Cemburu(ku) dan
Masa Lalu(ku)
Ketika menulis
artikel ini saya membuka beberapa tab Mozilla
Firefox yang berisikan halaman hadis
mengenai cemburu. Tidak terlalu sering memang saya menulis artikel di blog ini
dengan merujuk suatu buku atau tulisan orang lain karena saya lebih sering
menulis apa yang saya rasa dan pikirkan shingga tak ada batasan bagi saya dalam
menulis. Namun kali ini berbeda.
Cemburu, pernahkan kamu cemburu? Pernahkah kamu
berasa ingin memukuli seseorang karena melihat orang yang kamu sayang berada di
dekatnya? Pernahkah kamu merasa terbakar
atau menangis tanpa kamu sadari karena melihat dua orang bersama yang mana
salah seorang diantaranya adalah orang yang kamu sayang? Bila iya, mungkin
kamu telah cemburu. Saya tak tau pasti definisi cemburu atau mungkin memang tak
ada definisi baku dari kata cemburu, kalau ditanya cemburu itu apa ya saya
bakal jawab cemburu ya itu.
Bang, sejak kapan kenal cemburu? Sejak
kecil saya sudah mengenal cemburu, tapi masih dalam konteks keluarga. Ya, saya
cemburu kepada kakak saya sendiri. Ketika itu saya masih kecil dan saya cemburu
karena hal sepele yang sudah mengakar di masyarakat. Pernahkah kamu mendapati
sebuah keluarga dengan dua anak yang mana semua berasal dari suku Jawa? Bila
iya, maka perhatikanlah ketika ada seseorang bertanya mengenai sesuatu semisal
(Cahyo berperan sebagai kakak dan Dimas berperan sebagai adik), “Ayahnya Cahyo
pindah tempat dinas ya?” tak pernah saya temui orang yang bertanya ,”Ayahnya
Dimas pindah tempat dinas ya?”. Sebagai seorang adik mungkin cemburu pada
kakaknya karena kakaknya lah yang disebut dalam setiap pertanyaan, bukan
adiknya. Itulah pertama kalinya saya cemburu. Kalau sekarang sih selow aja,
haha, that’s not the most important cause
I know that our parents love both of us equally.
Bang, kata teman saya abang Playboy, bener
gak bang,apa abang selama ini enggak cemburuan? Waduh, kabar darimana itu.
Saya bukan Playboy hanya saja suka
bersilaturahmi (LOL). Jujur saja, dulu saya sangat amat jarang cemburu bahkan
bisa dikatakan limit mendekati tidak pernah. Entah apa alasan yang paling benar
kala itu, entah saya yang terlalu
percaya pada orang yang saya sayang atau malah karena saya sangat tidak peduli
apakah dia bersama orang lain atau tidak. Entah karena pada kala itu saya merasa
saya selalu bisa mendapat yang lebih baik, entah karena saya rasa kala itu saya
selalu bisa mengikat orang lain dengan amat erat, entahlah. Saya juga tak tau
pasti. Hingga beberapa hari yang lalu saya mendengarkan cerita dari seseorang,
demikian ceritanya.
“Rasulullah amat sering
bercerita tentang Khadijah pada Aisyah walaupun Khadijah telah meninggal. Suatu
ketika Aisyah cemburu dan berkata pada Rasulullah, ‘Wahai Rasul, apabila ada
sehelai daun yang jatuh dan dia jatuh di telapak tanganku maka ia akan terbakar
karena sangat panasnya’”
Saya belum tau
asal hadis itu, saya mencari-cari di internet dan belum menemukan hadis
tersebut, tapi ada hadis lain yang menyebutkan,
“Aku tidak pernah cemburu
kepada satupun diantara istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam
seperti cemburuku kepada Khadijah. Aku tidak melihatnya, akan tetapi Rasulullah
sering menyebut namanya. Terkadang beliau menyembelih kambing, lalu
memotong-motongnya, kemudian membagi-bagikannya kepada kawan-kawan
Khadijah.Pernah aku berkata pada beliau, ‘Seolah-olah tidak ada perempuan lain
di dunia ini selain Khadijah?” Beliau menjawab : “Dia dulu begini dan begitu.
