Ngalor-Ngidul
Berawal dari pencarian saya atas video ILC
beberapa waktu lalu, akhirnya tulisan ini tercipta. Sebenarnya saya tidak
terlalu menyukai tontonan seperti ILC kecuali lawakan kasar dan cara
intimidasinya. Lha mau apalagi, wong isinya seringkali Cuma debat kusir dan
intimidasi.
Namun ternyata, ada beberapa video ILC yang
membuat saya cukup tertarik untuk menyimak lebih lama karena peran tokoh yang
satu ini, Sujiwo Tejo. Berbicara di luar konteks hukum, beberapa pendapat yang
dilontarkan menurut saya sangat menyenangkan dan menyegarkan. Keadaan yang
tadinya keruh menjadi lebih terjernihkan. Biasanya diakhiri dari tepuk tangan
atau tawa dari audience.
Salah satu tayangan ILC yang saya sukai karena
adanya Sujiwo Tejo adalah tayangan berjudul “Kunjungan kerja atau Pelesiran”
yang ditayangkan pada tanggal 11 September 2012. Tentu, ada sebuah pernyataan
Sujiwo Tejo yang membuat saya tergerak untuk membuat tulisan ini setelah
mengiyakan apa yang dia katakan.
Dalam cuplikan tayangan yang hanya berdurasi
sekitar 2 menit yang dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=Kwgik5EbweI, dia menyebutkan,
“..saya akan tau dari pandangan mata mana
anggota DPR yang kalo making love itu
beli atau yang pacaran. Idealnya seorang wakil rakyat kalau bercinta
(begitu) karena suka sama suka, karena ada passion
, bukan beli. Itu nanti akan mempengaruhi. Orang
yang melihat sex bisa dibeli, apapun bisa dibeli, rentetannya. Sorry, bukan
maksud sombong, tapi apa enaknya sex beli? Saya enggak ngerti.”
Saya sih, Yes.
Berangkat dari pernyataan Sujiwo Tejo tersebut,
saya berpikir sejenak. Lantas mengiyakan. Saya jadi kepikiran apa enaknya orang
yang biasanya jajan di luar. Masak enak begituan sama orang yang
enggak cinta sama kita dan enggak kita cintai. Apa bedanya begituan sama
boneka? Toh enggak pake perasaan.
Saya jadi teringat tiga hal yang sangat
berbahaya bagi seorang lelaki yakni harta, tahta, dan wanita. Sebenarnya,
menurut saya pribadi yang paling bahaya adalah wanita. Coba dirunut lagi, untuk
apa tahta? Untuk mendapatkan harta. Untuk apa harta? Untuk mendapatkan wanita. Lha kalau sesuatu yang hubungannya
dengan kenikmatan dua belah pihak saja bisa dibeli, apalagi hal lain yang
enggak ada hubungannya sama diri sendiri? Oleh karena itu saya mengiyakan
pernyataan Sujiwo Tejo, terlebih pada kalimat ,” orang yang melihat sex bisa
dibeli, apapun bisa dibeli, rentetannya.”
Sebenarnya, saya berharap setelah tulisan ini
rampung saya tidak lagi memikirkan perkataan Eyang Sujiwo Tejo, tapi nyatanya
sampai akhir tulisan ini pun saya masih tetap memikirkan perkataan Eyang Sujiwo
Tejo terlebih dalam waktu dekat ada Pemilu Presiden. Semoga negeri ini tidak
dipimpin oleh orang yang menganggap sex bisa dibeli.
Salam,
Aryya Dwisatya Widigdha
Mungkin klo sekarang lebih cocok dikaitkan dengan politik uang yaaa.
ReplyDeleteTidak semua bisa dibeli dengan uang.
Oh, enggak. kalau tulisan saya ini bukan berfokus ke politiknya tapi pola pikirnya hehe
Delete