indonesia, beda cerita dengan sayuran yang relatif lebih mahal. Kalau dibuat sederhana, bisa dibilang untuk belanja bahan masakan di angka 250-400 Euro sebulan.
Sayuran yang dijual di pasar - Lain-lainKita bikin simple 250 euro saja untuk makan di luar dan entertain lain.
Hitung-hitungan kasar semua komponen di atas, kalau diambil rata kiri, sebulan total pengeluaran bisa di kisaran angka 1700 euro. Kalau dirupiahkan memang kelihatan mahal, tapi ingat bahwa di sini, UMRnya di kisaran 2240 euro. Jadi masih ada 500 euro yang mungkin bisa ditabung. Nah, kalau 500 euro tadi dirupiahkan, kira-kira di angka 8,5juta, lumayan kan?
Minimum wage di Belanda |
Setelah Bekerja 1 Tahun di Belanda
Secara keseluruhan, tinggal di Belanda selama satu tahun ini jadi pengingat untuk lebih bersyukur. Memang, di manapun selalu akan ada pros dan cons, tapi sebagai pekerja dan orang tua, rasa-rasanya tinggal di Belanda lebih banyak prosnya. Yang aku amati di sini, untuk hidup layak dan nyaman, tidak perlu menjadi orang yang super kaya karena hal-hal mendasar seperti air yang layak minum, udara yang bersih, transportasi publik yang terknoneksi dengan baik, dan infrastruktur yang mendukung untuk berjalan maupun bersepeda, tersedia untuk semua kalangan. Jadi, tidak perlu yang namanya beli mobil untuk sampai ke suatu tempat, tinggal naik transportasi umum.
Dari sisi pekerja pun, beruntung selama satu tahun di Belanda ini tidak pernah yang namanya merasakan burn out atau ndas mbledos saat bekerja karena memang beban kerjanya sesuai, semua orang (di kantor) menghargai work life balance, dan tau batasan. Memang ada masa sesekali buka laptop di weekend, tapi ada kompensasi day off setelahnya. Jadi bisa dibilang, kalau sudah jam 5 sore, ya sudah, kerjaan bisa menunggu untuk dibahas esok hari.
Masih terkait pekerjaan, karena di kantor mayoritas adalah ekspat, jadi bahasa utama adalah Bahasa Inggris. Kalau untuk percakapan dan tulisan sudah bisa, rasanya, bisa dengan mudah survive di Belanda mengingat negara ini adalah negara peringkat atas Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Jalan-jalan ke kantor pusat di Swiss |
Sebagai seorang muslim, tinggal di Belanda rasanya juga memberikan beberapa kemudahan tambahan. Memang, jumlah masjid tidak sebanyak di Indonesia, tidak ada adzan yang terdengar 5 kali sehari, tapi untuk perkara sholat jumat ada masjid Turki atau Maroko yang bertebaran. Untuk mencari daging halal pun sangat mudah, bersepeda 10-15 menit saja sepertinya bisa menemukan toko daging halal jika di kota besar. Selain itu, nuansa muslim di sini juga masih sangat umum di lihat. November lalu sempat ke Swiss untuk perjalanan bisnis, jika dibandingkan, jumlah orang yang memakai kerudung di Belanda bisa dibilang sangat jauh lebih banyak, tentu ini jadi salah satu hal yang membuat diri lebih merasa di rumah. Yang paling penting, dengan tinggal di Belanda, kesempatan untuk umroh mandiri bisa dengan mudah dilakukan karena bisa mengajukan eVisa dan juga, kesempatan untuk berhaji lebih awal insyaallah di depan mata, aamiin.
Umroh mandiri sekeluarga |
Wisata ke Turki setelah umroh |
Jika soal makanan, memang, tidak mudah mencari makanan Indonesia yang otentik, walaupun bukan berarti tidak ada. Beruntung, dengan transportasi publik tadi, kalau mau cari makanan Indonesia yang otentik, bisa langsung ke Den Haag, atau kalau mau cari yang mirip-mirip, bisa melipir ke warung Suriname.
Rendang TOP di Warung Lapek Den Haag |
Tentu dibarengi Es Cendol Duren |
Makan Besar di Warung Gareng (Suriname) di Rotterdam |
Namun, yang perlu diingat, sekali sampai di Belanda, kita sudah sangat jauh dari Indonesia karena secara letak pun, sudah di bumi bagian lain. Jauh dari keluarga besar tentu adalah cons yang tidak bisa ditawar. Kadang, pikiran-pikiran tertentu hinggap dan berujung pada overthinking. Kalau sudah begitu, yang bisa dilakukan ya berpasrah diri dan berdoa saja karena tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Kalau dipikirkan terus, yang ada bisa gila terlebih kalau sudah musim dingin, sinar matahari sedikit dan sangat rentan terkena depresi.
Setahun kebelakang, belum pernah sekalipun pulang ke Indonesia karena tiket sangat mahal. Kalau pergi di waktu murah, terbentur jadwal yang tidak tepat. Untungnya sekarang ada video call, paling tidak bisa melihat wajah keluarga, tidak terbayang bagaimana jaman ketika belum ada teknologi dahulu.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu