Hai masa remajaku,
Surat in kutulis khusu untukmu, ya
hanya untukmu walaupun nyatanya baru kali ini aku menulis surat untukmu.
Bagaimana lagi, hanya kali ini saja aku serasa terpisahkan denganmu. Kamu yang dulu selalu menghiasi keseharianku
dengan canda, tawa, cinta,cita, rindu, tapi tidak cemburu.
Hai masa remajaku, bagaimana
kabarmu kini? Sepertinya sudah beberapa waktu aku tak bersama denganmu.
Memisahkan dirimu dari ragaku yang tetap sama seperti dulu. Sebuah raga yang
masih menampung otak yang sama, hati yang sama, bahkan impian yang sama.
Hai masa remajaku, bukan tanpa
alasan aku memberi jarak antara aku dengan dirimu. Bukan tanpa rasa rindu
terhadapmu, tidak, rasa rindu itu ada. Namun, aku pun punya impian yang ingin
aku gapai. Impian bersama seorang wanita yang kurelakan berjam-jam waktuku
untuk menempuh perjalanan kerumahnya untuk mengutarakan niatku pada orang
tuanya. Niatku untuk menikahinya. Wanita yang membuatku untuk pertama kalinya
begitu blak-blakan di depan orang tuaku sendiri, mengubah suasana kamar kos
yang awalnya tak berperasaan menjadi penuh dengan luapan perasaan hingga air
mata. Seorang wanita yang sering membuatku merasa cemburu. Ya, dia, kau pasti
tau siapa dia karena sebagian darinya adalah dirimu.
Hai masa remajaku, aku tau kau
cemburu. Aku tau kau ingin memukulku dengan amarahmu karena ku meninggalkanmu.
Bukan maksudku membuatmu merasa tak berarti. Jujur, engkau amat berarti bagiku.
Engkau adalah bagian dari kisah hidupku dengan berbagai lakon yang ada pada
dirimu.
Sebuah dusta bila kubilang kau tak
menyenangkan. Kau menyenangkan, sangat menyenangkan hingga terkadang aku sangat
ingin kembali bersamamu. Merasakan berbagai warna yang dulu sering kurasakan.
Kau sangat menyenangkan, membuatku seakan tak bisa lepas, seakan. Kau sangat
menyenangkan dnegans egala warnamu, lakonmu, dan cerita sedih senang mu. Kau
adalah harta yang akan selalu kumiliki sampai ku mati. Ya, hartaku. Harta yang
tak dimiliki oleh orang lain. Hanya aku. Hanya aku, kau, lakon dalam dirimu,
dan Tuhan yang tahu betapa tak terpisahkannya kita dahulu.
Hai masa remajaku, sungguh tak
banyak lagi waktuku tuk bersamamu karna mungkin satu tahun lagi aku benar-benar
harus melepasmu. Melarungmu dalam lautan kenangan. Menguburmu dalam timbunan
perasaan. Sebisa mungkin aku jauh darimu karna aku tau pasti betapa kuatnya
engkau mampu menarikku sekalinya aku berada di dekatmu. Medan-medan kausamu tak
mampu ku bendung. Garis-garis kenangan yang kau tawarkan tak kuasa ku hindari.
Kau adalah racun dalam darah. Kau adalah pengisi setiap hembusan nafasku.
Hai masa remajaku, sebuah
kehormatan bagiku belajar banyak hal darimu. Sebuah kesenangan mampu mengetahui
buruk dan baikmu, merasakan apa yang tak orang lain mampu rasakan bahkan
dapatkan. Kau bagai lautan yang tak
pernah lebih tuk menampung setiap kenanganku. Kau adalah lautan kenangan yang
mana aku bisa berlayar diatasmu.
Hai masa remajaku, ingatkah kau
tentang saat itu. Saat kau menjadi saksi bisu indahnya cahaya bulan purnama
diselingi suara serangga malam. Hai masa remajaku, ingatkah kau dengan saat
itu, saat di mana kesunyian sekolah menjadi saksi bisu canda tawa kami.
Ingatkah kau tentang saat di mana aku terjaga dengan seseorang, menghabiskan
malam dengan cerita yang tak kunjung berujung. Hai masa remajaku, ingatkah kau
dengan kenangan di mana aku berada di puncak gunung dan memandang lautan pasir
di bawahku? Ingatkah kau? Ingatkah kau
ketika tuh pertama kalinya aku cemburu? Cemburu pada seseorang yang dulu
disukai oleh orang yang ku sayang? Ingatkah kau? Tak ada alasan bagimu untuk
lupa karena mereka adalah kamu. Masa remajaku.
Hai masa remajaku, tak banyak waktu
tersisa untukku dan untukmu. Banyak orang yang mempertanyakan keputusanku untuk
melepasmu. Mengakhiri perjalanan panjang bersamamu. Banyak sekali yang
mempertanyakannya. Namun, satu yang ku tahu pasti, saat itu pasti datang dengan
atau tanpa kerelaanmu. Saat itu pasti datang, di mana engkau benar-benar
tergantikan olehnya.
Hai masa remajaku, kau kan tetap
ada di tempat yang hanya aku dan Tuhan yang tau.
Surat ini ku tulis sebagai tanda pisahku denganmu. Semoga kau mengerti.
Salam Bangsatya,
Buruk.Baik.Menginspirasi.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu