Skip to main content

Posts

Opini Mahasiswa UI Terkait Titip Absen dan Mencontek

Beberapa waktu belakangan terjadi kegegeran akibat video opini mahasiswa UI terkait titip absen dan mencontek. Bagi saya ini adalah fenomena yang menarik, berikut opini saya:   Di awal mesti sama-sama paham bahwa yang ada di video ini hanya sample sehingga tidak bisa merepresentasikan keadaan dari populasi. Sample cuman bisa memberikan kesimpulan "ada" bukan "keseluruhan" Pertama, saya jadi ingat kata-kata Cak Nun, "..coba, cari dulu kebaikan yang ada." Oke, terlepas dari nyontek dan tipsen itu tidak dibenarkan peraturan akademik dan moral paling enggak mereka udah berani jujur untuk mengakuinya. Sayangnya, ada pertanyaan yang kurang, "nyontek dan tipsen itu bener gak sih?". Kalau nyontek itu salah, paling enggak mereka tau kalau mereka ngelakuin kesalahan. Untungnya, mereka enggak jadi kandidat presiden km tahun-tahun lalu yang kalau enggak salah sampe ditanya, "lo pernah tipsen gak?" "lo pernah nyontek gak?" wah kan

“Karena Allah melengkapiku”

Itulah inti dari tulisan ini. Bila rekan-rekan sudah bisa menangkap apa yang akan saya sampaikan maka silahkan kawan-kawan berhenti daripada membuang waktu. Karena Allah melengkapiku menjadi salah satu alasan mengapa aku ber-Tuhan. Sesederhana bahwa aku sadar aku hanyalah titik di padang pasir bahkan lebih kecil dan tak berarti lagi. Sejujurnya saya ingin bercerita tentang semester VII di Teknik Informatika ini. Ketika suatu siang muncul cerita horor yang lebih horor dari cerita hantu di Labtek V yakni dibukanya mata kuliah tertentu yang biasanya dibuka pada semester ganjil, tapi ini dibuka semester genap dengan keterangan “diprioritaskan untuk angkatan 2010,2011,dan 2012 yang mengulang.” Duh pertanda apakah ini? UTS dan UAS sudah dilaksanakan. Tugas sudah dikerjakan. Lalu bagaimana dayaku untuk memastikan lulus mata kuliah yang satu ini? Saat itulah saya makin sadar bahwa saya hanyalah saya yang tak punya daya apa-apa dan butuh tempat untuk berpasrahkan diri supaya tidak gila! Bayang

Cinta 1/3

“Hati-hati”, kata temanku. Aku tak begitu paham apa maksud temanku waktu itu. Yang jelas, saat itu semua temanku sudah beranjak pergi meninggalkan kami berdua saja. Aku dan Angga, lelaki yang coba untuk ku benci tapi selalu gagal saat kucoba. “Masih lama jemputannya?”, dia bertanya singkat sambil memandangku. Apa-apaan sih ini orang, pandangannya itu lho, bukan pandangan seseorang yang sudah punya pacar! Dia kira aku bisa jatuh lagi ke pelukannya? Iya! Aku mengakuinya, aku pernah jatuh ke dalam pelukannya, dengan sadar, tanpa paksaan, dan dengan begitu banyak kenyamanan walaupun aku sadar, aku pasti tidak akan bisa menjadi seseorang yang secara de jure dan de facto menemani dia. Dia sudah memiliki pasangan. Sedih ya jadi aku. ** “Masih, mungkin sejam lagi.”, Jawabku singkat. Aku berharap dia mendiamkanku dan hanya menemaniku duduk saja. Tak lebih. Bukan karena aku tak mau, tapi aku tak mampu. Tak mampu untuk menahan kenyataan bahwa dia adalah lelaki yang aku inginkan, lebih-lebih

