“Cerita ini kita mulai buat
orang-orang yang lupa
Bahwa mati kan datang suatu waktu
Menyergap dirimu dikala kau lengah”
Bahwa mati kan datang suatu waktu
Menyergap dirimu dikala kau lengah”
Biarlah lagu yang berjudul “Cerita
Buat yang Lupa” karya Abah Iwan menjadi pembuka tulisan saya kali ini. Tengah malam
ini saya kembali menulis siratan pikiran yang terngiang-ngiang selama beberapa
hari yang lalu. Mendobrak-dobrak tengkorak yang kian hari makin mengeras.
Suatu ketika di basemen CC Barat
aku bercerita tentang rasa rinduku pada kedua orang tuaku, bapak dan ibuku. Tak
ku sangka ia membalas ceritaku dengan cerita lain tentang orang tuanya, ibunya.
Malam itulah untuk pertama kalinya aku mengetahui bahwa ibunya telah tiada.
“Gue kemarin ikut sholat jenazah di
Salman. Gue nangis Ya”, cerita dia bertahap.
“Gue tau kalau mati itu pasti. Gue
bayangin kalau orang yang gue sholati itu orang tua gue. Kalau dulu ketika ibu
gue meninggal, ayah gue yang jadi imam sholat. Kalau nanti ayah gue yang
meninggal, gue yang jadi imam sholat, masak orang lain yang jadi imam. Gue
mempersiapkan untuk itu.”
Entah betapa merindu teman ku itu
akan ibunya yang telah tiada. Mungkin hanya dia dan Allah yang tahu betapa ia
ingin bertemu dengan wanita yang membasuhnya dengan kasih sayang dan susah
payah melahirkannya.
Mati itu pasti.
“Sesungguhnya kamu
akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)” QS. Az Zumar ayat 30
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian
hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.
“ QS. Al ‘Ankabuut
ayat 57
Ketika Lek
‘paman’ ku meninggal, aku menangis, kakaku menangis, di perkuburan itu aku
menangis. Betapa aku tak kuasa membayangkan diriku berada di posisi adikku,
ditinggal pergi oleh ayah yang begitu menyayanginya. Betapa aku takut bahwa
yang aku tangisi itu adalah orang tuaku sendiri. Aku takut, amat takut.
Terkadang aku berpikir egois,
berpikir untuk mati mendahului orang-orang di sekitarku, orang-orang yang
menyayangiku agar aku tak merasakan betapa sedihnya ditinggalkan. Egois. Bapakku,
dan ibuku pun pernah mengalami rasanya ditinggalkan, mungkin bila harus
bercerita betapa sedihnya beliau berdua ketika ditinggal oleh kakek dan nenek ,
air mata yang amat jarang aku tau menetes itu akan terkucur bak air yang
mengalir.
Aku merasa belumlah kuat. Rasa
takut untuk ditinggalkan itu sangat besar hingga aku lebih ingin meninggalkan
daripada ditinggalkan. Aku hanya lelaki yang terlihat kuat, tapi nyatanya
rapuh. Bahkan, mungkin bila dibandingkan dengan teman gadisku yang beberapa
waktu lalu ditinggalkan ayahnya, aku terlampau lemah. Ketika ayahnya meninggal,
ia masih bisa membalas sms ku dengan tawa,
“Maaf, aku enggak bisa dateng.
Ayahku udah enggak ada, hehe”. Dia memang seorang gadis yang periang dan
gampang tersenyum. Entah tawanya kali itu menunjukkan bahwa ia benar-benar
telah ikhlas atas kepergian ayahnya atau hanya untuk membuat temannya tidak
terlalu mengkhawatirkan dia. Entah lah, semoga kesabaran dan kekuatan tetap
tercurah padanya.
Aku tau maut itu pasti datang, yang
tak ku tahu kapan ia akan datang. Aku hanya berdoa supaya ia datang ketika aku
telah menyelesaikan tugasku, tugasku sebagai seorang anak yang berbakti pada
orang tua, seorang teman yang mengajak temannya dalam kebaikan, saudara yang
saling tolong menolong, pemimpin yang adil dan bijaksana, dan segala peran lain
yang diamanahkan padaku. Aku ingin matiku nanti tanpa membawa tanggungan yang
tak tertuntaskan. Semoga nanti aku mati dengan damai dan senyuman serta
keringat dingin di dahi. Semoga nanti aku mati di hari kelahiranku, di hari
Jumat dengan begitu banyak orang yang menyolatkanku. Semoga matiku tak diwarnai
air mata yang berlebihan, melainkan doa yang dipanjatkan terus menerus dengan
ikhlas. Semoga matiku menjadi mati yang dinantikan oleh-Nya. Semoga matiku
adalah bentuk kerinduan-Nya padaku. Semoga matiku adalah bentuk sayang
dari-Nya. Semoga matiku adalah pertanda tempatku di sisi-Nya telah siap untuk
aku singgahi.
….
20/4/13 -01.07
Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah
pemilik langit dan bumi. Engkaulah yang memberiku hidup dan memberiku mati.
Panjangkanlah umur kedua orang tuaku, saudara-saudaraku, orang-orang yang
menyayangiku, orang-orang yang membenciku, dan orang-orang yang mengenalku.
Jadikanlah umur mereka barokah. Jadikanlah umur mereka ladang untuk mengais
ridhamu. Ya Allah, matikanlah aku dalam keadaan yang paling baik. Matikanlah
aku dalam keadaan siap berada di sisi-Mu, menerima setiap sayang-Mu. Ya Allah,
matikanlah aku dengan tetap menghidupkanku dalam hati orang-orang yang
menyayangiku dan aku sayangi, lancarkanlah doa mereka hingga doa tersebut dapat
ku terima sebagai bingkisan indah dalam kuburku. Ya Allah, persaksikanlah
taman-taman surga-Mu padaku ketika aku dalam kubur. Lapangkanlah kuburku hingga
ia mampu menampung setiap nikmat yang telah Engkau berikan padaku. Ya Allah,
jauhkanlah orang-orang yang aku tinggalkan dari ratapan yang berlebihan.
Kuatkanlah mereka, sabarkanlah mereka, dan sayangilah mereka. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu