Cobalah, sesekali, engkau berlari
ke ujung dunia. Atau bersembunyi di lebatnya hutan. Lantas coba engkau temukan
tempat di mana tak ada langit malam yang menaungimu. Sesungguhnya Tuhan ku
memerintahkan ku untuk membaca bukan hanya apa yang ada dalam kitab nya
melainkan apa yang tersebar dalam semesta raya. Dengan demikian, maka
izinkanlah serang aku dengan kerendahan hatiku untuk mencoba menafsirkan apa yang
sebenarnya Tuhan ingin sampaikan melalui perbendaharaan-Nya yang begitu banyak
di alam ini. Yang aku tau maupun tak aku tau.
Langit Malam
Seringkali ku melihat ke atas
kepalaku, apa yang ada di sana? Apakah ada yang berubah? Nyatanya tidak. Di
sana selalu ada langit malam yang ketika matahari bersembunyi ia menampakkan
diri. Ketika matahari meraja maka ia merindu dalam ketidak tahuanku. Ya, langit
malam, ia seperti diciptakan untuk menyampaikan pesan bahwa akan selalu ada
orang yang setia terhadapmu. Bisa jadi ia setia menyayangimu, setia merindumu,
atau kesetiaan lain yang aku tau. Ia selalu ada, hanya saja terkadang kita tak
tau. Ia selalu ada, hanya saja seringkali kita mengacuhkannya. Lantas,
bagaimana ketika ia tak lagi mau menaungi kita? Mengkhianati kesetiaannya
karena kita yang tak pernah sadar akan hadirnya?
Laut
Ada pula laut, yang biru airnya
begitu kusuka. Mirip dengan langit ketika pagi hingga sore hari. Tidakkah laut
begitu indah? Dengan ombak nya yang sering menari. Anginnya yang lembut
menyentuh kulit. Dan bau khas yang tak bisa ditemui selain di sana, laut.
Siapa yang lebih lapang hati
daripada laut? Ia menerima segala yang dibawa oleh sungai. Sampah, serapah,
benih, atau apapun itu. Ia menerima semua itu. Sampai saat ini pun aku masih
menyukai laut karena dengannya sering kali aku menemukan keramaian yang berirama.
Gunung
Kekuatan? Kekokohan? Ketinggian
hati? Itukah pelajaran yang hendak disampaikan oleh gunung kepadaku? Tidak.
Sungguh tidak. Bagiku pesan nya begitu halus hingga tak mampu hanya dipahami
secara kasat mata. Setinggi apapun gunung yang kudaki maka tetap saja tangan ku
takkan sampai, menggapai langit. Mungkin gunung mengajarkan kita tentang batas
diri ku. Seberapapun kita berusaha, akan selalu ada batas yang menjadi pembeda
antara bumi dan langit. Walaupun mereka pernah bersatu tapi nyatanya kini
mereka terpisah. Dan gunung, hadir untuk menyadarkan ku bahwa seringkali apa
yang nampak dari mataku menyatu pada hakikatnya terpisah karena sesuatu yang
berbeda.
……
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu