Kau takkan
mengerti lukaku
Menghadapi entitas
sepertimu
Kau takkan
mengerti dukaku
Merasa tersalahkan
oleh ampas-nya sikap dan prematur-nya
tuduhan mu
Seenak hati
menyalahkan padahal dirinya tak juga benar
Dengan
enaknya membenarkan diri setelah menyalahkan sebatas untuk kembali menyalahkan
Oh…kau
takkan mengerti lukaku
Menerima
kata-kata emosional-mu yang tak kunjung terimprovisasi
Jemuhnya diriku
akan kemonotonanmu
Yang dari
dulu itu-itu saja yang jadi bahanmu
Kau takkan
mengerti bosanku
Karena
labilnya sifatmu yang ini begini yang ini begitu
Padahal selokan
saja masih konsisten mengalirkan air
Entah
bercampur sampah ataupun muntahan orang-orang yang telah mabuk
Lagi-lagi
kau masih tak bisa mengerti
Mungkin
engkau bisa menuliskan cerita indah versimu
Dengan alur
menarik yang tak pernah bisa ditebak oleh siapapun
Cerita itu
adalah hakmu, milikmu
Engkau bisa
menuliskan aku menjadi milikmu,
Tapi hatiku
adalah milikku
Dan adalah
hakku memberikannya pada siapapun yang aku mau
*Saya meminjam beberapa petikan puisi Kangen –WS
Rendra. Terlebih untuk kalimat “Kau takkan mengerti lulaku”
mungkin ada jamu yang bisa mengobati jemu.. :D
ReplyDeletekayaknya emang butuh jamu deh Mas
Delete