Sekali lagi,
Allah memberikan nikmat-Nya kepada kami. Sebuah nikmat yang amat berkesan dan
benar-benar kami sadari, STEI2012 menjadi juara I TPB Cup Volly Putra 2013.
Saya tak akan bercerita bagaimana keseluruhan jalannya pertandingan. Saya tak
akan bercerita betapa ramainya supporter
STEI2012 siang tadi. Saya tak akan bercerita apa saja yang kami teriakan tadi
siang. Saya juga tak akan bercerita tentang panasnya terik matahari kala itu
atau bahkan panasnya mendapat gesekan.
Sekali lagi saya
mendapatkan pelajaran berharga, dari seorang teman yang berjuang di lapangan
sedangkan kami, supporter STEI2012,
berjuang di samping lapangan. Ketika tim volly kami beraksi, tapi dia tidak ikut
bertanding, para supporter berteriak,
“Mainkan Faza, mainkan Faza, main Faza,
main Faza, mainkan Faza, mainkan Faza.” Alhasil, manager tim kami, Alvin ’Kwkwkw’
(dipanggil ‘kwkwkw’ karena dia gampang ketawa) memainkan Faza, penonton pun
bersorak dan Faza hanya tertawa malu. Apakah supporter kami berteriak nama
Faza, memuja-muja dia, atau bahkan melempari bunga? Sayangnya tidka, para
supporter malah berteriak “Kelaurkan
Faza, keluarkan Faza, keluarkan Faza.”, haha, seperti kurang ajar memang,
tapi ya begitulah keadaan kami tadi, banyak tawa yang tercipta ketika terik
matahari menghujani jaket angkatan berwarna biru dengan lambang STEI2012 di
lengan kanan. Di tempat yang tak di sangka saya bertemu dengannya selepas
pertandingan. Saya pun menyapanya, dia pun membalas. Saya pun memulai
pembicaraan mengenai pertandingan yang telah usai tersebut. Yok opo arek-arek maeng iku, kurang ajar,
pas amu maen malah dikongkon metu artinya gimana anak-anak tadi, kurang ajar, pas kamu lagi main malah disuruh
keluar. Coba tebak apa yang terucap dari mulutnya. Iya, mereka memang kurang ajar atau ungkapan tidak rela lainnya?
Sayang sekali, bukan seperti itu. Dia malah berucap Yo rapopo, iku tandane duwe konco artinya Ya enggak apa-apa, itu artinya saya punya teman. Seketika saya
ingat teman-teman di kota saya, Lumajang. Saya berpikir beberapa saat hingga
berujung keiyaan saya pada ucapannya, saya setuju.
Bila saya ingat
kembali, sahabat saya bukan lah orang yang selalu saya puji, melainkan malah
orang-orang yang sering saya hina maupun saya ganggu. Aneh? Mungkin saja, tapi
yang jelas sejak saya kecil, penghinaan adalah salah satu metode yang tepat
bagi saya untuk lebih dekat dengan orang lain. Kalau dibuat dalih yang
membenarkan penghinaan tersebut saya akan menjawab, ”Dalam penghinaanku ada
perhatian yang tidak nampak. Dengan menghinamu berarti aku tau apa yang ada di
dirimu.” Tanpa mereka yang saya anggap teman, tanpa mereka yang saya anggap
sahabat, walaupun mereka belum tentu menganggap sahabat maupun teman, maka
dunia saya akan sepi, sangat sepi. Karena dengan adanya mereka, saya bisa
tertawa, saya bisa menghina, saya bisa berteriak, saya bisa menemukan hal-hal
baru, saya bisa melakukan hal-hal yang mungkin orang pikir tak mungkin saya
lakukan, dan banyak hal lainyang tidak bisa saya sebutkan. Tanpa mereka saya
hanya seorang manusia kesepian dan mungkin kamu adalah bagian dari mereka yang
saya maksud.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu