Bingkisan dari Seorang Ketua Himpunan Mahasiswa: Keinginan,
Kebutuhan, dan Kekuasaan
Jam digital di laptop saya kini menunjukkan pukul
02.37 AM. Ya, jam segini saya masih terjaga. Jam segini saya baru saja pulang
dari hearing calon Ketua Kaderisasi
Awal, sebutlah OSKM 2013. Saya tidak akan memaparkan visi misi masing-masing
calon karena itu bukan tugas saya ataupun menulis ulang tiap pertanyaan yang
dilontarkan audience kepada para
calon karena hal itu adalah tugas notulen.
Suasana basement CC Barat tak terlalu ramai pada
awalnya walaupun massa himpunan dan unit sudah ada yang datang. Belum terlihat
wajah-wajah yang saya kenal hingga beberapa waktu berlalu dan ramailah basement
CC barat tersebut. Perlahan muncul wajah-wajah yang kenal dan muncul pula
lusinan wajah yang tidak saya kenal mengenakan jaket himpunan yang berwarna
warni. Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika, Himpunan Mahasiswa Tambang, Himpunan
Mahasiswa Mesin, Himpunan Mahasiswa Sipil, Himpunan Mahasiswa Material,
Himpunan Mahasiswa Fisika, Himpunan Mahasiswa Planologi, Himpunan Mahasiswa
Teknik Lingkungan, dan banyak massa dari berbagai himpunan lain yang datang.
Selain itu, saya pun melihat beberapa wajah ketua himpunan yang saya tahu
seperti Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia, Ketua Himpunan Mahasiswa
Elektro, dll hingga akhirnya muncul wajah yang saya kenal. Muncul lah seseorang
dengan jaket himpunan yang ingin saya kenakan. Muncullah sosok yang ingin saya
gantikan dua tahun lagi. Dialah Kak Gilang, Ketua Himpunan Mahasiswa
Informatika.
Awalnya kami memang terpisah, saya berada di barisan
depan sedangkan Kak Gilang agak berada di belakang bersama beberapa massa HMIF.
Jaket hijau metalik tersebut seakan mencuri pandangan saya, ingin sekali saya
kenakan, haha. Suatu waktu saat hearing
berlangsung, tiba-tiba Kak Gilang mendatangi kami, saya dan Azka. Dia mengira
saya adalah Aryya, Ketua Angkatan STEI2012. Sayangnya, saat itu saya masih
menjadi Satya, seorang warga STEI2012 yang bebas tanpa gelar maupun jabatan.
Berkali-kali ia bertanya apakah saya adalah ketua angkatan dan saya pun
berkali-kali menjawab, “Ketua Angkatannya Aryya, Mas”. Wajah bingung mulai
muncul dan rasa dipermainkan mulai terlihat. Tak butuh waktu lama, saya pun
membeberkan bahwa Aryya dan Satya adalah orang yang sama. Masalah terselesaikan
dengan sedikit tawa akibat beberapa patah kata yang keluar dari mulut Kak
Gilang.
Ketua Himpunan Mahasiswa Informatika, ya, itulah
jabatan yang sedang ia pegang saat ini. Saya memang sudah pernah bertemu, berkenalan,
dan ngobrol dengan dia, tapi saya belum pernah bertanya tentang satu hal. Mengapa kakak ingin menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa
Informatika? Pertanyaan itu ia jawab. Jawaban dari seorang pemegang jabatan
yang akan saya gantikan dua tahun lagi, insyaallah.
“Saya ingin
mengubah HMIF sesuai dengan apa yang saya anggap benar. Seharusnya HMIF itu
seperti ini, bukan seperti itu.”,
jawabnya seakan mengingat masa-masa hearing
calon Ketua HMIF.
“Oke. Ketika Kak
Gilang terpilih menjadi Ketua HMIF dengan keinginan A sedangkan massa
menginginkan B dan Kak Gilang tetap memaksakan A, bukankah hal itu menjurus
pada otoriter?” Tanyaku
penasaran akan jawabannya
“Memang, ketika
keinginan dipaksakan untuk terwujud tanpa menimbang suara massa, hal tersebut
akan menjurus pada otoriter. Ketika keinginan mendominasi, bisa jadi otoriter yang
terjadi, tapi apabila kebutuhan yang mendominasi maka akan sulit bagi suatu
himpunan untuk berkembang. Oleh karena itu harus diseimbangkan antara keinginan
dan kebutuhan.”
Saya setuju dengan jawaban Kak Gilang, saya
sependapat. Namun, hal tersebut tak membuat saya diam. Saya pun bertanya lagi,
”Lalu, apa iya
harus dengan menjadi Ketua HMIF supaya Kak Gilang bisa mengubah keadaan menjadi
seperti yang Kak Gilang idamkan? Apakah tidak bisa melalui cara lain?”
“Memang bisa,
tapi kamu akan lebih mudah dalam mengubah sesuatu ketika kamu memiliki
kekuasaan dan ketua mempunyai kekuasaan untuk itu. Itulah mengapa kekuasaan itu
penting dan menjadi ketua adalah cara terbaik untuk melakukan perubahan”
Lagi-lagi saya terdiam, saya merenungi ucapannya.
Saya sepakat. Jawaban demi jawaban yang ia berikan membuat saya makin mantap untuk
berkontribusi lebih di himpunan saya nanti. Petuah demi petuah yang ia berikan
membuat saya semakin mantap dengan target saya dua tahun lagi. Bukan hanya menjadi
Ketua Himpunan Mahasiswa Informatika, tapi juga pemimpin yang dicintai
rakyatnya.
Salam,
Bang Satya.
*kutipan tidak 100% persis dengan ucapan, tapi
memiliki makna yang sama.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu