Skip to main content

Belajar Self Reward

 Dari sekian banyak hal yang menurut saya susah, salah satunya adalah self reward.Biasanya, kalau sudah punya keinginan untuk beli atau cari self reward, selalu ada pertanyaan balik:

  1. Ini keinginan atau kebutuhan?
  2. Emang barang yang sebelumnya udah enggak fungsional?
  3. Kalau jadi beli, gimana nasib barang pendahulunya?
  4. Gimana move on dari barang yang sebelumnya?
Biasanya, akhirnya, setelah mempertanyakan ke diri sendiri, enggak jadi self reward atau membeli sesuatu. Makanya, sampai sekarang saya paling heran kenapa beberapa orang bisa sangat sering gonta ganti gadget mulai dari HP ataupun laptop. Sebagai gambaran saja, selama 9 tahun kebelakang, saya hanya punya 3 laptop. Laptop pertama ketika kuliah yang dibeli di 2012, Asus N43SL. Kedua adalah laptop HP 2570p second yang saya beli di akhir 2016 seperti yang saya cerita di https://blog.aryya.id/2016/12/upgrading-laptop-for-better-life.html dan masih saya gunakan sampai saat ini. Ketiga adalah laptop dari kantor di tahun 2021 ini setelah pindah ke kantor baru. Jadi bisa dibayangkan ya, satu laptop umurnya bisa 4-5 tahun. Dulu pun pertimbangan ganti laptop karena laptop sebelumnya sudah tidak oke untuk kerja.

Angka Psikologis

Kalau saya pikir-pikir, sepertinya saya punya angka psikologis untuk mengeluarkan uang buat diri saya sendiri dan itu sesuai dengan kategori. Untuk HP sepertinya angkanya ada di 1,5 juta. Untuk laptop angkanya ada di 5 juta. Untuk kendaraan, saya enggak punya data karena emang enggak pernah beli kendaraan sendiri. Sepeda motor yang saya punya pemberian orang tua di tahun 2010 dan masih oke menurut saya, jadi, untuk apa beli lagi?

Nah, angka ini berbeda kalau urusannya untuk orang lain, terutama keluarga seperti anak dan istri. Bagi saya untuk upgrade spare part sepeda pancal saja saya mikir berkali-kali dan menunda beberapa bulan untuk beberapa perangkan yang mana kalau ditotal kurang dari sejuta seperti yang saya ceritakan di https://blog.aryya.id/2021/04/menjadi-sobat-upgrade.html. Di sisi lain, suatu malam karena kantor lama deket lavie dan Aya udah mulai belajar jalan, langsung lah beli dinding bayi yang harganya 2 juta. Ada lagi sepeda kecil Aya, yang bisa diubah jadi skuter, harganya 2 juta karena kasian Aya main di dalam rumah terus sendirian ketika pandemi.  Kalau kata orang, keras ke diri sendiri, tapi longgar ke orang lain. Dan bagi saya, itu oke saja.

Memaksa Self Reward

Akhirnya, kemaren memaksakan diri untuk self reward meskipun ada beberapa pertanyaan yang ada jawabannya enggak terlalu memuaskan. Ini salah satu efek iklan flash Samsung A03s yang menurut saya spesifikasinya oke, tapi harganya masuk murah. Sebagai gambaran, HP saya sekarang Redmi 4X yang saya beli di tahun 2018. Kalau tidak salah harganya 1,7-1,8 juta. Lha, ini kan sama dengan Samsung A03s ini. Jadi masih cocok dengan teori angka psikologis tadi. Secara cost sama tapi secara kualitas lebih baik. Saya pikir lagi, yasudah lah, dipaksakan saja self reward. Toh dengan HP baru yang lebih oke dari sisi kamera, bisa merekam aktivitas bareng Aya dengan lebih bagus.


Alasan lain kenapa akhirnya mau self reward karena kemaren selesai take profit dari investasi saham 1,5 bulan lalu. Jadi, dari harga 1,7juta HP tersebut, yang harus dibayarkan kurang dari 50% nya.

Melanjutkan Habbit Self Reward?

Saya rasa sih tidak. Kalaupun saya mau self reward, paling di sini, di Lumajang, self reward yang cocok ya makan-makan saja. Mungkin seminggu sekali yang kalau ditotal biayanya juga < 100rb untuk berdua tapi sudah dapat makanan yang enak. Sebagai penutup, setiap orang punya alasannya masing-masing ya untuk self reward dan mungkin itu juga mekanisme untuk meredakan stres.

Salam.

Comments

Popular posts from this blog

Wirid Sesudah Sholat

Assalamualaikum, Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi tentang beberapa dzikir sesudah sholat yang saya amalkan beserta beberapa penjelasan pun sekaligus pengharapan yang ada di dalamnya. Basmalah (33x) Dalam memulai setiap pekerjaan, hendaknya kita memulainya dengan membaca basmalah supaya pekerjaan tersebut dinilai sebagai ibadah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punya. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” ( Shifatush Shalah , ha

Belajarlah Wahai Anak Muda!

Dahulu kala hiduplah seorang lelaki tua bernama Doyanta yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reot di samping sungai. Tak ada yang bisa dibanggakan dari rumahnya, hanya sebuah gubuk dari bambu yang mungkin akan dengan mudah diterbangkan oleh angin pada zaman sekarang, betapa tidak, peti kemas saja yang begitu berat di Tanjung Priok bisa roboh tertiup oleh angin di zaman yang sudah edan ini. Rumah nya tak begitu besar malah dapat dibilang kecil, tak ada penerangan selain lilin kecil yang memberikan sedikit pencahayaan ketika malam hari selain rembulan yang terkadang pun pergi meninggalkan dirinya. Hidupnya sepi, sendiri, tak ada yang tau bagaimana masa lalu lelaki tua tersebut. Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk merebahkan tubuhnya yang kurus kering itu di kursi yang tak jauh lebih gemuk dari butuhnya, mungkin sama ringannya. Matanya menerawang jauh menembus hutan, gunung, dan mungkin lautan. Beberapa waktu dia asyik hidup dalam dunianya sendiri, lalu lalang

Semua Pasti Ada Masanya

Selamat malam, Terima kasih buat teman-teman yang menyematkan mampir di blog ini, saya yakin kalian bukanlah orang BangSat. Kali ini saya membuat coretan mengenai waktu. Ada kutipan yang mengatakan, "Cinta membuat waktu cepat berlalu, akankah waktu membuat cinta cepat berlalu?" haha...maknanya dalem banget bro, tapi sayangnya kali ini saya enggak ngebahas tentang cinta. Kisah ini dimulai ketika saya masih SD. Waktu itu bisa dibilang saya anak yang suka bermain, ya iya.pasti, namanya juga anak kecil.Hobi saya kala itu adalah meancing ikan, hobi ini terus berlanjut sampai saya remaja, namun objeknya berbeda. Kita tahu bahwa SD ditempuh dalam 6 tahun, kelas satu, kelas dua, kelas tiga dst sampai kelas enam. Dalam sejarah kelam saya, nilai rapot saya selalu tidak memuaskan. Hal ini berlanjut sampai saya kelas 4 SD. Waktu itu adalah ahri dimana pembagian rapor dilakukan, kepada teman-teman saya bilang, "aku pasti juara", dan hasilnya. Alhamdulillah, saya menanggung malu