Aku dan Tulisan Sesatku

Tadi pagi aku dikagetkan dengan masuknya sebuah pesan facebook dari seseorang yang tak ku kenal, tapi jadi friend ku di facebook. Menariknya, isi pesan tersebut terkait dengan tulisanku sebelum ini yang berjudul “ Aku Masih Klenik ”. Jarang-jarang lho ada pembaca yang sampai mengirimkan pesan melalui facebook kepadaku terkait tulisanku. Oleh karena itulah, aku menganggap ini istimewa! Dari Seorang yang Berhati-hati Aku menyebutnya seseorang yang berhati-hati, selayaknya seseorang yang melihat jalan berlubang dan mencoba menghindarinya supaya tidak jatuh ke sana. Padahal, aku berharap bertemu dengan orang yang bijak, yang ketika bertemu lubang, tak hanya menghindarinya saja melainkan memberikan tanda bahwa ada lubang atau lebih niat lagi menutup lubang tersebut. Oh iya, saya jadi lupa untuk berbagi pesan dari seseorang tersebut, kita-kita begini isinya: Assalamualaikum. Maaf, hanya ingin bilang, Aryya seharusnya berhenti memosting hal yang nyeleneh atau yang meng-elicit (mem

Aku Masih Klenik

Bertahun-tahun sudah sejak ketertarikanku pada hal-hal klenik tumbuh dan merasuk hingga mendarah daging. Aku tak tau, tiba-tiba saja ketika waktu itu, aku jadi begitu tertarik. Bukan tanpa tanda, tapi justru karena berbagai tanda. Pada tulisan ini aku akan sedikit bercerita, aku akan sedikit mengungkapkan rahasia yang seringkali aku sembunyikan, dan terkadang aku malu untuk mengakuinya. Klenik Itu Kuno Ketika aku bertanya ke orang-orang masa kini, pasti akan banyak yang malu-malu untuk percaya bahwa klenik itu nyata. Paling tidak malu untuk mempercayai bahwa klenik itu ada dan bisa terjadi. Santet, pelet, pengasihan, hantu, dan sebagainya, sudah banyak orang yang tak lagi percaya. Namun, pertanyaannku, bila tak ada orang yang percaya akan sesuatu, akankah sesuatu itu tak ada? Atau benar-benar tak ada? Kalau tak ada orang yang percaya bahwa Tuhan itu ada, lantaskah Tuhan itu tidak ada? “Jaman sudah modern!”, itulah banyak jawaban yang terpikirkan olehku ketika topik tentang k

Ojek Daring Dilarang, Benarkah Semua Salah Pemerintah?

Beberapa hari ini lini masa saya cukup penuh dengan status terkait pernyataan pelarangan ojek daring yang dilakukan oleh pemerintah. Kebanyakan, pendapat yang dikemukakan oleh para komentator adalah ketidaksetujuan atas pernyataan tersebut dengan berbagai alasan. Pada tulisan ini, saya akan coba membahas pernyataan pelarangan ojek daring dari perspektif gado-gado alias pengguna, orang sok tau, dan sok-pemerintah.  Belum maksimalnya pelayanan transportasi di berbagai daerah membuat orang-orang kreatif memutar otaknya untuk mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. Tentu, solusi kreatif tersebut yang win-win antara pengguna dan kreator, alias menghasilkan duit. Kemacetan sebagai salah satu masalah transportasi di Indonesia melahirkan berbagai inovasi keren seperti Go-Jek, Grabbike, Blue-Jek, dan lain sebagainya yang semakin hari semakin banyak saja variannya namun tetap Penyedia jasa mendapatkan pengguna dengan memanfaatkan media komunikasi seperti smartphone + internet Mengg

Terima Kasih Untuk Semester 7 di Informatika ITB

Singkat. Hari ini adalah masa ujian terakhir ku sebagai mahasiswa Teknik Informatika ITB semester 7. Rasanya baru kemarin saja masuk semester 7 dan kini sudah saatnya mengucapkan doa untuk yang terbaik bagi semester ini.  Kalau harus diambil pelajaran maka semester ini kembali mengingatkanku bahwa aku tak punya daya untuk melewati semester ini tanpa bantuan kawan-kawanku. Walaupun dengan berbagai cerita baik yang terucap maupun tak terucap. Maka, dengan ini aku ucapkan terima kasih kepada kalian yang membantuku melewati semester ini. Semoga apa yang kita usahakan diapresisi oleh Tuhan. Amin. PMB, DE, DPP Si LDR, PMB, Veteran Dewa Asus, Om Hendro, Bang Andre Master Dede, Habib Husein Tutut, William Kalau harus ditanya apa yang saya dapatkan selain pemahaman terkait materi kuliah, jawabnya adalah kesadaran bahwa mempercayai orang lain itu penting. Sejujurnya saya bukan tipe orang yang gampang percaya atau mudah mendelegasikan suatu pekerjaan ke orang