Skip to main content

Matahariku


Minggu, 23 Desember 2012.

                Ada banyak perbedaan antara hari ini dengan hari-hari sebelumnya seperti perbedaan tentang dimana aku berada saat ini, bagaimana suasana hati ini, dan dimana matahariku. Perubahan-perubahan yang mungkin sangat berarti bagiku dan bagi orang-orang di sekitarku.

                Tempatku menulis tulisan ini berbeda jauh dengan tempatku menulis tulisan-tulisan sebelumnya walaupun dengan teknik pengintaian kata yang sama, dengan tangan-tangan yang sama, serta tombol keyboard yang tak ada beda. Kini aku berada di Lumajang, kota kecil yang memberikan kedamaian kepada perantau sepertiku yang kembali pulang ke tanah tercintanya. Tanah surga dimana banyak keindahan tersimpan di dalamnya dengan susunan yang begitu rapi. Sebuah kota yang mampu membuat wajah yang jarang tersenyum ini tersenyum manis untuk beberapa saat ketika nampak jelas tugu yang bertuliskan Selamat Datang di kabupaten Lumajang.  Sebuah kota yang mampu membuat hati yang mungkin telah beku ini merasakan sensasi deg deg plas ketika aku sadar bahwa aku kini sedang melintasi jalan yang sama, jalan yang dahulu terbiasa ku lalui setiap harinya. Jalanan yang begitu banyak kenangan di atasnya. Sebuah kota yang bisa memenuhi hasratku tuk menikmati sapuan ombak pantai serta hembusan angin laut yang menenangkan. Sebuah sensasi yang telah lama ku rindukan.

                Bukan tanpa alasan mengapa ku ingin merasakan sensasi hembusan angin dan sapuan ombak laut. Besar harapanku tuk bisa menghanyutkan segala sedih yang mungkin sekarang tengah merantai hati.  Menerbangkan kehampaan yang mungkin mulai terasa. Semakin terasa seiring berjalannya waktu. Kehampaan yang muncul ketika matahariku pergi tuk sementara. Ya, sementara, karena ku yakin ku bisa mendapatkannya kembali nanti, di waktu yang telah ditentukan. Sang matahari, ia yang memberikan kehangatan melalui sinarnya, ia yang memberikan kesempatan tumbuhan untuk berfotosintesis dengan memanfaatkan foton-foton yang ia pancarkan. Ia yang selalu ada di setiap hari selama ku membuka mata. Namun kini ia pergi tuk sementara dan kini kesepian dan kehampaan itu kian terasa, makin terasa dengan semakin banyaknya kata yang ku untai dalam tulisan ini. Butuh waktu memang untuk ku terbiasa tanpanya.  Terbiasa tanpa hangat sinarnya, terbiasa tanpa hadirnya dalam hariku, terbiasa tanpa segala sesuatu yang berhubungan dengannya,ku hanya belum terbiasa.

Comments

Popular posts from this blog

Setahun Bekerja dan Tinggal di Belanda

Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn. Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote   working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.  Mendapatkan Pekerjaan di Belanda Sebenarnya, tidak ada alasan...

Pengalaman Berangkat Haji Tanpa Antri dari Belanda (2025)

Alhamdulillah.Pertama-tama, aku ingin mengucapkan syukur pada Allah yang sudah memberikan izin dan kuasa sehingga aku dan Nova untuk berhaji pada tahun 2025 ini dengan proses yang baik, lancar, dan nyaman. Di tulisan ini, aku coba untuk berbagi detil bagaimana kami bisa berangkat haji dari Belanda dengan periode waktu yang singkat, kurang dari 2 tahun sejak tinggal di Belanda. Suasana setelah Tawaf Ifadah dan Sholat Sunnah Keinginan Berhaji Pada tahun 2021 lalu, kami sudah melakukan pendaftaran haji reguler di Indonesia, aku pernah tuliskan prosesnya di  https://blog.aryya.id/2021/03/melaksanakan-rencana-yang-tertunda.html . Sayangnya, waktu tunggu untuk haji reguler kami adalah sekitar 30 tahun. Bagi kami, waktu 30 tahun bukanlah waktu yang singkat. Belum tentu tenaga yang kami punya di usia saat itu akan optimal untuk beribadah di tempat yang nan jauh di sana terlebih dengan cuaca yang sangat panas. Beberapa waktu setelahnya, kami melihat salah satu teman kami dan istrinya berang...

Tricky Installation RouterOS on Windows 10 using Hyper-V

Hi, After two days wondering and trying to find why i can't install RouterOS on Windows 10 using Hyper-V, i have found that the solution for undetected interface is very simple. It is jsut change from default Netowrk Adapter to Legacy Network Adapter. So, here is it, my new tutorial. Hope you enjoy and don't hesitate to ask.