Skip to main content

Ke-BENAR-An

Seringkali ketika saya menonton ceramah, atau lebih enak disebut berpikir bersama, dari Cak Nun, beliau sering kali mengungkapkan tentang macam-macam kebenaran. Pun yang saya suka dari cara dan konten yang disampaikan oleh beliau adalah tidak adanya paksaan untuk mempercayainya ataupun memutlakkan bahwa apa yang disampaikan itu adalah benar.

Macam-Macam Kebenaran

Kebenaran Sendiri

Yang dimaksud dengan kebenaran sendiri adalah kebenaran yang hanya diri sendiri yakini bahwa itu benar atau bisa lah disebut kebenaran lokal. Saya yakin, setiap orang memiliki kebenaran nya sendiri yang mana tidak akan terusik oleh kebenaran orang lain walaupun seringkali dari luar akan terlihat sebagai orang yang keras kepala atau dalam pandangan positifnya teguh pendirian.

Kebenaran Bersama

Bisa juga disebut dengan kebenaran komunal yang mana benar karena disepakati benar oleh banyak orang. Contoh sederhananya apa? Ya demokrasi, ya musyawarah, ya apapun yang benar karena ada pihak-pihak yang setuju bahwa apa yang disepakati adalah benar adanya.

Kebenaran Sejati

Nah, kebenaran ini lah yang sebenarnya adalah betul-betul benar dan tidak salah. Bukan karena disepakati oleh banyak orang, tapi memang karena kebenaran ini adalah kebenaran yang asli, sejati, tidak terbantahkan. Biasanya disebut dengan kebenaran Tuhan.

Bila di-hierarki-kan, kebenaran sejati merupakan kebenaran tertinggi disusul dengan kebenaran bersama dan terakhir adalah kebenaran sendiri. Mungkin konsep demikian adalah konsep yang sudah diketahui dan dimengerti oleh banyak orang. Namun, sebenarnya bukan itu yang mengusik pikiran saya beberapa waktu ini melainkan tentang kebenaran yang lain.

Kebenaran Ilmiah

Dari beberapa artikel yang saya baca, inti dari kebenaran ilmiah ini lebih ke arah adanya fakta-fakta yang menjadi bukti bahwa sesuatu itu benar adanya. Fakta yang ketika diulangi atau ditinjau lagi masih ada tak terbatas oleh subjeknya dan biasanya bersifat kuantitatif.

Lantas, apakah saya kontra terhadap kebenaran ilmiah? Jelas-jelas tidak, saya pun setuju dengan adanya kebenaran ilmiah. Namun yang menjadi pertanyaan saya adalah, apakah sesuatu yang tidak bisa dirasakan oleh semua orang, atau sesuatu yang tidak semua orang bisa temui bukanlah sebuah kebenaran? Ketika orang barat sangat mengedepankan logika dan menolak penggunaan “rasa” maka akan ada banyak hal yang menurut saya tidak akan masuk dalam kategori kebenaran. Nah, apa iya demikian? Sesempit itukah kebenaran? Hanya kebenaran ilmiah yang harus terkuantifikasi dan dapat diungkap dalam satuan internasional? Lagi-lagi, hal ini masih mengganggu pikiran saya karena saya sendiri yakin bahwa kebenaran tidak sepenuhnya dapat ditentukan oleh otak melainkan juga oleh hati. Nah, kalau sudah menyangkut hati kan jadinya tentang “rasa” dan tidak semua orang bisa. Alhasil, ada yang bilang salah, sesat, klinik, dan lain sebagainya.

Saya jadi teringat sebuah pernyataan yang tak saya ingat siapa yang berucap bahwa fakta diterapkannya demokrasi di Indonesia bukanlah karena demokrasi adalah sistem terbaik melainkan sistem yang paling mungkin diterapkan diindonesia. Saya garis bawahi tentang paling mungkin diterapkan. Ya karena paling mudah, setiap orang punya satu hak yang bisa dipakai. Mau dia pintar, kurang pintar, kaya, tidak kaya, berpengalaman, tidak mengerti apa-apa, atau apapun, mereka dianggap sama. Pertanyaannya adalah, apakah yang demikian ini benar? Disamaratakan sebagai manusia, lantas mengapa batu dan emas dibedakan harganya padahal sama-sama barang mati? Bila dianalogikan pada kebenaran tadi, apakah kebenaran ilmiah juga demikian? Menjadi acuan karena hanya kebenaran ini yang paling mungkin dipakai oleh semua orang? Bukan karena kebenaran yang terbaik? Bukan karena benar sejati? Masih menjadi pertanyaan bagi saya sendiri.

Salam,

Aryya Dwisatya W

Comments

  1. "Bila dianalogikan pada kebenaran tadi, apakah kebenaran ilmiah juga demikian? Menjadi acuan karena hanya kebenaran ini yang paling mungkin dipakai oleh semua orang? Bukan karena kebenaran yang terbaik? Bukan karena benar sejati?"

    Ya, 'kebenaran ilmiah' diterima karena paling mungkin dipakai oleh semua orang. Sebelum ada yang membuktikan salah, 'kebenaran ilmiah' masih dapat diterima. Masih mungkin ada kebenaran yang lebih baik.

    Contoh : Dulu gelombang elektronagnetik hanya dianggap sebagai partikel, bukan materi. Sebagian besar scientist sudah puas dengan penjelasan itu. Namun, ada scientist lain yang dapat membuktikan kalau terdapat partikel dalam gelombang elektromagnetik.

    ReplyDelete

Post a Comment

Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu

Popular posts from this blog

Setahun Bekerja dan Tinggal di Belanda

Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn. Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote   working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.  Mendapatkan Pekerjaan di Belanda Sebenarnya, tidak ada alasan...

Pengalaman Berangkat Haji Tanpa Antri dari Belanda (2025)

Alhamdulillah.Pertama-tama, aku ingin mengucapkan syukur pada Allah yang sudah memberikan izin dan kuasa sehingga aku dan Nova untuk berhaji pada tahun 2025 ini dengan proses yang baik, lancar, dan nyaman. Di tulisan ini, aku coba untuk berbagi detil bagaimana kami bisa berangkat haji dari Belanda dengan periode waktu yang singkat, kurang dari 2 tahun sejak tinggal di Belanda. Suasana setelah Tawaf Ifadah dan Sholat Sunnah Keinginan Berhaji Pada tahun 2021 lalu, kami sudah melakukan pendaftaran haji reguler di Indonesia, aku pernah tuliskan prosesnya di  https://blog.aryya.id/2021/03/melaksanakan-rencana-yang-tertunda.html . Sayangnya, waktu tunggu untuk haji reguler kami adalah sekitar 30 tahun. Bagi kami, waktu 30 tahun bukanlah waktu yang singkat. Belum tentu tenaga yang kami punya di usia saat itu akan optimal untuk beribadah di tempat yang nan jauh di sana terlebih dengan cuaca yang sangat panas. Beberapa waktu setelahnya, kami melihat salah satu teman kami dan istrinya berang...

Tricky Installation RouterOS on Windows 10 using Hyper-V

Hi, After two days wondering and trying to find why i can't install RouterOS on Windows 10 using Hyper-V, i have found that the solution for undetected interface is very simple. It is jsut change from default Netowrk Adapter to Legacy Network Adapter. So, here is it, my new tutorial. Hope you enjoy and don't hesitate to ask.