Skip to main content

Posts

Bermain Dengan Google Data Studio - Twitter Data Visualization

 Sebagai seorang System Engineer yang juga sering harus present soal data, dan membuat data vizualization walaupun memang kaitannya dengan system seperti log, saya adalah penggemar berat ELK (Elasticsearch Logstash Kibana). Kenapa? selain karena sudah kenal sejak lama, sering dipakai di banyak kesempatan, powerful untuk searching,dan bisa on-premise setup. Namun, akhir-akhir ini saya tegoda untuk mengeksplor lebih dalam Google Data Studio. Bukan tanpa sebab, bagi saya, GDS ini lebih sederhana untuk awam dan multisource provided seperti Google Spreadsheet, Google Cloud Storage, dkk. Artinya, pengguna awal tidak perlu mensetup server sendiri untuk membuat visualisasi. Apalagi, untuk menggunakan layanan ini hanya perlu google account saja. Twitter Visualization Saya sering meng-utilize ELK sampai titik tertentu dalam visualisasi mulai dari vessel tracking, flight route visualization, bahkan twitter visualization (aalytic bisa dikerjakan di saat processing,bukan di sisi ELK). Nah, karena s

Sobat Upgrade: Upgrade HFH Murah Meriah

Melanjutkan cerita keinginan upgrade HFH di sini , akhirnya sepeda saya selesai diupgrade di bengkel dekat rumah (1,5km, dekat kan?) setelah menginap sejak hari kamis. Awalnya saya kira bakal beres semalam, tapi ternyata baru beres pagi ini. Namun, daripada terburu-buru mending santai tapi oke kan? Tidak Hanya Hub Free Hub Kemaren mas-mas bengkelnya menghubungi saya bahwa ternyata, selain HFH, ada komponen lain yang juga harus diganti, karena sudah mati. Bisa tebak komponen apa yang wajib ganti setelah berumur 15 tahun? Betul, jeruji roda. Saya sih setuju-setuju saya untuk diganti, dengan harapan tidak terlalu mahal tentunya. Alhasil dapat info bahwa sepaket depan belakang biaya gantinya sebesar 50 ribu rupiah. Untuk 15 tahun? Ya udah terhitung sangat murah. Kembali ke rencana awal, setelah jeruji diganti, akhirnya HFH hasil beli online pun dipasang. Pemasangan pertama sukses di jam setengah 9 malam, memang sengaja dikerjakan malam agar bisa diambil tadi pagi. Hasilnya? Bagi saya sih s

Sobat Upgrade: Rantai dan Hub Free Hub

 Setelah merencanakan upgrade komponen sepeda karena kalau beli sepeda baru rasanya kemahalan, akhirnya proses upgrade dimulai. Ada dua komponen yang coba diupgrade dengan keterbatasan yang ada. Kondisinya, sepeda yang hendak diupgrade adalah keluaran tahun 2005-an, alhasil banyak komponen yang ngetren sekarang, tidak cocok, tidak terkecuali rantai dan hub free hub. Awalnya, saya mengira upgrade ini gampang, tinggal beli komponen yang harganya cocok, lalu tinggal pasang. Ternyata, enggak gitu, karena sepeda yang jadi target adalah sepeda tua, maka harus dicocokkan dengan lebih teliti apakah komponen itu kompatibel. Untuk rantai, awalnya saya berniat membeli rantai yang harganya di kisaran 150-200 ribu. Sudah nemu beberapa yang cocok, tapi di deskripsi produk ada tulisan 10speed. Padahal sepeda saya hanya 6 speed. Setelah tanya-tanya ke toko sepeda yang ada di kota, benar dugaan bahwa memang tidak bisa memaksakan rantai 10 speed ke 6 speed karena ukuran, bukan panjangnya, yang berbeda.

Menjadi Sobat Upgrade

Setelah kembali aktif bersepeda sejak Januari 2021, seperti yang saya ceritakan di Kembali Menyeimbangkan Hidup , saya merasa sudah waktunya untuk menyesuaikan alat bersepeda saya karena ya, sepeda yang saya gunakan selama ini umurnya sudah 15 tahun lebih. Hitungannya udah sangat awet dan ROI sudah maksimal. Kira-kira begini penampakannya: Polygon Fork Rigid 2005 Keinginan versus Realita Beberapa waktu kebelakang juga sempat untuk mencoba mencari-cari sepeda yang mungkin saya sreg, dan ketemulah dua sepeda: Polygon Stratos S2 dan United Vitessa 1.00. Penampakannya seperti gambar di bawah ini. Polygon Strattos S2 United Vitessa 1.00 Secara tampilan, keduanya mirip, makanya walaupun beda brand, saya masih sreg. Walaupun memang, ada kesamaan kedua dari kedua benda tersebut yakni harganya sama-sama mahal (bagi saya). Maksud saya, dulu sepeda Polygon Fork Rigid 2005 itu dibeli dengan harga kurang dari 1 juta, bisa tahan 15 tahun. Karena harganya "hanya" kurang dari satu juta inila

Melaksanakan Rencana yang Tertunda

 Ada banyak rencana dalam hidup saya yang terlaksanakan, tapi tentu ada pula yang tidak. Yang tertunda? juga tidak kalah banyak. Pada 2016 lalu, saya berencana untuk kuliah S2 di Italy, mengambil fokus Security, tapi toh tidak jadi. Pada 2020, saya berencana untuk kuliah S3 di Italy atau Netherland, tapi toh lagi-lagi tertunda. Selain sama-sama ingin mengambil Security, saya juga ingin kuliah di luar negri karena ingin bisa berhaji lebih cepat karena katanya....untuk haji di luar bisa lebih cepat karena kuota melimpah. Namun apadaya, sampai sekarang saya masih di Indonesia. Mendaftar Haji Alhamdulillah, bulan februari lalu saya dan istri sudah berhasil mendapatkan porsi haji setelah tertunda selama lima tahun. Prosesnya apakah mudah? Bisa dibilang demikian. Secara umum, yang harus dilakukan adalah: Datang ke bank, dalam hal ini yang sudah tehubung ke Siskohat, membuka rekening haji dan melunasi biaya minimal pembukaan porsi. Dari sini, bank akan memberikan bukti pelunasan setoran awal

(Kembali) Menyeimbangkan Hidup

 Kemaren, tanggal 22 Maret 2021 pukul 15.00 adalah waktu pengumuman SNMPTN 2021. Saya, adalah produk dari SNMPTN, tapi tahun 2012. Artinya, sudah 9 tahun berlalu sejak pengumuman kelulusan SNMPTN yang mengantarkan saya ke ITB. Merantau dari kota kecil, Lumajang, ke kota besar bernama Bandung. Siapa sangka, setelah 9 tahun merantau ke Bandung, dimulai dari kuliah pada 2012 hingga bekerja pada 2016, akhirnya saya pulang ke Lumajang. Biasanya, pertanyaan yang paling sering muncul adalah, "memangnya mau kerja apa di Lumajang?" Tentu, saya sendiri juga mempertanyakan hal tersebut. Untungnya, ada jawabnya, yakni melanjutkan pekerjaan yang ada di Bandung.  Meskipun banyak dampak negatif pandemi tahun lalu, tapi satu hal yang patut disyukuri adalah, karena pandemi, model kerja programmer jadi banyak berubah, lebih menekankan Work From Home (WFH). Tentu hal itu dikarenakan adanya faktor risiko penularan Covid-19. Namun, di sisi lain, secara cost, WFH ini juga menurunkan pengeluaran ka

Berkesempatan Menjadi Pengajar

Banyak hal yang terjadi selama dua tahun kebelakang. Namun, satu diantara banyak hal tersebut, ada satu yang sangat berkesan, yakni berkesempatan menjadi pengajar di Prodi Teknik Informatika ITB. Mari kita mulai. Awal Cerita Pada pertengahan tahun 2019 lalu, setelah lulus S2 di Magister Informatika ITB, saya bergabung di KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan STEI ITB. Apakah saya bergabung sebagai dosen? Sayangnya tidak. Saya bergabung di KK RPRLP sebagai Asisten Akademik (seterusnya disingkat asmik, setelah gagal di seleksi dosen tetap) yang bertugas untuk membantu kelancaran penyelenggaraan kegiatan akademik di level KK. Konkretnya, asmik tertugas untuk membantu dosen pengampu mata kuliah untuk menyiapkan dan menyelenggarakan kuliah.  Cerita Selama Bergabung Saya ingat di semester pertama, saya mendapat tugas untuk membantu pengampu mata kuliah Pengembangan Aplikasi Berbasis Web dalam mendeliver beberapa materi, mereview soal, maupun menyusun rubik penilaian untuk beberapa soal