Cirebon Day 0: Poin untuk Tour Guide & Nasi Jamblang
Persiapan Menuju Cirebon
Mendung Bandung siang tadi
menjadi awal mulai perjalananku ke Cirebon. Kota yang belum pernah ku jamah
(baca: ku kunjungi). Selepas sholat Jumat, aku langsung pergi menuju terminal
Caheum yang tak aku tau di mana ia berada, jujur tak tahu, asal naik angkot
Caheum-Ledeng dan modal percaya supir angkot dengan pertanyaan dan jawaban singkat,
“A, ke terminal Caheum?”
“Iya”.
Naik angkot dan langsung cus ke
tujuan. Serasa tak bermodal pengetahuan yang cukup. Akhirnya ku buka GPS di HP
pemberian keluargaku, berguna ternyata, kwkw. Makin mantap dengan arah tujuan,
ku simpan HP yang sebelumnya selalu ku pegang hingga akhirnya akang sopir
angkot berwarna hijau itu berkata,
“Terminal Caheum”
Langsung saja aku turun dan
bertanya berapa ongkos yang harus aku bayar. Ternyata empat ribu. Uang lima ribuanku
kembali seribu. Alhamdulillah.
Terminal Caheum
Setelah beberapa langkah, ternyata
ada kejanggalan, Terminal Caheum yang dikatakan akang sopir angkot tak kunjung
ku lihat. Ternyata, eh ternyata, tak butuh hanya beberapa langkah, tapi puluhan
langkah baru bisa kulihat tulisan Terminal Caheum. Oalah, ternyata terminal
yang dulu aku lewati ketika ke rumah saudara tepat beberapa hari sebelum Idul
Adha tahun kemarin. Kebetulan? #eh.
Beberapa menit kemudian, akhirnya
untuk pertama kalinya, aku dan tour guide
ku kali ini bertemu ditemani seorang teman bernama Gita yang satu jurusan, dia
menunggu di samping bus Bhineka. Ternyata eh ternyata, Gita bukan dari Cirebon,
melainkan Kuningan, dan kebetulan lagi dua orang temannya datang sehingga
otomatis kami berdua berangkat duluan. *byebye Gita.
Suasana dalam bus sebelum penuh - Terminal Caheum |
Tour Guide yang malu-malu |
BangSatya - Sang Penilai |
Memulai Perjalanan
Pukul 13.50 kami keluar dari
Terminal Caheum menuju Cirebon melewati berbagai tempat seperti kampus UIN
Bandung, Kampus Cibiru UPI, dan berbagai tempat yang baru aku lihat untuk
pertama kalinya. Kurang sering main euy. Waktu terus berlalu, roda bus tetap berputar
halus di porosnya hingga pukul 15.00 kami tiba di Sumedang. Entah mengapa,
rasanya bosan dengan kata Sumedang karena selama berjam jam tulisan Sumedang
menghiasi perjalanan kami. Belum ganti kota!
Sepanjang perjalanan kami hanya
diam? Tentu tidak bung! Banyak yang kami obrolkan mulai dari kehidupan kampus,
kehidupan SMA, dan tentunya tempat yang akan kami kunjungi beberapa hari ke
depan. Salah satu tempat yang menarik adalah keraton Cirebon. Alasannya
sederhana, di sana ada mata air yang katanya punya khasiat bermacam-macam, ada
yang untuk rejeki, ada yang untuk lancar jodoh. Nah ini, lancar jodoh, cocok
baut oleh-oleh kawan-kawan Labtek V biar cepat dapat pasangan, kwkwkw.
Pulang dengan oleh-oleh belasan botol air pelancar jodoh. #lho. Selain keraton,
ada pula gua yang dipercaya dapat mempengaruhi pengunjungnya yaitu gua Sunyaragi. Menurut penuturan tour
guide, barang siapa ke sana bersama pacar maka mereka akan putus. Aku
justru ingin ke sana karena katanya pemandangan di dalamnya bagus. Pingin liat?
Sama, aku juga pingin, tunggu tulisan selanjutnya ya!
Perjalanan Makin Seru
Perjalanan yang kami lalui
sebelum pukul 17.36 serasa kurang greget karena ya begitu saja, tapi semua
berubah ketika pukul 17.36. Bus yang kami tumpangi hampir terserempet truk dan
terasa sekali rem yang sopir bus lakukan. Sensasinya. Wow, ini baru perjalanan.
Haha. Ketika itu kami sudah masuk Majalengka, kota yang berbatasan
langsung dengan Cirebon. Pukul 17.47 kami masuk Kabupaten Cirebon, baru
kabupaten lho ya. Listrik serasa belum masuk sini lho, masih gelap, hehe.
Tour guide yang tidak percaya bahwa lontong bikin ngantuk :p #nyatanya tidur duluan |
Blur bukan efek yak |
(FYI tour guide yang ada di tulisan ini namanya "Nabil". Alamat blognya: ayundhanabilah.blogspot.com . *Promosi)
Nasi Jamblang
Saat-saat yang ditunggu pun tiba,
19.00 kami sampai di Kota Cirebon dan dijemput oleh keluarga Nabil. Papah,
mamah, Habib, dan Fenty, mereka semua ikut menjemput kami. Beruntung, mamah
Nabil asik diajak ngobrol jadi bisa dibilang flow
nya 0, hehehe. Kemanakah kami? Tidak lain dan tidak bukan ke tempat makan Nasi
Jamblang “Ibu Nur”.
Penikmat Nasi Jamblang |
Proses Penjualan Nasi Jamblang |
Ini dia..Nasi Jamblang |
Yang beda nasi Jamblang dari nasi
biasanya adalah wadah atau tempatnya karena ada lapisan daun pohon Jati. Jadi
nasi tidak langsung bersentuhan dengan piring. FYI, pohon Jati katanya adalah
pohon khas daerah ini sesuai dengan nama Sunan Gunung Jati. Alhamdulillah,
malam ini aku ditraktir oleh mamah Nabil. Makasih bu. Saya kenyang :D.Pemberhentian terakhir kami untuk malam ini adalah tempat istirahatku, MESS ASTER 2.
Bareng Habib, Adik Nabil |
Insyaallah, rumah ini yang akan
jadi tempat istirahatku untuk beberapa hari ke depan dan menjadi tempatku
berbagi cerita perjalanan di Cirebon.
Yuk jalan-jalan. Karena dunia terlalu
luas untuk tidak dijelajahi.
Salam BangSatya,
Buruk.baik.Menginspirasi.
tidur bukan karena makan lontong kali -____-"
ReplyDeleteitu gara-gara emang ngantuk.
Lontong juga berpengaruh kali :p
Delete