Harta yang Memalukan
Saya lupa sejak kapan saya mulai
mendapatkan harta yang amat berharga ini. Saya lupa kapan pertama kali ia
muncul. Namun, saya ingat bahwa dahulu saya sering malu memiliki harta ini.
Mungkin bukan hanya saya, melainkan mayoritas manusia zaman sekarang.
Harta yang Memalukan & Saya Dahulu
Ketika SMP dulu, sangat sedikit
anak-anak yang memiliki harta yang memalukan. Mungkin hanya segelintir orang dan saya
adalah salah satu dari mereka yang beruntung. Bila di tanya mengapa saya
memiliki harga ini saya sering menjawab atau dijawabkan oleh teman saya bahwa
saya terlalu sering berpikir. Benar? Mungkin saja. Namun, saya bersyukur dengan
adanya harta ini saya bisa lebih akrab dengan rekan-rekan saya walaupun mereka
lebih tua, karena harta ini pula saya punya panggilan lain, “Mbah”.
Waktu berlalu dan tiba masa di
mana saya masuk ke dunia SMA. Mulailah banyak orang yang memiliki harta yang memalukan ini
walaupun mungkin tak sebanyak saya. Bedanya, apabila saya ditanya mengapa saya
memiliki banyak harta ini jawaban saya sekarang lebih ilmiah yaitu karena
adanya mutasi genetik di bagian tersebut akibat terlalu seringnya saya
tersengat lebah ketika kecil dahulu. Oke fix. Pelajaran biologi kelas XII
seakan bermanfaat bagi saya untuk menjawab pertanyaan klise tersebut.
Beda masa beda jawaban. Mungkin
itulah kalimat yang menggambarkan jawaban saya atas pertanyaan tentang harta
ini. Ketika kuliah, makin banyak saja orang-orang yang berkesempatan
mendapatkan harta yang memalukan ini. Orang-orang yang bertanya pun makin banyak walaupun
pertanyaannya sama. Untungnya saya memiliki jawaban yang berbeda dari
sebelumnya. Apabila ditanya kok harta saya ini begitu banyak maka saya jawab
bahwa satu ahrta saya merepresentasikan kawan-kawan saya di STEI2012, hehe.
Fix, masalah terpecahkan, saya memiliki jawaban atas sebuah pertanyaan.
Harta yang Memalukan itu Mulia
Jadi, sudahkah kamu tau harta
yang saya maksud? Ya. Dia adalah uban. Seringkali banyak orang yang malu
memiliki uban. Saya pun demikian, dahulu. Lalu, apakah sekarang saya malu
memiliki uban-uban ini? Haha, tidak!. Saya justru merasa beruntung memiliki
uban-uban ini. Mengapa? Sesuai dengan hadist
“Barangsiapa
memiliki uban di jalan Allah walaupun hanya sehelai, maka uban tersebut akan
menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” Kemudian ada seseorang yang berkata
ketika disebutkan hal ini: “Orang-orang pada mencabut ubannya.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Siapa saja yang ingin, silakan
dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat).” (HR. Al Bazzar, At Thabrani
dalam Al Kabir dan Al Awsath dari riwayat Ibnu Luhai’ah, namun perowi lainnya
tsiqoh –terpercaya-. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Maka tidak sepatutnya saya malu
dengan uban ini melainkan harusnya saya bangga dan bersyukur karena Allah telah
memberikan kesempatan bagi saya untuk memiliki cahaya di hari kiamat nanti.
Lagi-lagi, apa yang diterangkan Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 216 terbukti
“Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”
Dulu saya tidak suka punya uban
dan begitu ingin mencabutinya disamping karena malu tapi juga enak. Nyatanya,
apa yang tak saya suka tersebut ternyata baik bagi saya.
Jadi, masihkah kamu menganggap
uban sebagai harta yang memalukan?
Salam
Bang Satya.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu