Skip to main content

Sekarang Nikah Enggak Penting


Nikah Mah Enggak Penting!

Nikah mah enggak penting jaman sekarang. Ngapain juga nikah, pacaran aja udah gitu. Tinggal ke tempat sepi atau sewa hotel, udah bisa jadi kayak pasangan suami istri. Ngapain juga, Cuma nambah beban. Mending jadi orang bebas aja. Bebas, lepas, tak terikat, semua puas.
Ngapain nikah? Toh nyari kepuasan juga bisa jajan. Kalau nikah, jajanannya ngebosenin, nah kalau enggak nikah kan jajanannya variatif. Emang enggak bosen sama jajanan yang sama?
Ngapain nikah? Toh tanpa ikatan pun duit bisa dateng, jadi simpanan orang, muasin orang. Cuma butuh seberkas senyum palsu sesaat aja ketika berhadapan dengan pelanggan.
Ngapain nikah? Toh tanpa nikah saya tau apa yang orang sudah nikah lakukan.
Ngapain nikah? Toh udah banyak cewek di luar sana yang berlubang.
Ngapain nikah? Toh duit juga bisa cari kepuasan.
Ngapain nikah?

Teriakan-teriakan itu mungkin saja muncul dari mulut seseorang. Ya, saya bertanya-tanya tentang arti penting pernikahan di zaman sekarang. Saya yakin pasti pembaca pernah menjumpai berita tentang kemesuman. Entah itu dilakukan oleh anak-anak, remaja, atau bahkan orang tua dengan berbagi titel dan status sosial.

Saya jadi bertanya-tanya di mana arti penting pernikahan ketika keperawanan diberikan pun saat pacaran. Lha, bukannya keperawanan adalah satu hal yang tak bisa dikembalikan tatkala diberikan? Saya jelaskan dahulu bahwa saya adalah orang yang sangat menghargai wanita yang masih perawan tatkala belum pernah menikah. Kalau pacaran saja udah bisa gituan, berani gituan, biasa gituan lalu di mana nilai kesakralan pernikahan? Bukankah pernikahan adalah penghalal berbagai hal? 

Saya masih tetap bertanya-tanya. Kalau pas pacaran aja udah gituan, lha buat apa nikah? Ntar bisa-bisa dapat bekas umum. Emang mau dapat sesuatu yang udah dipakai orang banyak yang enggak jelas?

Pertanyaan saya belum habis. Kalau pas pacaran aja udah gituan, masak iya bisa mencapai kepuasan tertinggi setelah nikah? Saya analogikan begini. Anda adalah seorang musafir yang sedang melintasi gurun Sahara. Setelah beberapa waktu berjalan, Anda kehausan, amat kehausan dan Anda hanya diberikan sekali kesempatan untuk minum segelas air. Mana yang akan terasa lebih nikmat, minum segelas air ketika Anda sudah berjalan selama berpuluh menit atau baru belasan menit? Sama saja seperti gituan. Kalau pas pacaran aja udah berani gituan, lha pas nikah nanti apa iya bakal senikmat kalau enggak pernah gituan?

Pertanyaan saya masih banyak. Kalau pas pacaran aja udah berani gituan, apa iya kamu masih mau tidur bareng orang yang kamu tau udah tidur sama banyak orang. Apa iya kamu enggak ngerasa terkhianati? 

Pertanyaan saya berlanjut. Apa iya dengan membayar sejumlah uang kamu benar-benar ngerasain kenikmatan dunia? Apa iya kamu benar-benar merasakan kenikmatan tanpa rasa takut? Bukankah rasa takut menurunkan kadar kenikmatan? 

Saya pernah membaca suatu tulisan mengenai alasan seseorang menikah. Buat apa menikah kalau bisa jajan? Coba bayangkan bila sekali jajan butuh 500 ribu, berapa banyak uang yang bisa ditabung untuk membeli mas kawin bila seminggu jajan sampai lima kali. Belum lagi rasa takut yang pasti muncul di hati ketika berbuat salah. Berbeda persoalan ketika hati yang bersangkutan sudah tertutup noda karena saking seringnya berbuat dosa. Apa hanya itu? Tentu tidak. Dengan uang 2,5 juta mungkin seseorang bisa jajan sampai lima kali dengan celupan yang bisa dihitung, tapi dengan menikah? Mau berapa celupan pun santai saja. Tak ada biaya tambahan. Tak ada rasa takut dan yang terpenting tak ada dosa.
Katanya cinta, tapi kok ngasih sesuatu yang a
mat berharga bukan buat kita? Katanya cinta, kok harga berharganya diumbar buat semua orang? Katanya cinta, kok bukan aku yang pertama ngerasain? Katanya cinta, kok tanpa nikah udah berani coba? Katanya cinta, kok enggak mau nunggu sampai jadi halal? Katanya cinta? kok enggak sabar ngerasain nikmat dunia bahkan ngerasainnya bareng orang lain, bukan aku. Katanya cinta? Bukannya itu nafsu? Kok enggak beda sama binatang yang mau kawin suka-suka sih? Di mana aja oke, kapan aja oke, ditonton orang banyak pun oke. 
Katanya cinta, tapi kok…

Kalau binatang enggak malu diliatin sih wajar

Comments

Popular posts from this blog

Tricky Installation RouterOS on Windows 10 using Hyper-V

Hi, After two days wondering and trying to find why i can't install RouterOS on Windows 10 using Hyper-V, i have found that the solution for undetected interface is very simple. It is jsut change from default Netowrk Adapter to Legacy Network Adapter. So, here is it, my new tutorial. Hope you enjoy and don't hesitate to ask.

Maniak-it.com Pindah

Maniak-it.com Pindah   Logo bangsatya.com Sehubungan dengan expired nya domain maniak-it.com maka maniak-it.com dipindah ke main.bangsatya.com . Sebenarnya bukan tanpa alasan memindahkan maniak-it.com ke main.bangsatya.com , banyak hal yang menjadi alasan pemindahan ini yaitu Maniak-it.com tidak terlalu sering diupdate sedangkan bangsatya.com begitu sering diupdate. Distribusi traffic tidak merata dan ingin dimeratakan hanya ke bangsatya.com Pendapatan adsense dari bangsatya.com jauh dari maniak-it.com sehingga diharapkan dengan beralihnya traffic maniak-it.com ke bangsatya.com maka pendapatan adsense makin meningkat. dll Nah, itu dia beberapa alasan dipindahnya maniak-it.com ke main.bangsatya.com. Jangan khawatir, layanan yang ada di maniak-it.com tetap bisa dinikmati di main.bangsatya.com tanpa terkecuali. Pengguna akan tetap bisa menikmati: Backlink generator : http://main.bangsatya.com/backlink-generator.php Proxy Checker : http://main.bangsat...

Setahun Bekerja dan Tinggal di Belanda

Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn. Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote   working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.  Mendapatkan Pekerjaan di Belanda Sebenarnya, tidak ada alasan...