Sampai sekarang masih saja ada
beberapa orang yang bertanya, “Ya, gimana setelah nikah?”. Sebenarnya, jawaban
dari pertanyaan tersebut sangat-sangat luas sebab tidak ada pembatas mengenai
bidang yang spesifik. Namun, saya akan coba menjawab.
Kalau dulu sebelum menikah saya
bisa ke mana saja dan kapan saja, ya sekarang sih tidak bisa. Ngoprek sampai malam di kampus atau
bahkan menginap, ah, sudah biasa. Sekarang? Wah, sudah jarang bro! Untungnya di
kos sekarang internet kenceng, thanks IndiHome hahaha
“Lho, kok enggak bisa pergi ke mana aja dan kapan aja?”, bukan
karena tidak bisa, tapi lebih karena tidak mau. Kalau saya pergi, nanti yang
menemani istri saya di rumah siapa? Kalau saya pergi, yang memastikan istri
saya sehat wal afiat siapa? Jadi, bersama bukan kebutuhan dia saja, tapi
kebutuhan saya juga. Ya bagaimana, ketika saya pergi sendiri, saya jadi
kepikiran, dia sehat? Dia sudah makan? Sekarang ngapain? Khawatir! Semoga bukan
paranoid. Yang jelas saya ingin memastikan dia baik-baik saja. Nah, di titik
ini saya jadi agak menyadari mengapa orang tua saya, terutama bapak, sangat
rela bercapek-capek untuk anaknya, untuk memenuhi bukan hanya kebutuhan anaknya
melainkan juga keinginannya. Kalau ada
yang harus capek maka biarlah itu aku bukan kamu.
Ya, pada akhirnya akan ada sesuatu yang harus dikorbankan untuk mendapatkan yang lain. Kali ini saya mencoba mengorbankan ke-egoisan-diri agar bisa menjalani hari-hari saya dengan bahagia bersama dia. Masih ada yang lain? Masih! Tapi,
cukup dulu untuk kali ini, hehe. Semoga ada manfaatnya membaca tulisan ini.
Salam,
Aryya Dwisatya W
Seorang suami yang membuat
tulisan ini dalam waktu 8 menit.
wow kereeeeeen hiheiheiheie
ReplyDelete