Suatu waktu saya membaca status
seorang kawan yang menceritakan pengalamannya beribadah di salah satu masjid.
Beribadah di masjid? Tentu perihal yang bagus, sayangnya tidak semua berpikir
tentang apa, tapi siapa. Begini maksud saya.
Suatu ketika ada teman saya yang
sholat di masjid, dia perempuan dan kesehariannya masih belum menutup aurat
secara keseluruhan. Sesampainya di sana, malah mendapatkan respon negatif
berupa omongan dari orang-orang lain
yang mungkin lebih dahulu menutup seluruh auratnya. Alhasil, ada rasa tidak
nyaman karena mendapatkan perlakuan demikian.
Saya jadi heran, kok ya malah
yang sudah menutup auratnya malah tidak bisa menutup mulutnya dan membiarkan
orang lain untuk beribadah? Toh bukannya memang pencapaian orang tidak sama?
Mungkin mereka sudah menutup aurat sekarang, tapi belum demikian dengan kawan
saya. Saya bukan bermaksud membenarkan kawan saya yang belum menutup aurat
tersebut, tapi saya sangat tidak setuju dengan sikap orang-orang yang mencibir
atau menghina orang yang masih belum mengenakan jilbab untuk menutup auratnya.
Allah saja mau menerima hambanya sekotor apapun dia, kok malah manusianya yang
sok suci karena hanya beberapa helai kain ia merasa boleh membaut omongan di
belakang? Yang saya takutkan adalah adanya pandangan bahwa masjid itu eksklusif
hanya untuk orang-orang yang ngakunya alim. Ngakunya alim dari ucapan atau
penampilan, masalah hati siapa yang tahu.
Coba kembali dipikirkan, bukahkan
masjid ada sebagai tempat ibadah dan sarana untuk mengajak orang dari yang
tidak baik menjadi baik? Atau dari baik menjadi lebih baik? Lha kalau yang
tidak baik atau belum baik tidak diterima di masjid, lantas bagaimana mereka
bisa menjadi baik? Bagaimana kita bisa menjadi baik?
Oke, supaya tulisan ini lebih diterima
oleh kaum yang agamais dan tidak sepenuhnya opini pribadi, saya ambil dua ayat
dari Al-Quran:
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok)
wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang
siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim. (QS.
al-Hujurat : 11)
Udah jelas? Untuk kalian yang merasa
lebih baik dan merendahkan orang lain, coba tolong lagi-lagi dipikirkan. Kalau
ngakunya islam, coba sekali lagi introspeksi apakah kalian apakah kita sudah
menjadi rahmat bagi seluruh alam? Tidak mungkin rahmat mencederai hati makhluk.
Beda cerita kalau islam hanya sebagai identitas pada kartu-kartu yang tak akan
dibawa mati.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu