Banyak hal yang terjadi selama dua tahun kebelakang. Namun, satu diantara banyak hal tersebut, ada satu yang sangat berkesan, yakni berkesempatan menjadi pengajar di Prodi Teknik Informatika ITB. Mari kita mulai.
Awal Cerita
Pada pertengahan tahun 2019 lalu, setelah lulus S2 di Magister Informatika ITB, saya bergabung di KK Rekayasa Perangkat Lunak dan Pengetahuan STEI ITB. Apakah saya bergabung sebagai dosen? Sayangnya tidak. Saya bergabung di KK RPRLP sebagai Asisten Akademik (seterusnya disingkat asmik, setelah gagal di seleksi dosen tetap) yang bertugas untuk membantu kelancaran penyelenggaraan kegiatan akademik di level KK. Konkretnya, asmik tertugas untuk membantu dosen pengampu mata kuliah untuk menyiapkan dan menyelenggarakan kuliah.
Cerita Selama Bergabung
Saya ingat di semester pertama, saya mendapat tugas untuk membantu pengampu mata kuliah Pengembangan Aplikasi Berbasis Web dalam mendeliver beberapa materi, mereview soal, maupun menyusun rubik penilaian untuk beberapa soal ujian. Pada semester selanjutnya, saya mendapatkan tugas untuk mengawal praktikum mahasiswa untuk mata kuliah Object Oriented Programming. Yang paling menarik adalah saat semester ketiga, yakni semester terakhir karena tugas yang didapatkan mulai lebih banyak dan bervariasi yakni:
- Menjadi tutor untuk matrikulasi mahasiswa baru S2 terkait Algoritma
- Menjadi pengajar mata kuliah Pengembangan Aplikasi Terdistribusi (1 dari 3 SKS), Service Oriented Architecture (1 dari 3 SKS), dan Management Proyek Perangkat Lunak (3 dari 3 SKS).
- Menjadi tutor Digital Talent Scholarship untuk Cloud Computing menggunakan AWS
Rasa-rasanya, di semester terakhir inilah kesempatan untuk mengajar ini maksimal didapatkan walaupun memang, dari tiga mata kuliah tersebut, justru untuk MPPL saya yang PD dibandingkan dengan dua kuliah yang lain. Ya wajar saja, saya paha betul bahwa saya orangnya condong ke technical, tapi harus mendeliver materi, yang disiapkan bersama-sama dengan dua dosen pengampu lain, yang mana lebih condong ke management. Untungnya, sebelum menjadi asmik, saya aktif dalam proyek-proyek perangkat lunak sebagai berbegai posisi sehingga dapat relate dengan materi dan me-elaborasi materi yang ada dengan pengalaman yang lalu-lalu.
Bahan dan Alat Ajar
Dalam menyiapkan dan mendeliver materi, ada beberapa alat bantu yang saya gunakan. Saya mencoba untuk all-out agar win-win. Peserta kelas menjadi paham, saya menjadi lebih mahir. Kira-kira, inilah alat-alat yang saya gunakan:
- Hardware
- Laptop HP-2570p i7-8core
- External Microphone
- Drawing pad
- Webcam
- External lamp
- External monitor
- Software
- Microsoft Power Point
- ShareX: aplikasi ini saya gunakan sejak lama, sudah lebih dari 5 tahun dan efektif untuk melakukan screen capture.
- OBS
- Zoom, Google Meet, Microsoft Team
- OpenShot Video Editor: aplikasi ini saya gunakan untuk rendering video cuplikan bahan ajar.
- VLC: aplikasi ini saya gunakan untuk melakukan play video maupun compress video agar ukurannya masuk akal sebelum diunggah ke youtube.
Kira-kira, begini penampakan alat bantu selama satu semester kemarin:
Kenang-Kenangan
Tentu, waktu 3 semester itu bukanlah waktu yang singkat. Ada banyak waktu untuk bertemu dan interaksi dengan anggota KK KSE lain ataupun dengan peserta kuliah. Alhasil, ada beberapa hal yang terekam untuk nanti bisa dijadikan sebagai pengingat. Apa saja? Paling tidak, ini yang bisa dilihat ulang, sisanya? Cukup dikenang saja.
Jalan-jalan ke Kuching - Darul Hana Bridge
Jalan-Jalan ke Kuching - Bako National Park
Kuliah Pengembangan Aplikasi Terdistribusi
Sesi diskusi kuliah MPPL #1
Sesi diskusi kuliah MPPL #2
Namun, yang paling membuat saya senang, sebagai penutup masa kuliah ini adalah:
Apakah mengajar adalah hal yang menyenangkan? Tentu. Bagi saya, selain membuat saya harus belajar lebih banyak lagi, mengajar juga jadi sarana untuk memantain kemampuan komunikasi verbal. Walaupun memang, mengajar itu melelahkan. Untuk 2 jam pelajaran, waktu yang diperlukan untuk persiapan dan post-delivery juga tidak sedikit. Makanya saya jadi kagum kalau ada dosen yang bisa sehari mengajar sampai 4 jam nonstop.
Toh, akhirnya perjalanan saya di dunia akademisi tercukupkan sampai kemaren, paling tidak untuk saat ini. Alasannya? Saya pulang ke Lumajang sehingga tidak mungkin mengajar di ITB. Apakah saya ingin mengajar di tempat lain? saat ini belum, karena mungkin Bandung dan ITB masih jadi tempat paling nyaman yang susah membuat move-on.
Akhir kata, terima kasih untuk semua hal selama tiga semester ini. Semoga, kita dipertemukan di takdir lain dalam kebaikan.
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu