Kulitnya Putih Matanya Sipit |
Mungkin akan ada kawan-kawan yang
bertanya, mengapa judul tersebut yang menjadi pemula dari tulisan saya kali
ini. Namun sebelumnya timbul pertanyaan yang harus dijawab dahulu oleh rekan
rekan, apakah muncul sebuah gambaran konkret benda atau makhluk ketika kalimat
tersebut rekan-rekan baca?
Subjudul Matanya Sipit Kulitnya Putih
Sesungguhnya judul itu bukanlah
milik saya, sama sekali bukan melainkan milik sebuah acara yang diberi nama
Kenduri Cinta yang ternyata tadi malam sedang merayakan ulang tahunnya yang
ke-15.
Tadi malam pun sama, kam ditanya
oleh rekan-rekan yang berada di depan, apa yang terpikirkan oleh kami semua
ketika membaca kalimat tersebut? Macam-macam! Ada yang menjawab terpikir
tentang rencana kedatangan 10 Juta turis ke Indonesia, ada yang terpikir
neneknya, ada yang terpikir kawan-kawannya, ada yang terpikir tentang sifat
dari manusia masa kini yakni tentang merasa
paling benar dengan pengetahuan yang sempit atau berpengetahuan sempit sehingga
merasa paling benar.
Mengikuti Alur Kenduri Cinta
Suasana Awal Kenduri Cinta |
Acara kenduri cinta dimulai pada
pukul 20.00. Dimulai dengan dikir dan membaca sholawat seperti biasanya. Masih
belum terlalu banyak orang yang datang ketika itu. Makin malam justru makin
ramai. Percaya? Pengajian dimulai dengan sebuah pertanyaan tentang judul
tersebut yang sebenarnya diberikan pengantar melalui mukadimah yang bisa
dilihat di http://kenduricinta.com/v5/mukadimah-kulitnya-putih-matanya-sipit/.
Demikianlah muncul banyak pemikiran, muncul banyak gambaran. Yang mana banyak
dari kami ketika membaca kalimat tersebut, kami meloncati fase berpikir dan
langsung menuju konklusi. Padahal banyak sekali kemungkinan interpretasi dari
kalimat tersebut. Di sini pelajaran demi pelajaran pun diperoleh.
Nge-Jam Ala Kenduri Cinta
Ada kejadian menarik yang terjadi
tadi malam, ketika dua orang tamu dari Malaysia, muslimat NU cabang Malaysia
datang dan naik ke atas panggung lantas melantunkan sholawat. Agak sunyi
awalnya, tapi lama kelamaan muncul suara hadrah (terbangan) yang meramaikan
lantuna sholawat tersebut. Saya kira ada hubungan antara sang penabuh dengan
penyanyi, tapi ternyata eh ternyata, mereka nge-jam, beraksi tanpa berlatih
bersama dahulu. Keterhubungan yang kebetulan kah?
Nge-Jam Grup Hadrah dan Sholawatan |
Mengaji Kembali
Salah satu dari sekian banyak hal
yang saya sukai dari Kenduri Cinta tadi malam adalah hadirnya kembali rasa yang
hanya saya dapatkan ketika mengaji di langgar, tapi dengan suasana yang lebih
seru. Dengan orang-orang yang lebih banyak, dengan bahasan yang lebih tajam,
dan lebih sesuai dengan ukuran umur saya sekarang. Dan dari sananya saya
belajar banyak hal.
Membebaskan Diri dari Belenggu Doktrin
Setelah forum berjalan cukup
lama, akhirnya barulah disampaikan bahwa sebenarnya yang dimaksud dari matanya
sipit kulitnya putih itu adalah Yajuj dan Majuj yang dalam Al Quran diceritakan
sebagai sesuatu yang merusak. Pertanyaannya adalah, apakah Yajuj dan Majuj itu
hanya sebuah cerita yang sudah selesai atau sebuah cerita yang mungkin akan
terjadi lagi? Pun dibahas tentang dajjal yang katanya mengetahui segala sesuatu
yang ada di dunia ini. Bila disilangkan dengan fenomena sekarang apakah dajjal
sudah ada? Mungkin, tapi sistemnya yang sudah ada. Internet, pola penggunaan
internet, ketidaksadaran manusia menjadi objek dari desain, dan lain
sebagainya.
Internet memberikan akses kepada
semua orang untuk berbagi data. Namun, apakah kita yakin tidak ada satu pihak
yang punya kepentingan yang bisa menggunakan semua data kita? Ketika di masa
ini kita sesering mungkin berbagi apa yang kita lakukan, apa yang sudah kita
lakukan, apa yang kita lakukan, kondisi di sekitar kita, bahkan pemikiran kita.
Apakah kita menyadari bahwa kita masuk dalam pola yang sudah ditentukan oleh
pihak lain? Masing-masing kita memiliki jawabannya sendiri.
Belajar Mengidentifikasi
Salah satu bagian yang menurut
saya sangat penting dan sudah bias pada saat ini adalah kemampuan
mengidentifikasi sesuatu. Bagaimana kita bisa membedakan benda dengan sifat
bila kita tidak benar-benar memikirkannya. Panas dan api itu berbeda. Panas itu
sifat dan api itu adalah benda. Demikian, tapi tetap saja ada yang menganggap
dua hal itu sama. Gula dan manis pun dapat diidentifikasi.
Tidak hanya sampai di sana, tapi
juga kami belajar tentang identifikasi sesuatu itu sifatnya materiil atau
rohaniah. Materiil cenderung bersifat sementara sedangkan rohaniah bersifat
permanen. Ambil contoh uang, mayoritas menganggap uang sebagai bentuk materiil.
Lho, kalau yang dikejar adalah sesuatu yang sementara, masak iya kita bisa
mencapai keabadian? Berbeda ketika kita
juga menganggap uang itu bersifat rohaniah yakni kebermanfaatan uang
tersebut. Hal tersebut lebih kekal.
Belajar Membuat Pola Sebab Akibat
Tiba-tiba selepas pukul dua belas
malam seorang perempuan berusia tujuh belas tahun bertanya, “Cak, perdamaian
macam apa yang dibutuhkan Indonesia?” Jujur saja, awalnya saya memikirkan
jawaban retoris yakni perdamaian di segala bidang yang mana setiap elemennya
harmoni menjalankan fungsinya. Namun jawaban lain muncul dari Cak Nun dengan
menggunakan sebab-akibat. Kunci dari jawaban pertanyaan tersebut adalah tentang
keadilan karena hanya dengan keadilan kedamaian bisa terwujud.
Pemahaman Mengenai Syariat, Tarekat, Hakikat, Makrifat
Akhirnya saya lebih tercerahkan,
Ngaji bersama tadi malam makin membuka wawasan bahwa kempat hal tersebut adalah
sebuah kesatuan. Syariat menjadi dasar dalam melakukan sesuatu, sedangkan
tarikat adalah cara untuk kita bisa memaknai, hakikat adalah pemaknaan yang kita
dapat, sedangkan makrifat adalah pemaknaan pemaknaan atau hasil-hasil yang kita
dapatkan. Ketika ingin mencapai hakikat, ya jalankan dulu syariat dilanjutkan
tarekat nya. Seperti sebuah cerita yang disampaikan tadi malam:
“Pada suatu ketika Panembahan Senapati
tidak mau sholat jumat. Ketika bertemu dengan pasukannya selalu berkata , ‘saya
sudah sholat di Mekah’. Pada suatu ketika, Panembahan Senapati pergi ke Mekah
dan di depan Masjidil Haram bertemu dengan seorang berpakaian adat jawa sedang ‘ngarit’
(mencari rumput) lantas Panembahan Senapati bertanya.
Kamu orang jawa kan? Iya gusti
Untuk apa kamu di sini? Mencari
rumput gusti
Nyari rumput kok jauh-jauh ke
Mekah? Lha gusti sendiri sholat jumat jauh-jauh ke mekah.
“
Lantas terdengar gelak tawa dari
para hadirin dan saya pun teringat cerita-cerita yang saya dapatkan ketika SMA.
….
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu