PLO (Profession
& Leadership Orientation) STEI2012.
Berbagi,
berbagi, dan berbagi. Selalu saja berbagi. Kali ini saya ingin berbagi tentang
apa yang saya dapatkan di PLO STEI2012 Day 1 yang diadakan pada 20 April 2013
kemarin. Selain agar orang lain bisa mengambil pelajaran dari apa yang saya
terima, saya berharap tulisan ini menjadi catatan tak terhapuskan jikalau suatu
saat saya lupa tentang apa yang telah saya dapatkan kemarin.
Waktu
menunjukkan sekitar pukul 08.15, tiba-tiba ada seorang kakak panitia PLO
STEI2012 memberikan instruksi di dekat tempat kami berkumpul pada pagi itu.
“Massa STEI2012,
bentuk enam banjar di depan saya”. Tak butuh waktu lama untuk membentuk enam
banjar di depan kakak panitia yang tak saya tahu siapa namanya. Per dua baris
kami dipersilahkan berjalan mengikuti kakak pendamping dengan berbagai tulisan
di punggungnya. Ternyata eh ternyata, kami digiring ke Plaza Widya, jalan utama
kampus Ganesha di mana terdapat kolam Indonesia Tenggelam yang merupakan kolam
diantara dua himpunan fakultas saya, HME dan HMIF. Spanduk lebar nan tinggi
terbentang di samping kanan dan kiri kolam tersebut. HMIF di sebelah kiri dan
HME di sebelah kanan. Banyak panitia yang sudah stand by di sekitar kami, mengamati keadaan dan mengkondisikan
supaya semua dapat berjalan dengan lancar.
Tak berapa lama,
muncul lah dua orang MC di atas tangga, seorang lelaki dan seorang perempuan.
Seorang perempuan yang membuat saya mengingat seorang perempuan entah perempuan
yang sama atau perempuan lain yang tersenyum ketika berpapasan dengan saya
beberapa waktu lalu. Back to topic, selayaknya
acara formal pada umumnya, acara ini dibuka dengan sambutan dari beberapa orang
seperti Koordinator Kemahasiswaan Teknik Informatika Bapak Syaiful Akbar, Ketua
ALTERA (Aliansi Teknik Elektro Informatika) Kak galuh, dan Ketua Panitia PLO
STEI2012 Kak Dola. Ada beberapa hal yang saya anggap penting kala itu, salah
satunya adalah pesan dari Pak Syaiful, “Kalian di sini tidak hanya disiapkan
untuk menjadi pemimpin, tapi juga disiapkan untuk dipimpin karena tidak mungkin
kalian akan memimpin di semua lini. Ada saat dimana kalian akan dipimpin”. Saat
itu saya kembali tersadar akan keterbatasan manusia, keterbatasan seorang yang
tak mungkin bisa menghandle segala
hal. Pasti ada suatu saat di mana ia bukan menjadi seorang pemimpi, melainkan
seorang yang dipimpin. Selain itu, Pak Syaiful pun berpesan untuk tetap rendah
hati dan jauh dari arogan bagaimanapun keadaan kami.
Setelah acara
resmi dibuka oleh Ketua Panitia PLO STEI2012, kami dikelompokkan berdasarkan
agama. Awalnya saya tak tahu apa yang direncanakan panitia. Kami hanya menurut
hingga terbentuk sebuah kelompok berdasarkan agama dan lagi-lagi kami digiring
ke tempat yang belum kami tahu di mana. Dugaan saya bahwa kami akan digiring ke
lapangan Sipil salah, malahan kami (massa STEI2012 yang beragama Islam)
digiring ke Gedung Serba Guna Masjid Salman. Ternyata di sana sudah menunggu
seorang kakak panitia berpakaian santai. Semua baik-baik saja hingga ia meminta
kami mengeluarkan selembar kertas dan sebuah bolpoin. Perintahnya sederhana, ia
hanya meminta kami menuliskan saat kapan kami merasa jauh dari Allah. Beberapa
saat kami terdiam, ia mengingatkan untuk berbincang dengan hati masing-masing
hingga akhirnya saya menulis suatu kalimat yang merepresentasikan saat saya
jauh dari Allah. Apakah semua sudah selesai? Tentu tidak, setelah permintaan
pertamanya terpenuhi, ia kembali meminta sesuatu. Ia meminta kami menuliskan
saat kapan kami merasa dekat dengan Allah hingga di akhir ia meminta kami
meminta menandatangani kertas yang berisikan nama dan jawaban atas pertanyaan
yang ia ajukan. Mungkin teman-teman yang lain berpikir bahwa kertas tersebut
akan dikumpulkan, saya pun demikian, tapi kami salah. Ternyata kertas tersebut
tak dikumpulkan, tapi disimpan baik dalam dompet sebagai pengingat bagi kami
semua. Sebuah cara yang bagus J
Setelah sesi
tersebut selesai, masuk lah pembicara tama pada saat itu, kang Dito namanya.
Dia berkuliah di Universitas Kristen Maranatha jurusan Kedokteran dan sudah
lulus beberapa waktu yang lalu. Sesi itu diisi dengan cerita dan pertanyaan.
Saya menangkap dari inti kisah yang diberikan adalah sebisa mungkin bagaimana
kita menghormati, menyayangi, dan menjaga hari orang tua kita. Sebisa mungkin
tak ada penyesalan dalam diri kita karena telah menyakiti ataupun mengecewakan
orang tua yang telah membesarkan, menyayangi, dan melindungi kita sejak kita terlahir ke dunia.
Sesi cerita pun
berakhir dan moderator mempersilahkan peserta bertanya, saya pun bertanya.
“Saya pernah
membaca suatu ungkapan yang menyebutkan bahwa barang siapa mengenal dirinya
maka dia mengenal Tuhannya, lalu menurut kakak, kakak itu apa, kakak itu siapa,
dan seberapa jauh kakak mengenal diri kakak sendiri?”, tanyaku waktu itu dengan
memperkenalkan diri sebagai Satya. Kak Dito pun
menjawab dan parahnya aku lupa bagaimana jawabannya, hehe.Namun, aku
tetap ingat kesan yang ku dapat dari jawabannya kala itu. Kang Dito tidak
menjawab pertanyaanku dengan tegas, melainkan dengan penjabaran yang ia harap
untuk ditarik sendiri kesimpulan dari cerita tersebut. Aku tak menyalahkan atau
membenarkan jawaban dari Kang Dito karena memang aku hanya ingin tau bagaimana
Kang Dito menjawab pertanyaan seperti itu dan Kang Dito pun telah menjawabnya.
Masuk ke sesi
selanjutnya, kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan anggota per
kelompok sekitar 12 orang. Seperti biasa, review materi dari peserta dan
diskusi ringan dengan kakak mentor baru. Bahasan kali ini adalah tentang tujuan
hidup. Apa sih sebenarnya tujuan hidup kita? Seberapa penting sih tujuan hidup
itu untuk ada? Mungkin tak semua orang bisa menjawabnya dengan yakin, tapi bila
berlandaskan Al-Quran Surat Adz Dzaariyaat ayat 56 maka tujuan hidup manusia
adalah untuk beribadah pada Allah SWT.
“Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Sehingga jelas
apa tujuan hidup manusia sebenarnya, tak ada bantahan, tak ada protes karena
dasar dari jawaban tersebut adalah firman Allah SWT. Lalu, bagaimana bila
seseorang tak memiliki tujuan hidup? Tentu hidupnya akan terombang-ambing bagai
sebuah perahu di tengah samudra. Ia bergerak mengikuti hempasan gelombang tanpa
tahu ke mana ia menuju. Berbeda dengan orang yang memiliki tujuan hidup, ia
tahu ke mana ia akan menuju, di mana ia akan berakhir, dan bagaimana usaha
untuk mencapai tujuan itu yang mana salah satu tujuan hidup adalah mati.
Adakah dari
rekan-rekan yang ketika membaca ayat tersebut langsung terbayang bahwa hidup
manusia hanya untuk sholat? Bila iya, maka ubahlah cara rekan dalam mengartikan
kata beribadah. Beribadah bukan hanya sholat, beribadah adalah hal yang lebih
luas dari itu. Beribadah adalah segala
amal baik yang diniatkan untuk Allah SWT. Belajar dengan niat untuk Allah, ia
termasuk ibadah. Membuang sampah di tempatnya dengan niat untuk Allah SWT
supaya bumi tetap terjaga dari kerusakan
juga termasuk ibadah, dan banyak hal lain yang sebenarnya bisa bernilai ibadah,
tapi kita tidak menyadari hal tersebut.
Sayang sekali.
Berlanjut ke
sesi selanjutnya, kami digiring ke Taman Ganesha untuk berkumpul bersama teman
satu kelompok. Kali ini saya masuk di kelompok 25. Banyak wajah yang sudah saya
kenal kecuali kakak mentor, hehe. Walaupun tak ada satupun dari dua mentor saya
yang perempuan, tapi alhamdulillah mereka tetap asik dalam membimbing kami.
Waktu sholat dan makan pun tiba, kami dipersilahkan untuk sholat dan makan, tak
ada yang spesial, selesai melaksanakan kedua hal tersebut kami langsung menuju
Lapangan Sipil ITB untuk melakukan kegiatan selanjutnya, game.
Pada bagian ini
kami semua dibagi menjadi empat batalyon besar yang mana per batalyon terdiri
dari sekitar 7-8 kelompok. Saya berada di batalyon empat dan berkesempatan
bertanding dengan batalyon dalam permainan bentengan. Pada babak pertama saya
hanya menjadi penonton, tapi di babak
kedua saya ikut bermain sehingga saya tahu esensi dari permainan tersebut.
Semangat, kekompakan, komunikasi, kepercayaan, kejujuran, tanggung jawab, dan
banyak lagi nilai yang ada di permainan tersebut adalah nilai yang sebenarnya
ingin ditanamkan kepada kami, STEI2012. Nilai-nilai umum yang belum tentu
dimiliki orang-orang pada umumnya. Nilai-nilai yang mungkin sudah dimiliki,
tapi belum sepenuhnya diterapkan.
Pada penghujung
acara, panitia memberikan hadiah pada peserta terbaik pada hari itu. Sayangnya
saya tak mendapat hadiah pada perlombaan tersebut (baca: tidak termasuk peserta
terbaik), hohoho. Selain itu, panitia uga membeberkan jumlah peserta yang hadir
pada Day 1 kemarin dan berharap
adanya peningkatan partisipan. Berharap? Ya, mereka tidak memaksa ataupun
mewajibkan, melainkan merekomendasikan untuk mengikuti acara tersebut karena
ada satu nilai yang dijunjung tinggi di STEI yaitu sukarela dan tanpa paksaan.
Semoga PLO Day 2 pada 27 April 2013 besok lebih
seru dari Day 1 kemarin. Semoga materi
tentang seluk beluk himpunan dapat memberikan ketebalan keyakinan dalam memilih jurusan setelah ada perwalian di pagi
harinya.
Demi STEI2012
yang berjaya berlandaskan kekeluargaan. 165…STEI! 165…STEI!
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu