Ilustrasi untuk Artikel Perbedaan Gadis Kota dan Gadis Desa
Perbedaan Gadis Kota dan Gadis Desa
Sudah satu tahun
sejak kedatangan saya ke Bandung. Sudah satu tahun pula saya menyantap berbagai
pemandangan dan merekamnya dalam memori saya. Saya ingat, walaupun tak
semuanya. Saya sangat tau pemandangan apa yang sering menjadi santapan saya yaitu
wanita.
Tentu, hal ini
bukan hal baru bagi saya. Sejak saya berada di desa pun, saya menikmati apa
yang saya dapat nikmati tersebut, walaupun memang nyatanya berbeda jauh apa
yang ad adi kota dan desa. Bagi mereka-mereka yang memang ‘baru’, mungkin akan
terkaget melihat keadaan kota ini. Entah ketika siang menjelang ataupun malam yang
dingin berselimutkan dunia yang belum diketahui.
Ada beberapa hal
yang saya tangkap berbeda antara gadis
kota dan gadis desa.
Perbedaan pertama antara gadis kota dan gadis desa : Kematangan Sex
Ketika
saya SMP, guru saya pernah berkata, “Zaman dahulu, anak desa akan lebih cepat
matang dalam hal sex ketimbang anak kota. Anak desa sering melihat orang tuanya
mengawinkan sapi sehingga mereka merekam adegan kawin, meskipun itu adalah
adegan kawin sepasang hewan. Anak kota? Mereka tak mendapatkan kesempatan itu,
yang mereka dapatkan adalah daging sapi yang didapat dari menyembelih sapi-sapi
yang kawin tersebut.” Zaman sudah berbeda, itu dahulu. Banyak hal yang berubah
dari puluhan tahun yang lalu. Kini, anak kota sepertinya lebih cepat matang
dalam hal sex ketimbang anak desa.
Pesatnya
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu penyebab
fenomena ini. Informasi semakin mudah untuk berpindah dan diakses. Internet
makin bebas untuk digunakan dan cepat. Siapapun dapat memanfaatkannya walaupun
untuk tujuan yang tak baik seperti halnya pornografi.
Gadis
kota akan lebih leluasa mengakses informasi tersebut ketimbang gadis desa yang
notabene infrastruktur untuk mengakses internet dengan cepat, mudah, dan hemat
belum tersedia. Gadis kota berpeluang besar untuk mengobati rasa ingin tahu
akan sex nya ketimbang anak desa yang terkurung dalam ketradisionalan. Gadis
kota, lebih mudah untuk memupuk kematangan sex nya daripada gadis desa yang
masih diliputi keterbatasan teknologi.
Perbedaan kedua antara gadis kota dan gadis desa : Penampilan & kesan
Sejujurnya,
ketika awal saya datang ke kota ini saya terkaget dengan gadis-gadis yang ada
di sini. Saya tak hanya melihat secara kasat busana, melainkan juga kesan. Saya
akui banyak sekali gadis yang berpakaian minim di sini. Parahnya, hal tersebut
seakan wajar dan dibiarkan begitu saja.
Selain
itu, kesan yang saya dapat ketika melihat gadis yang ada di sini sangat jauh
berbeda ketika saya melihat gadis seusia di desa saya. Semisal saya melihat gadis
berseragam biru putih di sini, kesan
yang saya tangkap jauh lebih dari itu. Pandangannya, cara berjalannya,
keberaniannya, auranya, dll seakan mereka telah melampaui fase yang harusnya
mereka masih ada di sana. Ketika saya melihat sosok gadis SMP di sini, seakan-akan
saya melihat sesosok gadis SMA di desa saya, setara.
Bukan
maksud menilai dan mengumumkan, tapi nyatanya memang tak sedikit gadis yang
saya temui di sini demikian adanya. Sorot mata anak-anak yang seharusnya saya
temui di bola mata indah itu seakan tak ada, tergantikan oleh sorot mata sosok
yang lebih dewasa, jauh lebih dewasa. Sungguh perbedaan yang amat nampak di
mata saya.
Perbedaan ketiga gadis antara kota dan gadis desa : Kebebasan
Gadis
kota dan gadis desa beda taraf kebebasan? Tentu. Gadis kota seakan lebih
bebas melakukan apapun yang mereka inginkan ketimbang gadis desa karena kurang
berpengaruhnya faktor pengontrol yang ada. Faktor kontrol yang di maksud di
sini adalah orang tua dan lingkungan.
Di
kota, sikap apatis antar personal jauh lebih tinggi daripada di desa. Hal ini
sangat mudah diamati. Silahkan tes dengan bertanya nama pemilik rumah yang
berjarak enam rumah di samping, kemungkinan besar orang kota akan susah
menjawab pertanyaan tersebut atau bahkan tak tahu. Berbeda dengan orang desa
yang kemungkinan besar akan mengenal siapa pemilik rumah tersebut. Sikap apatis
ini pun punya peran dalam pembentukan gadis kota yang seperti sekarang ini,
bebas. Orang tua seakan tidak peduli dengan seorang anak yang memakai pakaian
begitu minim dan berjalan di samping jalan umum. “Emang dia siapa gue?”, “Emang
lo siapa?” pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang menjadi penghalang
seseorang untuk lebih peduli di kota. Gadis menjadi merasa bebas melakukan
apapun bermodalkan pertanyaan apatis tersebut.
Berbeda
halnya bila gadis tersebut berada di desa. Ketika ia melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung masyarakat lokal tentu ada
konsekuensi logis yang akan diterimanya. Contoh sederhana dari kasus ini adalah
seorang gadis yang berpakaian minim dan berjalan di samping jalan raya. Ketika
ia melakukan hal tersebut, faktor pengontrol akan segera berfungsi. Entah apa
bentuknya, menjadi bahan perbincangan ibu-ibu RT, sindiran, atau bahkan teguran
sangat mungkin didapatkan oleh si gadis tersebut karena masih kentalnya
nilai-nilai yang diangkat serta kuatnya peran faktor pengontrol dalam
keberjalanan kemasyarakatan di desa.
Perbedaan keempat gadis antara kota dan gadis desa : Keberanian
Poin keempat ini masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya. Gadis kota cenderung lebih berani dibandingkan gadis kota dalam berbagai hal. Entah itu dalam berbusana, berbicara, atau bahkan beraksi. Gadis kota memiliki kepercayaan diri yang tinggi, itu saya akui. Mereka pun memiliki kekuatan berbicara lantang tentang apa yang mereka pikirkan atau rasakan, hal ini menjadi kelebihan mereka ketimbang gadis desa. Selain itu, keberanian untuk beraksi, melakukan apa yang mereka inginkan pun bagi saya adalah sebuah nilai tambah bagi gadis kota karena keberanian mereka itu mereka mampu melakukan dan mendapatkan apa yang mereka inginkan jauh lebih banyak ketimbang gadis desa.Gadis desa terbiasa hidup dalam kepatuhan kepada orang tua yang menjadikan mereka kurang bisa menyuarakan apa yang mereka inginkan. Ketika orang tua berkata A maka keinginan gadis desa adalah A. Menerima. Sikap malu-malu pun masih sangat nampak ketika mereka harus menampilkan kemampuan yang mereka punya. Mereka masih belum terlalu menyadari apa yang mereka bisa, siapa mereka, dan bagaimana diri mereka sehingga kurang terpupuk rasa percaya diri ketika ada momen yang mengharuskan seorang gadis desa mempersembahkan sesuatu. Berbeda halnya dengan gadis kota yang terkesan lebih gencar mengeksplorasi dirinya sendiri sehingga mereka tau apa yang mereka miliki.
Tentu, tidak
semua gadis di kota maupun di desa sesuai dengan pernyataan yang saya berikan
sebelumnya. Namun, inilah hasil dari pengamatan yang saya lakukan. Inilah
pandangan saya terhadap gadis kota dan gadis desa.
Di kota saya pun
masih sering menikmati pemandangan gadis berkerudung nan anggun dengan
senyumannya. Di desa pun saya pernah menjumpai gadis desa yang menggunakan
pakaian mini. Semua ada, hanya kadarnya berbeda.
Saya bersyukur
mendapatkan kesempatan untuk tau banyak hal. Belajar dari banyak hal tersebut.
Saya bersyukur berkesempatan membagi semua itu kepada kalian hingga bisa dipetik
suatu pelajaran. Namun, saya tak ingin terbiasa dengan hal-hal negatif.
Cukuplah saya tau tanpa harus terbiasa. Cukuplah saya tau tanpa harus
terjerumus ke dalamnya. Cukuplah saya pernah pulang pagi dari tempat hiburan, mendahului
gadis kota yang masih betah di sana pun saya pernah. Cukuplah saya
bertanya-tanya mengapa gadis itu begitu berani dan betah ada di sana. Cukuplah.
Tulisan tentang perbedaan
gadis kota dan gadis desa ini hanyalah sebuah contoh fenomena pergaulan
remaja yang nyata ada di sekitar kita. Semoga tulisan ini menginspirasi dan
menggerakkan banyak orang untuk lebih peduli pada lingkungan sekitar, pada
anak-anak, teman, sahabat, ataupun saudara sendiri. Semoga tulisan ini
menyadarkan betapa pentingnya peran orang tua dan lingkungan dalam membentuk
pribadi yang baik dan tetap dalam jalur yang diberkahi. Semoga tulisan ini
menjadi awal bagi tulisan-tulisan lain yang bermanfaat.
Salam,
Bang Satya
kalau perbedaan lelakinya, ada?
ReplyDeleteWah, ini nyelam ke postingan lama pasti deh.
DeleteBeda cowok desa sama kota ya? hm...
bukan nyelam, ada disamping kanan ko masuk jadi tulisan terfavorit.
Deletenah loh, ada gak perbedaannya?
Mestinya ada :D
Delete