Kehidupan mahasiswa memang
berbeda, sangat berbeda dari kehidupan ketika SMA. Boleh percaya boleh tidak,
tapi inilah yang saya rasakan.
Saya tidak akan membahas seluruh
kehidupan ketika kuliah pada tulisan ini, terlalu panjang, Kawan. Saya hanya
akan membahas sebagian kecil saja yakni tentang hidup di kampus.
Hidup di kampus dapat diartikan secara
denotatif yang artinya benar-benar menjalani hidup di kampus. Makan, mandi,
tidur, dan berbagai hal manusiawi lain sedangkan secara konotatif, hidup di
kampus berarti mencurahkan sebagian waktu untuk segala kegiatan yang berpusat
di kampus. Kali ini, saya akan bercerita tentang alasan saya berniat mengakhiri
hidup di kampus secara denotatif.
Beberapa waktu yang lalu, saya
dan beberapa teman saya, sebut saja Gilang, Yanfa, Riady, Tegar, dll, begitu
sering tidur di kampus, di sekretariat himpunan kami. Awalnya saya sangat
bersemangat untuk menginap di kampus, sangat semangat hingga pernah dulu ketika
awal hampir seminggu penuh saya menginap di kampus. Pulang ke kosan hanya untuk
mandi saja. Setelah itu? Ya lanjut ke kampus lagi untuk kuliah dan selanjutnya
menginap lagi. Begitu seterusnya hingga beberapa hari lalu.
Suasana di dalam sekre ketika malam (lagi makan krupuk mlarat dari Cirebon) |
Banyak teman-teman yang bertanya,
“Ngapain aja sih lo nginep di kampus? Seneng banget sih nginep di kampus? Emang
lo gak sayang kosan yang udah bayar mahal?”. Ada beberapa hal yang membuat saya
sangat suka tidur di kampus terutama di sekre himpunan kami yakni:
·
Rame.
Inilah
alasan utama saya sering menginap di sekre. Ketika menginap, selalu ada teman
yang menemani, alhasil saya tidak merasa kesepian. Kalau saya di kosan, saya
sendirian, di ruangan yang tak terlalu lebar, tapi sendirian, sepi pisan euy.
Kurang suka.
·
Internet
kenceng.
Alasan ini
yang jadi penunjang. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di
depan laptop dengan koneksi internet yang memuaskan. Selain internet yang
kenceng, kuota yang begitu besar membuat saya nyaman. Kalau di kosan, udah
internetnya enggak terlalu kenceng, kuotanya pun jauh lebih sedikit. Kurang
suka
·
Gitar.
Di rumah
Lumajang, saya punya gitar warisan om saya yang sudah meninggal. Saya begitu
suka bermain gitar, untuk diri saya sendiri. Ya karena saya enggak mahir, hanya
sebatas bisa. Beruntung, di sekre ada gitar bahkan sampai dua jumlahnya. Karena
itu saya sangat suka tidur di sekre, bisa mengobati kangen bermain gitar.
·
Tidur
pagi.
Ketika di kosan, seringkali saya
tidur sebelum jam 12 malam sedangkan ketika menginap di sekre saya biasanya
bisa tidur selepas jam 12 malam, pagi. Dengan demikian, makin banyak waktu saya
untuk belajar maupun berkarya. Kalau di kosan mah seringnya tidur, padahal
bangunnya juga jam segitu-segitu aja. Sayang banget eta waktu yang ilang.
(bahasa Sundanya belepotan, haha)
Namun, dibalik beberapa hal yang
menggoda itu tetap saja ada beberapa hal yang memberatkan timbangan saya untuk
tidak lagi menginap di sekre dan mengakhiri hidup di kampus. Ada alasan
eksternal maupun internal sih, semuanya sederhana.
Pertama, saya sudah dua kali
masuk angin dan rasanya enggak enak banget, seharian jadi males bahkan pernah
sampe skip kuliah. Malah enggak produktif kan? Alasannya sederhana, saya tidak
sekuat teman-teman saya terhadap hawa dingin sekre. Bayangin aja, jam 12 malam
yang lagi dingin, tapi jendela malah dibuka. Sok aja kalau suka dingin, gue ke
kosan aja, haha.
Kedua, pas tidur di sekre,
seringkali telat sholat shubuh. Bangun-bangun, eh, udah jam setengah enam aja.
Lampu langit udah menyala walaupun enggak terang. Yakali mau begitu
terus-terusan. Gue kagak mau jadi orang munafik oi.
Ketiga,Ini alasan utama saya
mengapa saya ingin mengakhiri hidup di kampus. Ketika saya tidur di
sekre, saya tak bisa menatap target dan impian yang ingin saya capai. Tak bisa.
Itulah hal yang sangat tidak saya sukai dan saya sayangkan. Saat saya masuk ke
kamar kosan saya, saya bisa dengan leluasa menempelkan target-target yang
hendak saya capai dan impian yang ingin saya realisasikan. Kalau di sekre?
Tidak bisa.
Ruang Impia. Bukan Ruang Vektor :)) |
Memang, kamar kos saya tidak seramai sekre. Mungkin, fasilitas di
kosan saya tidak selengkap fasilitas di sekre. Memang, ruang kamar kos saya
tidak sebesar ruang sekre. Namun, kamar kosan saya masih cukup besar untuk
menampung impian dan target-target yang ingin saya capai. Bagi saya itu sudah
cukup. Selama saya bisa selalu memandangi mereka, berusaha sedikit demi sedikit
untuk mewujudkan mereka, saya sudah cukup senang.
Tempat yang nyaman untuk merebahkan badan |
Mungkin sekarang saya tidak
bisa bermain gitar ketika bosan setelah belajar saat tengah malam. Tak apa-apa.
Mungkin koneksi internet yang kencang itu terbatasi hanya sampai saya pulang ke
kosan, tak apa-apa. Selama saya tetap bisa berinteraksi dengan impian-impian
saya, saya sudah cukup merasa senang.
Inilah impian dan target yang
kini tertempel di dinding kamar kos saya.
Kumpulan target dan impian saya. Terinspirasi menempel setelah masuk kamar seseorang |
Target
|
|
IP 4 Semester III
|
Buruk Baik Menginspirasi
|
IP 4 Semester IV
|
Write bestseller books
|
Berpenghasilan 1 juta di Bulan
November 2013
|
HMIF 2015
(*Udah
ada yang pingin gue ubah di sini)
|
Berpenghasilan 2 juta di Bulan
Desember 2013
|
Imagine Cup 2014
|
Beasiswa S1 dan S2
|
Sholat shubuh 5 menit setelah
adzan
(*orang
yang kagak sholat subuh sama isya itu cirinya orang munafik coi)
|
Tidur 4 jam sehari
|
Life without regret
|
Life is documentating
(*hidup itu mendokumentasikan
sesuatu, terserah mau medianya apa)
|
Hanya ada dua tipe orang di
dunia yakni pecundang dan orang yang pantang menyerah
|
Keep Calm. You can solve it!
(*Tetap tenang dalam setiap
kondisi. Olah rasa)
|
“Diana” - November 2013
(*Dia yang begitu spesial)
|
*mungkin ada beberapa yang lebih
berupa prinsip, tapi bagi saya itu pun termasuk target. Memegang prinsip pun
target, kan? :D
Dia yang begitu spesial. :D |
Itulah
beberapa alasan sederhana saya mengapa saya memilih mengakhiri hidup di kampus dalam artian
denotatif. Kawan-kawan memiliki pengalaman dan pemikiran yang sama ataupun
berbeda? Sok aja bagi via komentar. Oke bro? Hindari jadi silent reader yak. :D
BangSatya
Buruk Baik Menginspirasi
wah emang sih enaknya itu internet kenceng kalo dikampus, jadi betah :D
ReplyDeleteIya, haha, tapi tetep aja kamar kosan ternyata lebih punya daya tarik :D
Deletecopy cat
ReplyDeleteAda lagi, Bil? Sok aja diomongin :D
Deletebanyak wid, cuma males aja diomongin disini.
Deleteoh ya,
begitu buka pintu terus langsung depan persisnya kasur itu kurang bagus kalau menurut fengshui.
Via chat aja kalau gitu..
DeleteSeriusan?
Ini kamarnya emang kayak gini, buka pintu ya pasti keliatan kasurnya meskipun dtaruh di pinggir
di kampus gua juga banyak tuh yang suka nginap di kampus. tapi gua males. soalnya pergaulannya agak gimana gitu.
ReplyDeletelebih asik di tempat tinggal sendiri walau sederhana
eh, main main ke blog gua juga ya
Kalau di sini, pergaulan sih oke-oke aja. Cuman ya beberapa hal yang gue sebutin tadi, esensial menurut gue. :D
DeleteSama kayak dinding kamarku, banyak tempelan dimana-mana :D
ReplyDeleteTapi memang mimpi sebaiknya ditulis, supaya kita selalu ingat apa yg kita mimpikan :)
...hingga akhirnya ia mnejadi kenyataan. Insyaallah itu inspirasi tulisan saya setelah ini. :D
Delete