Situ Cileunca?
Bagi sebagian orang—terutama pendatang—mungkin
wisata alam Situ Cileunca kurang akrab di telinga. Namun jangan salah, wisata
alam yang didukung oleh pemerintah Kabupaten Bandung ini cukup layak untuk
dijadikan salah satu destinasi liburan bersama orang tersayang maupun dengan
kawan. Terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, sekitar 50 KM dari
pusat kota Bandung, Situ Cileunca memiliki berbagai tarik yang dapat menggugah
minat wisatawan untuk datang ke sana.
Perjalanan Ke Situ Cileunca
Hari ini, kami (saya dan awan
saya) memulai perjalanan dari daerah Dipati Ukur pada pukul 10.00 WIB berbekal
peta kasar yang saya unduh dari google
maps. Walaupun HP saya memiliki fitur GPS, tapi nampaknya ada kendala lain
yang menyebabkan GPS tidak bisa berfungsi, pulsa habis, hehe. Mau tidak mau ya
dengan peta yang ada kami menyusuri jalanan kota dan kabupaten bandung untuk
sampai pada tempat yang kami inginkan tersebut.
Bila di tanya rute perjalanan,
jujur saya tidak bisa menjelaskan secara mendetil akrena memang awalnya tadi
kami sempat tersesat cukup lama dan jauh hingga harus masuk ke permukiman
penduduk yang masih asri dan becek. Namun, berbekal sedikit chit-chat dengan warga setempat, kami
mendapatkan petunjuk jalan dadakan sehingga bisa sampai pada jalan yang tertera
di peta. Secara umum, rute yang kami tempuh adalah Kota Bandung à
Kopo à
Banjaran à
Pangalengan, ya paling tidak itu yang saya ingat walaupun sebenarnya kami pun
melintasi daerah Soreang dan Dayeuh Kolot.
Perjalanan 50 KM yang bisa
ditempuh hanya sekitar satu jam saja bila berada di Lumajang, kali ini harus
kami tempuh hingga berjam-jam. Ada beberapa hal yang membuat perjalanan kami
cukup lama selain tersesat dalam peralihan dari kota Bandung ke daerah Kabupaten
bandung yang ternyata jalan yang kami lintasi tidak tertera pada peta hingga
ban belakang sepeda motor saya bocor. (Entah mengapa, setelah saya amati, sudah
beberapa kali ban sepeda motor saya bocor ketika bepergian dengan kawan saya
yang satu ini. Sebelum ini, ban motor saya pun bocor ketika bepergian ke daerah
Cimindi untuk bermain bersama anak jalanan. Tanya kenapa?). Sialnya, ban motor
saya bocor ketika kami sampai di daerah pegunungan, sudah dekat dengan
Kecamatan Pangalengan. Alhasil, saya harus menuntun motor untuk beberapa meter
dengan medan yang menanjak. Setelah cukup puas menuntun motor, terlihat sebuah
temapt tukang tambal ban.
“Mbak, tambal ban dong.”
“maaf mas, orangnya enggak ada.”
Oke, perjalanan saya untuk
mencari tukang tambal ban belum berakhir. Kami melanjutkan perjalanan menaiki
jalan yang menanjak tersebut dan akhirnya ada satu tukang tambal ban yang mampu
membantu kami terbebas dari satu permasalahan. Uang 10K pun berpindah tangan.
Setelah cukup beristirahat sambil
menunggu tukang tambal ban beraksi, kami pun bergegas untuk menuju Situ
Cileunca karena nampaknya awan mendung sudah berada di atas kepala kami. Alhamdulillah,
walaupun menerobos gerimis, kami bisa sampai di Situ Cileunca sekitar pukul 13.00
WIB
Menikmati Situ Cileunca
Setibanya di Situ Cileunca, kami
tidak langsung menikmati pemandangan yang ada melainkan menunaikan kewajiban
dahulu karena memang sudah masuk waktu sholat Dhuhur.
Nampak tidak ada yang spesial
ketika memasuki mushola di dekat kolam itu. Namun, hal aneh terjadi ketika saya
hendak keluar. Seorang anak kecil berkata:
“A bayar dulu A”
“lho harus bayar?”
“Iya A.2000”
Akhirnya terjawab sudah kenapa
ada anak kecil yang duduk-duduk di mushola ketika saya pertama kami sampai.
Saya sempat kaget karena harus
membayar untuk sholat. Saya kira saya gratis untuk sholat di sana. Untuk
nominal sebenarnya tidak masalah, tapi kan mending digratiskan saja, toh ketika
masuk pengunjung sudah membayar untuk tiket.
Kolam di dekat mushola |
Karena sudah terlanjur penasaran
dengan keindahan alam Situ Cileunca akibat melihat foto adik ya sudah kami
langsung jalan-jalan di sekitar danau dan…keindahan pun kami dapati.
Air Danau yang terlihat hijau |
Gondrong is good |
Emm... |
Setelah berfoto beberapa kali,
karena kurang puas maka kami memutuskan untuk menyebrang ke dataran di seberang
untuk menambah koleksi foto kami. Dengan 50K untuk dua orang, kami pun bisa
sampai ke seberang menggunakan sampan ditemani warga lokal. Ada beberapa kasih
menarik yang orang tersebut ceritakan diantaranya anaknya yang sekarang kuliah
di UPI adalah atlet PON yang pernah mendapatkan emas ketika berlomba di Myanmar.
Lantas beberapa pertanyaan ketika melihat beberapa pemuda berlatih menggunakan
kano terjawab sendirinya.
Potret dari atas perahu |
Sama dengan sebelumnya |
Di daratan seberang ada kebun
arbei dan stroberi yang siap dipetik untuk dibeli. Namun sayangnya, ketika kami
sampai di sana kebun tersebut seakan sudah tidak banyak memiliki buah baik
karena busuk akibat hujan yang sering turun maupun habis dibeli wisatawan.
Alhasil kami hanya berkeliling dan mendapatkan beberapa foto.
Jalan-jalan di kebun |
Stroberi yang sendirian |
Bunga Stroberi |
Bunga hati |
Foto perpisahan dengan pak topi merah |
Perjalanan Pulang ke Kota Bandung
Setelah puas berfoto dan
jalan-jalan, kami pun pulang dengan mengejar awan cerah agar tidak kehujanan
walaupun kenyataannya beberapa kali kami sempat ditemani gerimis sepanjang
jalan.
Lagi-lagi, untuk rute kepulangan
ini tidak bisa saya berikan dengan pasti karena
kami pun tersesat. Peta yang saya cetak seakan kurang berguna
dibandingkan bertanya langsung pada warga setempat. Ada tiga hal yang kami
manfaatkan dengan maksimal yakni papan penunjuk jalan, tulisan pada angkot, dan
warga setempat. Ketika sampai di daerah Kiara Condong, karena saya tidak tahu
arah mana ke Tamansari maka saya pun bertanya pada salah satu pengendara yang
sedang menunggu kereta untuk melintas.
“A’, jalan ke Bandung ke mana ya?”
“Di sini ya Bandung”
(Oh man, saya salah bertanya,
haha.)
“Oh iya, maksud saya Tamansari”
“Lurus saja A’”
Saya pun menuruti perkatan
mas-mas itu dan belakangan setelah melintasi rel kereta api, ternyata memang
hanya jalan lurus tanpa belokan.
Lanjut perjalanan bukan berarti
kami sudah tau jalan mana yang harus kami tempuh, lagi-lagi kami bertanya pada
pengendara motor lain di dua lampu merah yakni pada daerah yang saya lupa di
mana dan daerah buah batu. Alhasil, kami bisa sampai di jalan yang agak
familiar dengan mata kami yakni jalan Supratman. Paling tidak itulah yang kami
lakukan beberapa kali di berbagai tempat hingga bisa sampai di kos dengan utuh.
Biaya Wisata ke Situ Cileunca
Adapun biaya yang kami habiskan
untuk petualangan hari ini yang mana bisa rekan-rekan jadikan referensi antara
lain:
Bensin : 25K dan masih bersisa agak banyak. Pengisian dari
kondisi bensin hampir habis, sepeda motor Revo Absolut.
Tambal ban : 10K
Tiket masuk : 14K untuk motor dan
penumpang
Tiket sholat : 2K
Parkir : 2K
Menyewa sampan : 50K
Jadi, biaya yang mesti
rekan-rekan persiapkan untuk menikmati keindahan alam Situ Cileunca berangkat
dari Kota Bandung adalah sekitar IDR 103K. Ingat ya, biaya tersebut untuk dua
orang. :D
Tips Berwisata ke Situ Cileunca
Sebagai penutup catatan
perjalanan kali ini, kami akan berbagi beberapa tips yang insyaallah bermanfaat
- Siapkan uang lebih karena banyak hal tak terduga yang bisa terjadi
- Tingkatkan skill berkendara. Karena medan yang naik turun serta berkelok, alangkah baiknya bila sebelum ke Situ Cileunca rekan-rekan meningkatkan skill berkendara agar lebih cepat dan aman.
- Datang beramai-ramai. Kami baru mengetahui bahwa di sana ada wisata arung jeram, alhasil kami agak kecewa karena kurang banyak massa yang ikut sehingga tidak bisa mencoba arung jeram yang dipatok 150K per orang.
- Jangan malu bertanya dan meminta tolong. Karena kami datang berdua maka beberapa kali kami meminta warga setempat untuk memfoto kami. Kan sayang datang jauh-jauh tapi enggak punya dokumentasi bersama :D
Sekian catatan perjalanan saya
kali ini. Semoga bermanfaat dan insyaallah akan bertambah.
Salam BangSatya,
Buruk.Baik.Menginspirasi
DIpati Ukur ya? Saya tau kayakna daerah itu Kalau nda salah saat saya ikut UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi) tahun 1989 saya ke Bandung, dan ujiannnya di sana, Sekitar kampus
ReplyDeleteDipati Ukur merupakan tembat awal kami kang, kalau nge kosnya sih jauh dari sana hehe.
Delete