Pada suatu saat nanti, akan datang saat kita harus memilih siapa yang
harus menjadi pasangan kita. Bila tak bisa memilih secara jasad, paling tidak
kita bisa memilih secara hati. Meskipun jasad dan hati tak selalu sama.
Keterangan
Pada tulisan ini tidak akan
digunakan dalil dari kitab agama manapun melainkan pemikiran yang bersifat
subjektif. Mari belajar saling terbuka terhadap perbedaan pemikiran.
Pada Suatu Ketika
Pada suatu ketika saat
pertanyaan-pertanyaan “Kapan nikah?” sudah makin sering terdengar maka secara
tidak langsung muncul pertanyaan yang mendahuluinya, “dengan siapa nikah?”.
Lalu saya harus bagaimana? Sebagai seorang lelaki, ada jutaan wanita yang
mungkin menjadi pasangan saya nanti. Lantas, saya harus memilih siapa?
Mahasiswa Tingkat Akhir
Biasanya, walaupun tidak selalu,
pertanyaan semacam itu makin sering terdengar ketika kita sudah mencapai
tahapan ini, mahasiswa tingkat akhir , terlebih ketika sudah memiliki kepastian
tanggal lulus. Lantas, apakah dia yang mendampingi ketika wisuda atau mereka
yang akan mengarak kita yang akan menjadi pasangan kita nanti? Who knows.
Kriteria Pasangan Ideal
Saya yakin, semua orang memiliki
kriteria pasangan ideal yang ingin dia dapatkan nanti. Saya pun demikian, saya
memiliki kriteria pasangan ideal saya diantaranya:
1.
Seagama
2.
Menghormati orang tua
3.
Diterima keluarga
4.
Pintar
5.
Bisa membuat nyaman
6.
Manis
7.
Menyenangkan
8.
Terbuka
9.
Pintar memasak
10.
Tidak gampang cemburu
Namun, apakah semua kriteria itu
harus saya dapatkan? Tidak harus! Dan saya pun yakin tidak akan mendapatkan
semua kriteria tersebut. Lantas bagaimana bila ada beberapa orang yang
masing-masing memiliki kriteria yang saya inginkan tersebut? Poligami! Hahaha,
tenang, saya hanya bercanda J
Saya jadi teringat sebuah kisah
tentang seorang pembantu yang jatuh cinta pada seorang anak bangsawan. Hingga
suatu ketika orang tua sang wanita mengetahui dan tidak menyetujui hubungan
mereka. Sang pembantu pun diusir dan bersumpah akan kembali. Belasan tahun
berlalu, ia menjadi seorang jendral besar, ia pun pulang menjemput pujaan
hatinya. Namun sayang, ternyata pujaan hatinya telah meninggal bunuh diri
karena hendak dinikahkan. Semenjak itulah, ia memulai perjalanan cintanya dengan
menikahi setiap gadis yang memiliki kemiripan dengan pujaan hatinya.
Mulai Kebingungan
Lantas bagaimana bila dalam satu
waktu ada beberapa orang yang memiliki kriteria tersebut? Memiliki semuanya?
Bukankah itu bukan yang tidak mungkin? Kuncinya adalah…
“Tidak ada kata cukup melainkan dicukupkan atau mencukupkan.”
Sekali memilih maka tetaplah
dengan pilihan itu. Bukankah demikian? Misalkan, saya memilih dia karena saat
ini dia adalah wanita tercantik yang bisa saya temui, tapi apakah pada saatnya
nanti saya tidak bisa menemukan wanita yang lebih cantik dari dia? Sangat mungkin
saya menemukannya. Namun, ketika kita sudah mencukupkan diri untuk tidak
mencari, maka tak peduli seberapa harum bunga di taman atau seberapa indah
bintang di langit, maka tetap rembulan yang akan kita pandangi setiap malam.
Pada akhirnya, semua kembali
kepada preferensi kita masing-masing. Saya memilih bukan hanya untuk saya,
tetapi juga untuk keluarga. Sangat mudah mencari wanita yang bisa saya terima,
tapi tak mudah mencari dia yang bisa keluarga saya terima. Lalu, bagaimana
dengan kamu?
Salam,
Aryya Dwisatya W
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu