Baru saja aku pulang dari Baltos untuk membeli jajanan yang
kunikmati sebagai selingan ketika menulis. Tak banyak sesuatu yang berbeda dari
transaksiku sebelumnya. Aku masih saja menempuh 25 meter yang sama, diterangi
matahari yang sama walaupun semakin tua. Aku masih saja melihat susunan anak
tangga yang tersusun rapi naik sebagai tempatku untuk memijakkan kaki. Aku juga
masih melihat aneka jajanan yang sama seperti yang ku lihat dahulu ketika aku
hendak pulang ke Lumajang. Penjual jajanan itu pun masih sama, lelaki muda
dengan kulit warna gelap serta rambut cepak sebagai ciri khasnya.
Lalu, apa yang hendak kamu ceritakan, Bang?
Sabar kawan, kisah belum sampai di bahasan ini, nikmatilah saja dulu
basa-basinya :D. berputar-putarlah diriku dalam kios yang mungkin luasnya 3x3
meter itu. Dengan bingungnya aku mondar-mandir memilih jajanan yang pas. Pas dengan
perutku dan pas dengan uangku. Aku hanya membawa uang empat belas ribu rupiah
ketika berangkat dan tersisa sembilan ribu lima ratus setelah aku makan siang
di pasar basahan.
“Mas, ini berapa se-ons?”
“empat ribu mas”
Aku menunjuk jajanan yang ku pikir enak dan harganya tidak
terlalu mahal. Beranjaklah aku mendekati jajanan lain yang menarik perhatianku.
“Kalau yang ini berapa se-ons?”
“Tiga ribu lima ratus mas”
Nampaknya jajanan tiga ribu lima ratusan itulah yang paling
pas untuk perutku dan dompetku maka aku pun membeli jajanan itu dengan tanpa
banyak bicara. Ku sodorkan uang sembilan ribu rupiah di atas kotak kecil dekat
si penjual dan tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah buku berwarna hijau
dengan satu kata besar yang menghiasi sampulnya, BIOLOGI. Karena penasaran,
akupun mendekat untuk melihat buku itu lebih jelas dan benar saja, buku itu
adalah buku kumpulan soal dan pembahasan SPMB. Lagi-lagi aku penasaran, ku
lihat sekeliling buku itu dan ku dapati sebuah tas besar di bawah jajanan, tas
sekolahan, mungkin masih ada buku-buku lain di dalamnya, entahlah. Usia penjaga
toko itu tampaknya tak terpaut jauh dariku, mungkin rentangnya dua tahun di atasku
atau bahkan sama denganku. Satu yang aku salut darinya adalah semangatnya dalam
belajar, semangatnya dalam menggapai apa yang ia inginkan. Di tengah kesibukannya
berjualan ia masih menyempatkan diri untuk bersentuhan dengan buku kumpulan
soal dan pembahasan. Mungkin juga dia menjadi penjaga toko untuk menabung guna
masuk ke perguruan tinggi, siapa tahu. Asumsikan buku itu adalah milik si
penjaga toko dan dia sedang mempelajarinya. Malu dong, kalau kita yang ngakunya
mahasiswa malah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi
sedangkan banyak orang di luar sana seperti mas penjaga toko ini yang amat
ingin berkuliah, tapi terhalang oleh satu, dua, tiga, atau banyak alasan. Yuk
lebih menghargai kesempatan yang kita miliki. Yuk sekali-kali memosisikan diri
sebagai orang lain yang kurang beruntung dari kita agar kita lebih bersyukur
atas apa yang kita miliki. Yuk….
(*Penggunaan kata yuk di sini bukan berarti saya adalah tim sukses salah satu calon presiden KM-ITB 2013, tapi lebih karena fungsi kata itu cocok sebagai awal kalimat ajakan. Oleh karena itu kata yuk saya pilih untuk melengkapi tulisan ini. Yuk beri tanggapan :p )
(*Penggunaan kata yuk di sini bukan berarti saya adalah tim sukses salah satu calon presiden KM-ITB 2013, tapi lebih karena fungsi kata itu cocok sebagai awal kalimat ajakan. Oleh karena itu kata yuk saya pilih untuk melengkapi tulisan ini. Yuk beri tanggapan :p )
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu