Tentang Jodoh #1
Apakah engkau tau siapa jodoh kelas? Apakah
engkau tau kapan pertama kali Tuhan memberikan isyarat seseorang adalah
jodohmu? Apakah engkau bisa memastikan bahwa seseorang adalah jodoh yang memang
menjadi hak mu? Saya tidak tau, benar-benar saya tidak tahu.
Tentang Jodoh #2
Ada banyak versi tentang siapa yang bisa
disebut sebagai jodoh itu. Ada pendefinisian awam yang berkata bahwa bila dia jadi
pacarku bisa jadi dia jodohku. Ada pula yang beranggapan bahwa setiap orang
yang menikah dengan kitalah yang sebenarnya jodoh kita. Ada pula yang berkata
bahwa jodoh erat kaitannya dengan kematian. Begini, misalkan ada dua orang A
dan B menikah. Bisa jadi A adalah jodoh bagi B tapi B bukan jodoh bagi A.
Keadaan ini terjadi bila ada syarat yang terpenuhi yakni menemani hingga akhir
hayat. Bila A tetap berada dalam jalinan pernikahan dengan B hingga A meninggal
maka bisa dibilang bahwa B adalah jodoh A, tapi belum tentu A adalah jodoh B.
Bila hingga akhir hayat nya B tidak menikah lagi, maka A memang lah jodoh dari
B. Secara sederhana, pengertian jodoh menurut penganut paham ini adalah dia
yang bersama kita hingga kita meninggal[1].
Lantas, pengertian jodoh mana yang benar? who knows.
Tentang Jodoh #bangsatya
Bila boleh bercerita, sejak SMP dahulu saya
memiliki prinsip yang menurut saya kini terlalu tua untuk saya miliki pada saat itu. Saya tidak akan menikah dengan ia yang menjadi pacar saya. Prinsip
saya saat itu. Oh iya, saya pertama kali suka pada seorang gadis ketika kelas
II SD, gadis yang sering naik becak bareng saya ketika pergi ke sekolah.
Lantas, saya pertama kali berpacaran ketika kelas IV SD.
Saya pun, sampai saat ini, tidak tahu siapa
jodoh saya. Siapa yang bisa menjamin orang yang sedang bersama sekarang adalah
jodoh saya. Siapa yang bisa menjamin orang yang kemarin bertegur pandangan bukan jodoh saya. Siapa yang bisa
menjamin? Tidak ada. Yang bisa saya jamin adalah, siapapun orang yang saya
pilih adalah orang yang memang saya sayangi, orang yang bisa membuat saya
senang dan saya senang untuk membuat dia senang. Dan yang terpenting, dia
adalah orang yang keluarga saya terima dan senangi.
Bagi saya, mencari “dia adalah orang yang keluarga saya terima dan senangi” jauh lebih
susah diwujudkan ketimbang mencari dia yang bisa membuat saya senang dan saya
senang ketika membuat dia senang. Mungkin, sekali lagi saya tegaskan mungkin,
bila saya hanya berpijak pada dia yang saya pilih harus bisa membuat saya
senang dan saya sayangi maka akan ada rentetan nama yang muncul seperti pemilu,
tapi kenyataannya dengan syarat dia haruslah yang keluarga saya terima membuat
nama-nama itu berguguran, layaknya dedaunan yang tak mampu bertahan di musim
kering.
Hingga akhirnya saya masih tetap tidak bisa
menjamin bahwa dia yang akan saya pilih adalah jodoh saya. Namun saya mencoba
mendekati definisi jodoh dengan pernyataan bahwa dia adalah seseorang yang bisa
membuat saya senang, saya senang membuat dia senang, saya menyayangi dia, dan
keluarga saya menerima dia serta dia bisa merindukan keluarga saya seperti dia
merindukan saya. Itulah pendekatan jodoh versi saya.
Lalu, bagaimana jodoh menurut kamu? :)
Lalu, bagaimana jodoh menurut kamu? :)
Salam,
Aryya Dwisatya W
[1] saya tidak menggunakan kata kembali
kepada-Nya karena saya beranggapan bahwa meninggal dan kembali kepada-Nya
adalah dua hal yang berbeda.
haha
ReplyDeleteAda pengalaman bro? hahaha
DeleteBagus kak tulisannya :)
ReplyDeleteYoh nulis juga
Deletesemoga segera bertemu jodohnya aja deh ya. hahaha. aamiin yra
ReplyDeletesalam kenal
http://rpdksm.blogspot.in/?m=1
Haha aku baca blog tentang jodoh :v
ReplyDelete