Sebelum membaca tulisan ini, mohon untuk berkomitmen membacanya sampai
selesai dan tidak men-judge di awal.
Berawal dari sebuah mimpi yang
saya alami beberapa waktu yang lalu (mungkin sekitaran sebulan) semua berawal.
Kala itu saya bermimpi bertemu dengan “kawan lama” saya. Ya, “kawan lama” yang
sudah lama tak saya jumpai maupun tak saya indahkan, tapi ternyata mimpi itu
mempertemukan kembali.
Jadi, ceritanya minggu kemarin
salah seorang rekan saya yang botak pergi ke pedalaman Kalimantan untuk menjadi
penerjemah di salah satu kegiatan. Kebetulan sekali, dia salah satu kawan yang
saya beritahu mengenai mimpi saya beberapa waktu tersebut. Suatu malam dia
mengirim pesan yang berisi kabar gembira bahwa dia bertemu dengan “kawan lama”
saya. Alhasil, dia berkenalan dengan “kawan lama” saya dan membawanya ke
Bandung.
Lantas, bisakah kamu-kamu
sekalian menebak “kawan lama” saya ini? Dialah yang saya kenal bahkan sebelum
saya mengenal Naruto, One piece, maupun Bleach. Dialah yang menjadi “kawan lama”
lama saya dan kawan beberapa saudara saya. Dialah yang bisa membuat malu pun
dahulu menemani saya dan meramaikan suasana bermain saya dengan kawan-kawan saya
yang lain. Lantas, sudahkah rekan-rekan bisa menebak siapa “kawan lama” saya
tersebut?
Inilah dia....
Ya, rokok. Dialah "kawan lama"
saya. Kawan lama yang sudah lama saya tinggalkan. Beberapa waktu yang lalu saya
bermimpi mendapatkan sebungkus rokok berwarna hijau dengan aroma tanaman. Entah
bagaimana ceritanya, tapi “kawan lama” yang dibawa oleh rekan saya dari
Kalimantan itu mirip dengan apa yang saya impikan. Kebetulan? Bisa jadi. Yang
jelas, apa yang saya alami makin meyakinkan saya bahwa mimpi terkadang bukan
hanya bunga tidur seseorang melainkan lebih dari itu.
Mungkin banyak rekan-rekan yang
bertanya-tanya, “Bukannya lo udah enggak ngerokok Sat?” “Bukannya lo udah bikin
tulisan tentang rokok? (http://www.bangsatya.com/2013/05/aku-malu-mengakuinya.html)
” “Bukannya lo tau kalau orang yang ngerokok buat gue kece-nya turun 99%” Ya,
saya tahu mungkin itu semua yang terpintas dalam pikiran rekan-rekan. Tenang,
saya sudah tidak merokok lagi. Saya hanya menerima apa yang saya berikan
sebagai kenang-kenangan. Saya hanya menerima dia sebagai realisasi mimpi saya.
Sesederhana itu. Toh, saya tidak punya waktu untuk merokok. Saya pun tak punya
alokasi dana untuk merokok. Bukan karena tak ada uang, tapi ada banyak hal yang
lebih penting ketimbang untuk saya belikan rokok.
Semoga tulisan ini bermanfaat,
menginspirasi, dan tak salah diartikan oleh rekan-rekan semua. Mari bermimpi,
mari berjuang, mari mewujudkan apa yang kita impikan.
Salam,
BangSatya
Buruk.Baik.Menginspirasi.
Mantan Perokok
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu