Cerita ini dimulai dengan dua orang
sahabat yang begitu dekat sejak mereka pertama kali mengenal arti pertemanan.
Mereka yang selalu saling membantu di kala suka dan duka serta terikat kenangan
masa kecil bersama. Dua orang sahabat dengan watak dan cita-cita yang berbeda,
tapi tetap saling bisa menerima.
Sebutlah Ihsan, seorang pemuda dari
keluarga sederhana yang sangat suka menulis. Banyak hal yang ia tulis sejak ia
berkawan dengan Randi. Ia percaya bahwa takkan pernah ada masa lalu yang dapat
terulang kembali dan salah satu cara untuk mengabadikannya ialah dengan
menulis. Randi tak banyak membuat karya berupa tulisan, tapi ia adalah seorang
pembaca dan pembicara ulung. Merekalah dua orang sahabat yang saling melengkapi
dengan cara dan keahlian masing-masing.
Pernah suatu ketika ada lomba baca
puisi. Mereka sadar akan kelebihan dan kekurangan mereka. Mereka tak berjalan
sendiri di jalan yang mereka yakini unggul daripada yang lain, tapi mereka
berjalan beriringan menggabungkan setiap keunggulan dan memperbaiki kelemahan
mereka. Ihsan dengan busur penanya sebagai alat pengukir kata di atas kertas
dan Randi dengan untaian katanya sebagai pembicara dari karya Ihsan. Bisakah
kamu menebak kelanjutan kisah ini? Mereka memenangkan lomba itu. Mereka
memenangkan lomba yang menjadi awal pencapaian mereka bersama selanjutnya.
SD, SMP, dan SMA mereka lalui
bersama. 12 tahun mereka saling berbagi cerita dan membuat kisah bersama dengan
teman-teman lainnya. Dua belas tahun mereka terbiasa berinteraksi layaknya
seorang adik dan kakak. Bukan sekedar canda dan tawa, tapi tangisanpun pernah
mereka bagi.
Bukan hanya pujian yang pernah
mereka lontarkan, tapi pukulan pun pernah mereka saling berikan. Sahabat
bukanlah ia yang selalu menganggap benar tindakan kawannya, tapi ia yang mau
dan berani membenarkan kawannya ketika ia berbuat salah.
Hingga
suatu saat tibalah masa di mana mereka harus berpisah, mereka berkuliah di
tempat yang berbeda. Kini mereka benar-benar berjalan di jalurnya masing
Lima belas tahun berlalu, Ihsan telah
menjadi seorang penulis buku-buku best seller dan tetap mempertahankan rumah
warisan orang tuanya. Sementara Randi, lulusan hubungan luar negeri itu menjadi
duta besar di negara sebelah. Keduanya hidup dalam kecukupan, tanpa kekurangan.
Itulah apa yang banyak orang fikirkan.
Pagi itu bukanlah pagi yang di
sangka Ihsan. Sahabatnya datang, dari negeri perantauan. Dengan berjuta cerita
dan ribuan pertanyaan.
“San, Kau selalu di sini? Di kota
kita ini?”
“Iya, Ran. Kota ini memiliki daya
tarik tersendiri buatku. Kota ini saksi bisu banyak kenangan yang pernah aku
buat. Tulisanku, pikiranku, anganku, semua tertaut pada kota ini.”
“Aku pun demikian. Tak ubahnya
seperti yang kau pikirkan.”
“Namun, san, ada satu hal yang
tertinggal ketika kita berpisah di jalan kita masing-masing dulu.”
“Barang apa yang tertinggal itu
San? Bukankah semua barang di rumah lamamu sudah kau pindahkan ke rumah barumu
di kota Universitasmu? Jujur aku tak menemukan apa-apa atau mendapatkan titipan
apa-apa dari penjaga rumahmu dahulu”
“Bukan. Apa yang tertinggal itu
bukanlah barang, San.”
“Lantas, apa yang kau maksudkan,
Ran?”
“Sederhana. Sahabat. Sahabat
terbaikku tertinggal di kota ini, di kota kita bermain sejak kecil. Mungkin di
negeri seberang aku bisa mendapatkan kilauan dunia dengan segala godaannya,
tapi tak untuk seorang sahabat yang benar-benar tulus membantu ketika aku ada
masalah. Seorang sahabat yang berani memukul pipiku hingga aku tak mau
menyapanya selama dua hari hingga aku sadar betapa salahnya diriku.
Sahabat, San. Engkau sahabat itu,
dan engkaulah salah satu harta ku yang paling berharga selain keluargaku.
Karena bagiku, sahabat bukan hanya seorang yang mampu membuatku tertawa ataupun
merasa bersalah, tapi ia pun orang yang mampu membangkitkan kenangan yang telah
menjadi masa lalu.
Terima kasih untuk setiap
bantuanmu.”
Dua orang sahabat itu hanya
terdiam. Pikiran mereka melayang ke masa kecil ketika keluguan menjadi dasar.
Mereka bernostalgia.
ini cerpen atau kisah nyata ya? ._.
ReplyDeleteCoba tebak, ini kisah nyata atau bukan :D
Deletebisa jadi bisa jadi :D
Deleteini cerpen kok, terinspirasi setelah melihat sesuatu :D
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete