Selamat malam,
Salam BangSat,
Udah beberapa hari sejak tulisan terakhku di blog kecil ini, akhirnya saya sempat juga buat tulisan sebagai pembuka kisah baru di kota ini. Kota Kembang, yaitu kota dengan 1001 misteri bagi pemuda lugu seperti saya (ngakak bet).
Baru beberapa hari saya menikmati udara pagi di kota ini, ditemani alunan knalpot yang seakan saling sahut menyahut. Hawa dingin yang menyelimuti seakan semakin menjadi-jadi, maklum lah, tidur di karpet.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika malam hari, saya mencoba masuk lebih dalam pada dunia baru ini, bukan hanya pagi, siang, sore, tetapi juga malam. Ku coba telusuri jalan yang belum begitu kukenal, kudapati keramaian yang notebene berisi muda-mudi, ya, mencari kehangatan, kehangatan dari hasil pemabakaran makanan yang mereka santap ketika itu. :D #no porn please,hehe
Entahlah, ada beberapa point yang berubah ketika saya jalan-jalan disini. Ketika di kota asal saya, pemandangan gadis dengan pakaian ala kadarnya agak sulit ditemui, tetapi disini malah sebaliknya. Saya tidak menyangkal kalau saya suka tuh ngeliat cewek cantik, tapi di sini saya lebih suka ngeliat cewek berjilbab, lebih-lebih kalo dia cantik :D.
Mungkin benar kata orang, "sesuatu yang susah didapat biasanya lebih berharga dari seuatu yang mudah didapat". Di sini, cewek dengan pakaian ala akadarnya (baca: modis) gampang banget dijumpai, makanya seperti hal biasa semua itu disini, tapi kalau cewek cantik dengan jilbab yang menutupi tubuhnya, membentuk lingkar wajahnya, agak susah ditemui, ya, seperti halnya mencari masjid ketika di Pulau Dewata.
Selain disuguhi pemandangan yang rindang, di sini saya juga disuguhi dengan masakan yang kruang bisa saya nikmati. Betapa tidak, seorang antipedas seperti saya harus menyantap makanan yang menurut saya begitu pedas, nah lo, seenak apapun kata orang, kalau udah kena yang namanya pedas bakal enggak berasa nikmatnya. Beruntung, ada orang-orang yang peduli dengan para antipedas seperti saya dengan menjual makanan yang well-taste di lidah saya, tidak pedas tentunya.
Itulah beberapa misteri dari kota ini yang sedikit demi sedikit mulai terkuak, sekian dulu cerita kali ini, insyaallah bersambung.
Regards,
Bang Satya
Salam BangSat,
Udah beberapa hari sejak tulisan terakhku di blog kecil ini, akhirnya saya sempat juga buat tulisan sebagai pembuka kisah baru di kota ini. Kota Kembang, yaitu kota dengan 1001 misteri bagi pemuda lugu seperti saya (ngakak bet).
Baru beberapa hari saya menikmati udara pagi di kota ini, ditemani alunan knalpot yang seakan saling sahut menyahut. Hawa dingin yang menyelimuti seakan semakin menjadi-jadi, maklum lah, tidur di karpet.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika malam hari, saya mencoba masuk lebih dalam pada dunia baru ini, bukan hanya pagi, siang, sore, tetapi juga malam. Ku coba telusuri jalan yang belum begitu kukenal, kudapati keramaian yang notebene berisi muda-mudi, ya, mencari kehangatan, kehangatan dari hasil pemabakaran makanan yang mereka santap ketika itu. :D #no porn please,hehe
Entahlah, ada beberapa point yang berubah ketika saya jalan-jalan disini. Ketika di kota asal saya, pemandangan gadis dengan pakaian ala kadarnya agak sulit ditemui, tetapi disini malah sebaliknya. Saya tidak menyangkal kalau saya suka tuh ngeliat cewek cantik, tapi di sini saya lebih suka ngeliat cewek berjilbab, lebih-lebih kalo dia cantik :D.
Mungkin benar kata orang, "sesuatu yang susah didapat biasanya lebih berharga dari seuatu yang mudah didapat". Di sini, cewek dengan pakaian ala akadarnya (baca: modis) gampang banget dijumpai, makanya seperti hal biasa semua itu disini, tapi kalau cewek cantik dengan jilbab yang menutupi tubuhnya, membentuk lingkar wajahnya, agak susah ditemui, ya, seperti halnya mencari masjid ketika di Pulau Dewata.
Selain disuguhi pemandangan yang rindang, di sini saya juga disuguhi dengan masakan yang kruang bisa saya nikmati. Betapa tidak, seorang antipedas seperti saya harus menyantap makanan yang menurut saya begitu pedas, nah lo, seenak apapun kata orang, kalau udah kena yang namanya pedas bakal enggak berasa nikmatnya. Beruntung, ada orang-orang yang peduli dengan para antipedas seperti saya dengan menjual makanan yang well-taste di lidah saya, tidak pedas tentunya.
Itulah beberapa misteri dari kota ini yang sedikit demi sedikit mulai terkuak, sekian dulu cerita kali ini, insyaallah bersambung.
Regards,
Bang Satya
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu