Mengapa Aku Tetap MencintaimuInilah yang membuatku merindumu,Inilah yang membuatku mencitnaimu,Kamu, deru air terdengar,Bagai angin yang perlahan merengkuh jiwa,Semalam ku terdiam,Tak bisa menjauhimu,Terjebak, dalam nostalgi kenangan abadi,Ketentraman yang tak mungkin tergantikan,Mereka mendekat,Bergerak mendekatiku,Melalui kaki mereka menyentuhku,Hening..hening…hening…dengarkan suara ini,Perlahan merasuki jiwamu, menuju hatimu, dan menyebar ke seluruh ragamu,Candu, mencintaimu adalah candu,Dan mengenalmu adalah awal dari semua kisah-kisahku,Mungkin, bila perjalanan singkat tadi pagi tak kulakukan, aku akan melupakannya, tersesat dalam hiruk pikuk perkotaan yang semakin menjadi dan menggerogoti sanubari.
Ia
Seringkali aku membuat puisi pun tulisan sebagai
buah dari kekagumanku akan salah satu ciptaan Sang Pencipta, wanita. Namun,
puisiku kali ini, tulisanku kali ini bukan untuk mereka dia, melainkan
untuk ia.
Taukah engkau siapa ia? Taukah engkau mengapa ia dan
buka dia? Pasti, engkau pasti tak tahu, karena aku pun baru menyadari betapa
berartinya ia. Tidak melulu dia dia atau dia, tapi kini ia.
Ia yang jauh sebelum aku mengenal dia atau mereka bisa
membuatku duduk termenung lama, merebahkan badan tanpa beban, pun merasakan
kententraman yang tak tergantikan.
Kembali Pulang
Sebuah kenikmatan bisa kembali pulang ke tempat ini,
rumah. Tempat orang-orang yang secara tulus memberikan cintanya. Tempat
berbagai cinta dan kasih sayang bertemu tanpa pamrih. Tempat permulaan semua
ceritaku. Tempat di mana tangan ini menjabat tangan-tangan lain, merangkul bahu
kawan yang setia hingga sekarang.
Tempat Bermain
Perkawanan kita tercipta melalui perkenalan dan
diperkuat seiring makin banyaknya permainan yang kita lalui bersama.
Aku masih ingat betul tempat-tempat yang kujadikan
ladang peperangan ketika kecil dahulu ketika imajinasiku tak terkalahkan oleh
logika-logikaku. Pun oleh hukum fisika yang semakin diketahui semakin mengikat
dan mengurung imajinasi itu sendiri.
tempat balap sepeda |
Jalan yang tak beraspal dan hanya beralaskan tanah
serta rerumputan di sampingnya. Jalanan lurus yang menanjak serta bergunduk
inilah yang menjadi pemuas dahaga ku dan kawan-kawanku ketika kami ingin
balapan sepeda. Tak ada wanita cantik dengan rok mininya yang memayungi kami
ketika start. Tak ada. Hanya kami sendiri, bocah-bocah dengan sepeda
alakadarnya yang terkadang menyelipkan botol air mineral diantara rangka dan
ban supaya terdengar suara krek krek krek mirip sepeda motor. Darinya
kami mendapatkan sensasi bersaing, memang, kalah, bahkan terjatuh.
Jalan menuju Sari #1 |
Inilah jalanan yang sering ku
lewati ketika umur enam tahun. Bersama lek
yang setia memboncengku. jalan ini sering saya lalui. Sesekali kami berhenti
untuk saya memetik bunga kecil di samping jalan lantas ku hisap madunya. Manis.
Lebih manis dari seorang gadis. Alami. Haha.
Jalan menuju Sari #2 |
Dilanjutkan dengan melintasi
satu-satunya jalan di tengah persawahan ini. Sempit? Tenang, dulu tak sesempit
ini. Rumput yang sudah meninggi itu dulu tak seberani itu menghalangi jalan kami.
Penarik hati #1 |
Paling tidak, selama perjalanan, kami disuguhi
pemandangan indah yang bisa membuatku berlama-lama memandangnya. Bahkan, aku
bisa jauh lebih tahan memandangi pemandangan ini ketimbang memandangi
gadis-gadis yang sering ku temui di perantauan. Dan, potret selanjutnya ku
persembahkan untuk seorang kawan yang sangat suka terhadap langit.
Penarik Hati #2 Pemandangan yang sangat jarang bisa ditemukan di kota rantauku, Bandung. |
Akan menyenangkan bila kamu jadi datang ke
tempat ini. :)
Sari?
Jalan menuju Sari #3 |
Ketika aku hendak menemuinya, jalan inilah yang
tersedia. Pepohonan yang rela menghalau terik, rerumputan yang berkali-kali
menggelitik kaki, dan ular yang mungkin sudah lama melihat dari kejauhan tidak
sebanding dengan kepuasan hati ketika aku bisa menemuinya, Sari.
Si Cantik 'Sari' |
Itulah dia, Sari, nama yang kuberikan untuk
mata air ini. Sudah bertahun-tahun lamanya aku tak ke sana, membasuh mukaku
dengan airnya, bahkan mengguyur tubuhku yang rasanya sudah kotor ini. Ia masih
sejernih dulu, ia masih seindah dulu, ia masih saja bisa membuatku duduk
berlama-lama sebatas mendengarkan dia bernyanyi, melantunkan lagu dari gemercik
air yang lebih merdu dari rayuan seorang wanita.
makanan ular |
Tumbuhan ini hidup di cadas samping mata air
tersebut. Sampai sekarang, aku masih belum tau nama tumbuhan ini apa. Yang aku
tau, kata orang orang, tumbuhan ini adalah makanan untuk ular.
Talas, ia tumbuh di sekitar sumber mata air.
Menjadi alat tempur ketika aku bermain air dahulu.
Bersambung….
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu