Skip to main content

IPK Bukan Segalanya



IPK Bukan Segalanya

Sudah hampir dua semester saya menyandang gelar Mahasiswa. Ya, satu-satunya gelar yang mencantumkan “Maha” selain Tuhan.  Tinggal beberapa bulan lagi bagiku untuk masuk ke jurusan, himpunan, dan mengenakan jaket himpunan.

Barang tentu ketika saya mengenakan jaket himpunan, minimal saya memiliki dua Indeks Prestasi (IP) dan sebuah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).  Lantas, bagaimana kabar mereka saat ini? Saat ini saya baru memiliki satu IP yaitu IP semester I yang begitu jauh dari ekspektasiku, tapi sangat patut untuk disyukuri. Sedangkan IP semester II masih saya usahakan sebisa mungkin untuk jauh di atas IP semester I, sebisa mungkin IPK ku naik karena ada gapaian yang harus saya penuhi, ya walaupun gapaian itu masih untuk beberapa waktu yang akan datang.

Ada beberapa bahasan yang agak tabu untuk diperbincangkan di kampus ini,katanya. SARIP, Suku Agama Ras dan IP, mereka adalah bahasan tabu untuk dibahas di kampus ini. Memang benar, rasanya agak kurang etis ketika saya harus bertanya kepada teman-temanku, “Berapa IP mu kemarin?” walaupun dia teman baik sekalipun, rasa kurang enak itu ada.

Biasanya, orang yang IP nya tinggi akan lebih PD untuk bertanya IP kepada rekannya. Mengesalkan memang, berdalih-dalih ,”IP Gue jelek kok, emang punya lu berapa?” dan ketika kita menyebutkan IP kita, ternyata IP nya jauh di atas kita. Mungkin definisi atau standar jelek sehingga pantas perbedaan IP yang terlihat begitu curam. Mengesalkan memang.

Sedikit yang sebenarnya agak mengganggu saya adalah ketika berkumpul dengan rekan-rekan universitas lain dan bahasannya adalah IP. Sangat kurang menyenangkan ketika harus mendengar universitas A ada lusinan orang yang IP nya empat, universitas B ada lebih banyak lagi, dan begitu pula universitas C. Parahnya, di akhir perbincangan mereka bertanya, “IP mu berapa?” Hello, don’t compare IP. IP is not everything, baby. Mengesalkan ketika ada orang-orang yang membandingkan IP yang mana jelas sekali perbedaan standarnya. Mungkin lebih bijak kalau perbandingan itu dibuat ketika kita berstandarkan sesuatu yang sama. Apa yang kita pelajari sama dan apa yang kita ujian sama. Hal ini sama saja seperti membandingkan uang 1000 rupiah dengan 500 dollar. Ketika hanya dilihat nominalnya, tentu uang dollar seakan kalah, tpai ketika dikonversi ke rupiah, nilainya jauh lebih tinggi.

IPK bukan segalanya,Bung. IPK Cuma nganterin lu ke meja interview atau gerbang seleksi. Lanjutnya? Soft-skill and your competence do.

Bang, emang menurut abang IP enggak penting? Lha, kata siapa, IP penting, penting banget.
Lha, terus kenapa abang seakan mengambarkan kalau IP enggak penting? Atau abang sekedar berdalih tentang apa yang usahakan beberapa waktu lalu sehingga membuat IP semester I turun? Ya, saya berdalih.

Salam,
Bang Satya

Comments

  1. secara teori, IP itu emang bukan segalanya. menurut saya, proses itu yang lebih penting. proses dimana kita mengerti dan memahami hal yang diajarkan di perkuliahan. sayangnya di Indonesia banyak orang yang lebih melihat hasil daripada prosesnya.

    tapi secara ego, saya juga tidak memungkiri kalau saya pengen buat orangtua saya bangga dengan IP "bagus" saya :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, bukan sekagalanya tak berarti tak penting :D. Saya setuju kalau proses lebih penting dari hasil, tapi perlu diingat proses yang bagus biasanya ditandai dengan hasil yang bagus meskipun hasil akhir yang bagus belum tentu jadi indikator bahwa prosesnya bagus

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. betul IP ukan segalanya. yang terpentin adalah sejauh mana kita bisa menggambarkan IP yang kita dapatkan di dunia nyata. adakalanya IP seseoran yang perfect tapi dia tidak bisa menggerakkan lingkuannya dengan aksi nyatanya. namun sebaliknya. intinya saat kita menjadi pribadi yang lebih dewasa maka jangan pernah membandngkan diri kita dengan diri orang lain. karna kita tidak sama . benar kata arya, membandingkan dengan hal yang tidak sebanding pasti sebuah kesalahan mutlak. so, balik pada diri sendiri aja,kita bisa beraksi di mana , maka maksimalkan. nilai tinggi beum tentu mencerminkan pribadi yang tinggi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih untuk tangapannya mas, salam kenal. Semoga tulisan ini bukan sebagai dalih untuk tidak meraih IP tinggi dengan proses yang baik dan pemahaman tentang apa yang telah dipelajari. Semoga kita mengerti, paham, dan mengamalkan apa yang memang kita dapat.

      Delete

Post a Comment

Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu

Popular posts from this blog

Tricky Installation RouterOS on Windows 10 using Hyper-V

Hi, After two days wondering and trying to find why i can't install RouterOS on Windows 10 using Hyper-V, i have found that the solution for undetected interface is very simple. It is jsut change from default Netowrk Adapter to Legacy Network Adapter. So, here is it, my new tutorial. Hope you enjoy and don't hesitate to ask.

Maniak-it.com Pindah

Maniak-it.com Pindah   Logo bangsatya.com Sehubungan dengan expired nya domain maniak-it.com maka maniak-it.com dipindah ke main.bangsatya.com . Sebenarnya bukan tanpa alasan memindahkan maniak-it.com ke main.bangsatya.com , banyak hal yang menjadi alasan pemindahan ini yaitu Maniak-it.com tidak terlalu sering diupdate sedangkan bangsatya.com begitu sering diupdate. Distribusi traffic tidak merata dan ingin dimeratakan hanya ke bangsatya.com Pendapatan adsense dari bangsatya.com jauh dari maniak-it.com sehingga diharapkan dengan beralihnya traffic maniak-it.com ke bangsatya.com maka pendapatan adsense makin meningkat. dll Nah, itu dia beberapa alasan dipindahnya maniak-it.com ke main.bangsatya.com. Jangan khawatir, layanan yang ada di maniak-it.com tetap bisa dinikmati di main.bangsatya.com tanpa terkecuali. Pengguna akan tetap bisa menikmati: Backlink generator : http://main.bangsatya.com/backlink-generator.php Proxy Checker : http://main.bangsatya.c

Hari pertama : Salam kenal dari BangSat

Salam kenal, Ca-Kawan :D Setelah sekian lama nge-blog karena keinginan sendiri tanpa keterikatan dan tuntutan maka sekarang saya sedang mencoba menaklukkan tantangan Bang Claude yakni “ Tantangan Ngeblog 30 Hari ”. Maklum, orang bergolongan darah B kan suka tantangan :p. Kalau biasanya saya bisa ngeblog sesuka hati, maka sekarang saya harus ngeblog dengan beberapa kriteria yang mungkin tidak asing, tapi tak begitu mudah dilakukan. Konsisten dan On Demand . Inilah poin penting yang menurut saya menjadi dasar diadakannya chalange ini. Oke, nama saya Aryya Dwisatya Widigdha. Saya biasa dipanggil Yayak, Aryya, Dwi, Satya, Widi, atau bahkan BangSat. Tiap nama panggilan punya sejarah masing semisal Yayak adalah nama panggilan dari orang-orang yang paling pertama mengenal saya seperti orang tua, saudara, teman sejak TK/SD. Aryya, panggilan dari rekan-rekan SMP dan SMA. Dwi, Satya, dan Widi merupakan panggilan yang kerap kali dilayangkan oleh kawan-kawan blogger, pecinta IT, dan