Dan darinya pula aku punya anak” (dikutip dari keyeng86.abatasa.com) .
Hingga hadis
tentang kecemburuan sahabar Rasul yang berbunyi,
Sa’ad bin ‘Ubadah
radhiyallahu ‘anhu pernah berkata dalam mengungkapkan kecemburuan terhadap
istrinya:
“Seandainya aku melihat
seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukul laki-laki itu dengan
pedang (yang dimaksud bagian yang tajam, red)…”
Mendengar penuturan Sa‘ad
yang sedemikian itu, tidaklah membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
mencelanya, bahkan beliau bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan
cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Allah lebih
cemburu daripadaku.” (Shahih, HR. Al-Bukhari, dalam kitab An Nikah, bab
“Al-Ghairah” dan Muslim no. 1499) (Zul Fadli Ibnu Fauzi, Suami Cemburu, Wajib
Hukumnya!,edukasi.kompasiana.com)
Lantas bagaimana
dengan saya dahulu? Begitu sulitnya untuk cemburu pada seseorang. Entahlah,
tapi yang jelas cemburu itu kini ada lagi bersama seseorang yang sangat ingin
saya jadikan istri. Seseorang yang benar-benar bisa membuat saya meneteskan
garam dari kedua bola mata ini. Seseorang yang saya izinkan masuk dalam diskusi
internal antara saya dan kedua orang tua saya. Seseorang yang bisa membuat saya
cemburu hanya dengan menyebutkan satu nama dan satu kejadian.
Lalu, bagaimana
dengan masa lalu? Tak banyak yang ingin saya bagikan dan bahas tentang masa
lalu. Simak hadis berikut,
Aisyah
berkata bahwa Haalah binti Khuwailid saudara perempuan Khadijah meminta izin
bertemu Rasulullah Shalallahu alihi wassalam. Saat itu beliau teringat akan
cara minta izinnya Khadijah yaitu cara minta ijin Haalah yang mirip dengan
Khadijah. Beliau pun terkenang dan terkejut dengan berkata “ Ya, Allah itu
Haalah!” Aisyah yang melihat sikap beliau ini menjadi sangat cemburu. Aku
berkata pada beliau :”Untuk apa engkau mengingat-ingat perempuan tua yang sudah
tanggal giginya (ompong) dan sudah lama mati, padahal Allah telah memberimu
ganti yang lebih baik darinya”
Tentang
perkataan Aisyah”…akan tetapi Rasulullah sering sekali menyebut namanya” Ibnu
Hajar berkata bahwan dalam riwayat Abdullah al-Bahiyy dari Aisyah sebagaimana
di sebutkan dalam Kitab Ath-Thabrani “beliau menyebut nama Khadijah, tidak
bosan-bosan memujinya dan beristighfar untuknya
(dua hadis
diatas diambil dari abatasa.com)
Dapatkah kamu
melihat kecemburuan Aisyah kepada Khadijah walaupun Khadijah telah tiada?
Dapatkan kamu melihat rasa cinta Rasul terhadap Khadijah hingga membuat Aisyah
cemburu? Walaupun Khadijah telah tiada, tapi Rasulullah tetap mengingatnya dan
terus memujinya. Masa lalu yang tetap hidup hingga masa kini atau bahkan masa
yang akan datang. Oleh karena itulah, tiap jengkal masa lalu adalah suatu yang
berharga entah untuk dikenang atau dipetik pelajaran walaupun seindah apapun
masa lalu tersebut ia takkan pernah dapat terulang kembali.
Cemburulah,
karena cemburu adalah salah satu tanda sayang. Cemburu lah, karena dengan
begitu engkau tau siapa yang bnar-benar berarti. Cemburulah tanpa lupa batasan
dan bagaimana cara mengendalikannya.
Kamis, 25 April
2013 08.00
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu