Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Catatan Kehidupan

Terima Kasih 2019

Untuk sejenak, bisa dibilang dua tahun, sepertinya saya lupa mengapa dulu begitu rajin menulis di blog ini. Mungkin, karena akhir-akhir ini pertimbangan"untungnya apa?" jadi pertimbangan utama dalam melakukan sesuatu, akhirnya tidak menulis lagi di blog ini. Tulisan pertama di 2020 ini dimulai dengan terima kasih untuk tahun 2019 yang sudah berlalu dengan segala lika-liku serta hal barunya. Apa saja yang terjadi sepanjang tahun 2019? Situng KPU Dari sekian banyak projek yang saya kerjakan di tahun 2019, salah satu yang paling menarik adalah Situng KPU.Selain karena skala proyek yang nasional, jumlah pengguna yang sangat banyak, tidak boleh disebutkan secara presisi, menjadi hal yang menarik juga. Foto bersama pascaapresiasi dari Rektor ITB Wi-sudah Magister Berbarengan dengan projek SITUNG, saya juga sedang menempuh pendidikan master sejak 2017. Akhirnya, pada April 2019, saya wisuda dan mendapatkan gelar M.T Magister Informatika ITB opsi security . Sudah ter

Masih Harus di Bandung

Seringkali, ada hal-hal yang berubah justru di menit-menit terakhir sesuatu itu akan ditetapkan, seperti apa yang saya alami beberapa waktu lalu. Tawaran Masuk Semua ini dimulai saat ada email dari CTO salah satu startup di Jakarta yang mengajak saya untuk berdiskusi terkait sistem. Ah, dari situ saya sudah Ge-Er akan ditawari posisi di sana. Namun sejujurnya, saat itu pula untuk pertama kalinya saya mendengar nama perusahaan tersebut. Penasaran dong? Saya akhirnya bertanya ke kawan-kawan saya tentang tempat ini. Ternyata, cukup banyak yang tau. Ah, saya kurang update nih. Saat itu, saya menjawab ajakan bertemu itu dengan ketidaksanggupan, paling tidak untuk November ini karena toh sekarang masih sibuk ngurus proyek di salah satu instansi pemerintahan. Alhasil, saya mengajukan waktu untuk bertemu pada bulan Desember mendatang. Tawaran Masuk (Lagi) Berbeda dengan sebelumnya , kali ini bagian recruiternya yang menghubungi saya dan menanyakan beberapa hal seperti sudah pern

Mudik Lebaran Pertama

Sejatinya, mudik lebaran yang saya jalani kali ini bukanlah yang pertama. Sejak awal masuk kuliah dulu, pada tahun 2012, alhamdulillah saya selalu menyempatkan untuk pulang dan merayakan lebaran di rumah bersama keluarga. Lantas, mengapa judul tulisan kali ini “mudik lebaran pertama” ? Tentu saja, karena kondisi nya sekarang berbeda. Mudik bukan sebagai bujang melainkan sebagai seorang suami dan harus mudik ke dua rumah yang berbeda. Sebelum ini Pada lebaran kemarin, atau kemarin lusa, atau kemarin nya lagi, waktu liburan saya habiskan di Lumajang karena toh rumah saya kan di sini. Jadi, saya bisa banyak-banyak berkumpul dengan keluarga. Selain itu, sebelum-sebelumnya, waktu bersama keluarga biasanya terbatasi oleh jadwal akademik. Namanya juga anak kuliahan, tentulah ada jadwal akademik yang harus diikuti mulai dari perwalian tatap muka hingga jadwal perkuliahan. Saat ini Kali ini berbeda! Lebaran harus di dua tempat yakni Lumajang dan Bondowoso. Lebaran tidak sendirian k

Menarik Kembali Kata-Kata

Hari pertama kerja rasanya memang luar biasa. Masih ingat cerita saya di tulisan lalu yang berjudul rencana manusia tentang rencana saya selama beberapa waktu ke depan? Well, baru beberapa waktu dan sudah ada perubahan rencana seperti perubahan tujuan universitas dan rencana kerja. Kali ini, yang akan saya bahas adalah perubahan rencana kerja saya yang masih ada kaitannya dengan menarik kembali kata-kata yang telah saya ucapkan. Kronologi                               Rabu, 18 Mei 2016, mulai “bekerja” di proyek X Rabu, 15 Juni 2016, melamar pekerjaan sebagai DevOps/System Administrator di PL Rabu, 22 Juni 2016, melamar pekerjaan sebagai DevOps di YB Kamis, 23 Juni 2016, mendapat tawaran part-timer di proyek X Kamis, 23 Juni 2016, mendapat tawaran kerja full time untuk proyek Y di Jakarta Jumat, 24 Juni 2016, menerima tawaran part-timer di proyek X Jumat, 24 Juni 2016, membatalkan lamaran sebagai DevOps di YB Jumat, 24 Juni 2016, memberitahukan ketidaktersediaan u

Selalu Dalam Kebingungan, Memang Manusia

Assalamualaikum, apa kabar? Sudah lama juga rasanya tidak menulis di blog, hampir satu bulan lamanya. Ternyata, ada banyak hal yang bisa terjadi dalam satu bulan bahkan dalam satu hari. Pun, dalam satu bulan itu, bisa saja perasaan manusia berubah-ubah. Saya akan bercerita beberapa hal yang terjadi baru-baru ini. Kebingungan Pertama “Wah, dia udah apply kerja nih”, “Wah, dia udah dapet kerja nih”, “Wah, dia” dan hal-hal lain terucap dalam batin itu membuat saya cukup kebingungan. Sejujurnya, saat ini saya sudah mempunyai pekerjaan yang penghasilannya bisa dikatakan cukup. Namun, tetap saja ada keinginan untuk menambah terlebih mengingat nanti-nanti ada kebutuhan yang lebih banyak seperti pindah rumah, les bahasa inggris, biaya melahirkan, dan lain-lain. Alhasil, saya mendaftar ke salah satu perusahaan IT yang ada di Bandung sebagai seorang System Engingeer. Diberikanlah tes kepada saya ini selama beberapa waktu, dan akhirnya pun hasilnya keluar. Nilai saya tidak memenuhi standar. Di

Aku dan Tulisan Sesatku

Tadi pagi aku dikagetkan dengan masuknya sebuah pesan facebook dari seseorang yang tak ku kenal, tapi jadi friend ku di facebook. Menariknya, isi pesan tersebut terkait dengan tulisanku sebelum ini yang berjudul “ Aku Masih Klenik ”. Jarang-jarang lho ada pembaca yang sampai mengirimkan pesan melalui facebook kepadaku terkait tulisanku. Oleh karena itulah, aku menganggap ini istimewa! Dari Seorang yang Berhati-hati Aku menyebutnya seseorang yang berhati-hati, selayaknya seseorang yang melihat jalan berlubang dan mencoba menghindarinya supaya tidak jatuh ke sana. Padahal, aku berharap bertemu dengan orang yang bijak, yang ketika bertemu lubang, tak hanya menghindarinya saja melainkan memberikan tanda bahwa ada lubang atau lebih niat lagi menutup lubang tersebut. Oh iya, saya jadi lupa untuk berbagi pesan dari seseorang tersebut, kita-kita begini isinya: Assalamualaikum. Maaf, hanya ingin bilang, Aryya seharusnya berhenti memosting hal yang nyeleneh atau yang meng-elicit (mem

Aku Masih Klenik

Bertahun-tahun sudah sejak ketertarikanku pada hal-hal klenik tumbuh dan merasuk hingga mendarah daging. Aku tak tau, tiba-tiba saja ketika waktu itu, aku jadi begitu tertarik. Bukan tanpa tanda, tapi justru karena berbagai tanda. Pada tulisan ini aku akan sedikit bercerita, aku akan sedikit mengungkapkan rahasia yang seringkali aku sembunyikan, dan terkadang aku malu untuk mengakuinya. Klenik Itu Kuno Ketika aku bertanya ke orang-orang masa kini, pasti akan banyak yang malu-malu untuk percaya bahwa klenik itu nyata. Paling tidak malu untuk mempercayai bahwa klenik itu ada dan bisa terjadi. Santet, pelet, pengasihan, hantu, dan sebagainya, sudah banyak orang yang tak lagi percaya. Namun, pertanyaannku, bila tak ada orang yang percaya akan sesuatu, akankah sesuatu itu tak ada? Atau benar-benar tak ada? Kalau tak ada orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, lantaskah Tuhan itu tidak ada? “Jaman sudah modern!”, itulah banyak jawaban yang terpikirkan olehku ketika topik tentang k

Ah, Aku Masih Mata Duitan

Sebut saja hari itu adalah Sabtu, 21 November 2015. Ketika beberapa minggu sebelumnya sudah ada kawan yang menghubungi untuk mengisi sharing terkait blogging pada acara pembinaan suatu beasiswa. Ah, ini kan teman ku, masak aku tolak, ya aku terima saja, toh aku juga cukup suka nge-blog, jadi ya agak bisa lah dipertanggungjawabkan, pikirku. Waktu berlalu, hingga ada orang lain yang menghubungi saya untuk menindaklanjuti kegiatan ini. Usut punya usut ternyata kegiatan itu tidak dilakukan di Bandung melainkan Jatinangor. Wah, jauh juga ya? Seingat saya, hanya sekali saya ke Jatinangor yakni saat tingkat I dulu ketika menjadi peserta Diklat Dasar Aktivis Terpusat (DDAT) 2013. Wah, harus atur jadwal nih, wah harus nyiapin biaya nih. Mulailah pikiran-pikiran terkait materi muncul dalam benak saya. Pengalaman menjadi pembicara di beberapa di beberapa kegiatan membuat saya agak materialistis, banyak mikir tentang duit. Ah, ternyata saya masih serendah itu. Ketika Hari Itu Tiba Tanggung jawa

Memilih Cinta Dalam Perbedaan

Setelah tahu bahwa rata-rata waktu yang saya butuhkan untuk membuat tulisan hanya sekitar 20 menit maka saya menyempatkan membuat tulisan hari ini. Supaya? Supaya saya terbiasa lagi menulis, menghilangkan rasa jenuh, dan berbagi pendapat maupun pengalaman. Walaupun sedang banyak tugas yang harus dikerjakan. Mari kita mulai. Suatu ketika saya membaca status line seorang adik tingkat yang kurang lebih isinya seperti berikut. "Persamaan yang menyatukan kita, tapi perbedaan yang menguatkan." Awalnya oke-oke saja hingga ada satu pertanyaan yang jleb banget. “Tapi kalau beda agama gimana kak?” Gotcha! Pertanyaan pamungkas keluar, dan suasana menjadi hening. Mungkin karena belum ada jawaban yang bisa memuaskan banyak pihak terkait pertanyaan tersebut. Cin(t)a Salah satu film yang menurut saya patut ditonton terkait perkara ini adalah Cin(t)a. Film yang mengambil latar tempat kampus ITB dan tokoh nya yakni mahasiswa ITB ini bercerita tentang dua orang yang sali

Tidak Siapkah Kita Menikah Tanpa Sekolah Pra Nikah?

Sebagai mahasiswa tingkat empat atau sering disebut sebagai mahasiswa tingkat akhir sudah barang tentu ada banyak hal yang dipikirkan. Kehidupan pasca sarjana merupakan salah satu hal yang pasti dipikirkan bahkan dirisaukan oleh mahasiswa tingkat empat. Ada banyak hal yang terkait kehidupan pascasarjana seperti pekerjaan hingga pernikahan. Masing-masing orang memiliki sikap yang berbeda mengenai hal tersebut. Ada yang sejak kuliah sudah mencari pekerjaan hingga mencari calon untuk menjadi pendamping wisuda (PW) lalu pendamping di pelaminan nanti. Menyiapkan (Untuk) Pernikahan Bagi yang sudah memikirkan pernikahan pada tingkat ini, mulailah dia berpikir tentang apa, siapa, dan bagaimana sebuah pernikahan tersebut terjadi, terjalin, dan hidup. Beruntung, saat ini internet sudah mudah diakses sehingga informasi terkait hukum pernikahan, motivasi menikah, tata cara menikah, hingga bagaimana menjalin rumah tangga bisa didapatkan. Ada pula yang merasa semua itu tidak cukup hingga mengi

Menjadi Manusia Yang Sama

21 tahun lebih 1 bulan dan 5 hari, nampaknya itulah waktu yang telah saya sia-siakan. Paling tidak itulah kesimpulan sederhana yang bisa saya tarik setelah saya mendapatkan pemahaman baru hari ini. Sering kali saya mendengar ungkapan demikian, “Orang yang beruntung adalah orang yang lebih baik dari hari kemarin dan orang yang merugi adalah orang yang sama dengan hari kemarin.” Well, saya merasa saya masih tetap sama dengan saya di hari kemarin sepertinya saya merugi. UNTUK BERUBAH Setelah perenungan singkat saya hari ini, saya mendapatkan kesimpulan bahwa untuk berubah maka seseorang harus melakukan minimal dua hal ini yakni berpikir dan bertindak. Berpikir     “Engkau tidak akan mendapatkan apa-apa ketika engkau tidak pernah memikirkan nya”. Apa yang kita lakukan layaknya angin. Bila kita tak bisa memaknai angin tersebut maka jadilah ia angin lalu yang berhembus setiap saat dan tak memberikan perbedaan. Berbeda jika kita bisa memaknainya kapan ia datang, bagai

Ketika (Harus) Jauh Dari Orang Tua

Merantau Menjadi anak daerah yang pergi kuliah di kota lain memang memiliki banyak cerita suka dan duka. Salah satu duka yang paling terasa adalah jauh dari keluarga dan rumah. Paling tidak, itu yang saya rasakan. Masuk tahun keempat sebagai mahasiswa Institut Teknologi Bandung membuat saya makin sadar bahwa hampir empat tahun saya jauh dari orang tua saya, tapi makin membuat saya sadar bahwa saya tak sedekat itu dahulu. Saya merasa lebih menghargai waktu itu ketika masa-masa ini. Ah, penyesalan memang datangnya terlambat. Tak Sendiri Bedanya saya ketika tingkat tiga dan tingkat empat adalah jumlah orang tua saya. Dulu saya punya dua orang tua, sekarang empat! Ya kan saya sudah menikah dan di Bandung bersama istri yang sama-sama sedang menjalani kehidupan sebagai mahasiswa tingkat IV ITB. Sedikit banyak beristri membuat saya tak sendirian dan tak merasa kesepian. Walaupun demikian, toh tetap saja saya kangen dengan orang tua saya. Ingin Lebih Dekat Memang, ada banyak cara

Tentang Menikah : Akselerasi Diri

Sudah tiga puluh empat hari semenjak saya tak lagi menjadi seorang lajang. Kalau kata orang Jawa, saya sudah tidak bisa dipanggil “lancing”, sebutan untuk seorang jejaka. Ada banyak hal yang saya dapatkan, pikirkan, alami, inginkan, dan sebagainya. Beberapa, akan saya coba tuliskan, semoga menjadi manfaat. Bismillah. Ribuan Pertanyaan Perlu saya akui bahwa sebelum menikah, saat menikah, dan setelah menikah begitu banyak pertanyaan yang muncul. Semuanya bervariasi sesuai dengan pewaktuannya. Kreatif sekali memang para penanya itu. Ketika sebelum menikah, biasanya pertanyaan yang umum ditanya antara lain: “Kapan nikah?” “Sama siapa nikah?” “Ntar nikah di Bandung apa di Lumajang?” “Udah punya mobil?” “Udah punya modal buat nikah?” Dan sebagainya. Anehnya, pertanyaan yang sifatnya materiil justru tidak datang dari keluarga saya atau keluarga istri saya. Kalau saya ingat, dulu ketika tahun 2013 saya mengutarakan niat saya sendirian, orang tua istri saya tak bertanya, “

Digodain Gusti Allah

Alhamdulillah. Sepertinya itulah kata yang paling pantas menjadi pembuka tulisan ini. Seperti yang sering terdengar bahwa semakin kita bersyukur maka semakin ditambah nikmat kita. Paling tidak, makin banyak nikmat yang kita sadari ada pada diri kita. Belum genap dua minggu sejak kami menikah, tepatnya 23 Agustus 2015 nanti kami genap 2 minggu menikah, Allah sudah menggoda kami, hehe. Setelah dua hari mengikuti Strategi Sukses di Kampus (SSDK), nampaknya istri saya kecapekan dan akhirnya sakit dari kemarin malam. Duh Gusti, masak iya pengantin baru sudah dikasih sakit? Itu kalau mau suudhzon. Namun nampaknya, Gusti Allah sedang ingin menggoda kami. Memasukkan kami dalam kaderisasi-Nya untuk menjadi seorang suami istri. Saya yang kaku ini dikader agar lebih lembut dan peduli. Duh, Gusti Allah ini emang kalau menggoda menyenangkan, paling tidak bila kita sadar. Bayangkan saja, istri saya sakit, gusi nya agak sakit sehingga susah mengunyah makanan yang keras dan agak demam. Otoma

Mengetahui Kematian Sebelum Mati

Ada yang bilang bahwa tak ada yang lebih setia daripada kematian karena sejak kita dilahirkan, ia setia menunggu kita dalam waktu yang ditetapkan. Kita semua percaya, bahwa kematian adalah urusan Tuhan dan makhluknya, tidak ada yang tahu kapan makhluk akan menemui kematiannya. Namun, barang kali Tuhan iseng dengan memberikan pengecualian beberapa kasus tentang pengetahuan akan kematian ini agar makhluknya lebih percaya. Diyakini, ada banyak proses yang terjadi pada saat kehamilan. Salah satu proses yang sangat penting adalah penulisan takdir yang mana terjadi pada 40 hari ketiga atau bila dihitung kasar adalah 3 bulan lebih 10 hari. Saat itulah dituliskan takdir si janin mulai dari kebahagiaan, celaka, ajal, rejeki, dan lainnya. Seperti yang diterangkan dalam hadist: “Sesungguhnya setiap orang di antaramu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya empat puluh hari berupa nutfah, kemudian menjadi segumpal darah, (empat puluh hari kemudian), kemudian menjadi segumpal