Pembelajaran tidak hanya datang dari diri sendiri melainkan dari orang lain. Hanya ada dua pilihan setelahnya, kita menerima nya atau menolak nya.
Saya yakin, kita pasti pernah bertemu dengan
seseorang yang nampak biasa saja, tapi ketika ia sudah berhadapan dengan suatu
topik maka akan ada aliran kalimat yang deras keluar dari mulutnya. Ya, bisa
jadi kita sering bertemu dengan orang demikian, terlebih kalimat-kalimat yang
keluar dari mulutnya adalah nasihat.
Lantas kita bertanya-tanya, bagaimana bisa dia
memberikan nasihat yang begitu banyak pada kita padahal bisa jadi dia tak
begitu tau apa yang sebenarnya terjadi?
Who knows. Tidak ada yang tahu pasti mengapa
bisa demikian. Kita hanya bisa menerka-nerka. Bisa jadi memang dia banyak tau
tentang kita hingga dia bisa memberikan nasihat kepada kita mulai dari
terbitnya fajar hingga ia kembali ke pelukan malam. Atau memang sebenarnya ia
tak memberikan nasihat apa apa kepada kita melainkan kepada dirinya sendiri.
Ada orang
Ada orang, yang ketika ia memberikan nasihat
banyak orang yang mendengarkannya akan terkesan, tapi ketika ia ditanya,
bagaimana bisa justru ia menjawab bahwa nasihat itu bukan untuk mereka
melainkan dirinya sendiri. Seringkali apa yang kita ucapkan tidak benar-benar
untuk orang lain, tapi untuk kita sendiri. Oleh karenanya tidak heran bila
terkadang kita bisa berbicara ini itu ketika orang lain bertanya tentang suatu
hal karena memang jawaban yang kita berikan sebenarnya adalah jawaban-jawaban
yang mungkin kita sesali tidak kita lakukan dan kita ungkapkan kepada orang
lain agar ia tidak menyesal. Walaupun dalam penyampaiannya kita tak
mengakuinya.
Seperti pernyataan yang cukup saya yakini bahwa
sebenarnya setiap jawaban ada dalam diri kita masing-masing. Terlampau jauh
ketika kita mencarinya hinga mendaki
gunung tertinggi ataupun menyelami samudra yang begitu dalam. Toh akhirnya,
jawaban itu akan ada di diri kita sendiri. Hanya saja tidak semua dari kita
sadar akan jawaban itu, tidak semua dari kita mau menerima jawaban itu, tidak
semua dari kita merasa yakin dengan jawaban yang ia temukan dalam dirinya.
Akhirnya, muncullah dialog dengan dirinya sendiri yang berwujud nasihat kepada
orang lain. Jadi, bila kita melihat seorang motivator begitu bisa menyentuh
perasaan kita dan membuat diri kita tergugah, bisa jadi sebenarnya bukan kita yang ingin dia gapai, melainkan dirinya
sendiri. Karena kita adalah awal dari segalanya dan kita pula yang akan menjadi
akhir dari segalanya.
Salam,
Aryya Dwisatya Widigdha
Pemuda yang sedang ingin menulis
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu