Skip to main content

Posts

Mengingat 2021

Satu tahun, 365 hari, dan lebih dari 8700 jam. 2021 adalah tahun kedua pandemi dan tahun pertama sejak hijrah dari Bandung. Paling tidak, ada banyak hal yang terjadi dan tercapai di tahun kemarin. Sebagai pengingat, akan saya tuliskan di postingan ini. Januari Tidak banyak hal berubah di bulan ini, tapi untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, bisa melewati pergantian tahun tidak lagi hanya bertiga di Bandung melainkan bersama orang tua di Lumajang. Berbagai pace hidup yang awalnya sangat cepat dan menekan di Bandung, perlahan berubah setelah pulang. Bulan ini pula resmi menjadi remote worker dengan kantor di Bandung. Di bulan Januari pula, untuk pertama kalinya saya kembali membiasakan diri untuk bersepeda setelah vakum bertahun-tahun. Di Bandung, sama sekali tidak pernah bersepeda untuk olahraga, 2020 apalagi, hanya di rumah, olah raga sangat kurang. Beruntung, pulang menjadikan olahraga mungkin dilakukan. Bersepeda pertama di Bondowoso, short ride 10km. Februari Tidak banyak ha

Pertama Kali ke Ranu Klakah

Sebagai penduduk asli Lumajang, sepertinya saya cukup kurang jalan-jalan ketika SMA karena baru bulan lalu sampai ke Ranu Klakah. Selain Ranu Klakah, saya juga belum pernah ke Stasiun Klakah, hehe. Namun, akhirnya bulan lalu sampai juga dengan bersepeda. Stasiun Klakah Sebenarnya, rute ke ranu dan stasiun ini cukup jauh, paling jauh dibanding rute-rute lain, tapi buat saya ini lebih ringan karena elevation gainnya tidak semengerikan ke Loji Besuksat atau ke Senduro, jadi tinggal tahan kayuh terus saja. Selain itu, hal yang cukup seram di rute ini adalah, karena saya tidak pakai helm karena belum punya, disalip truk besar cukup bikin takut, tapi toh alhamdulillah bisa sampai dengan selamat dan aman. Pintu Masuk Ranu Klakah Ranu Klakah Ranu Klakah Pagi Hari Ketika sampai di sana sekitar jam 7 pagi, warung-warung masih belum buka. Mungkin karena memang masih terlalu pagi, alhasil hanya bisa foto di jalan utama saja. Jam segitu juga tidak ada biaya untuk masuk, tinggal masuk saja bebas lew

Menanjak ke Pura Mandara Giri Semeru Agung

 Pada 28 November 2021 lalu saya kembali menjajal jalanan Lumajang ke arah Senduro. Awalnya ingin sampai ke perkemahan Glagaharum, tapi saya sudah kadung lapar dan capek hingga akhirnya berhenti di pura Mandara Giri Semeru Agung saja. Sebenarnya, awal tahun ini saya juga sudah pernah ke sini, tapi bedanya kali ini saya pakai roadbike baru jadi punya pengalaman yang baru juga. Selain itu, sekarang saya juga menggunakan heart rate monitor sehingga bisa memastikan HR dikisaran 150 agar gowes tetap santai dan tidak terlalu capek. Dari sisi rute, saya rasa cukup salah pilih rute karena dari pulo - jokarto - karanganom, jalannya tidak cocok roadbike, lebih pas ketika pakai MTB dulu. Selepas dari karanganom, mengikuti jalanan utama dengan beberapa tanjakan curam sebelum masuk ke hutan jatian di senduro. Pokoknya, kalau sudah sampai ke hutan jatian senduro, sudah bisa lebih santai karena ke sananya, cukup landai sampai pura. Hutan Jatian Senduro Pura Mandara Giri Semeru Agung bersama si Hitam

Sobat Upgrade Plus-Plus

 Pada bulan april lalu saya membuat tulisan tentang pilihan saya untuk menjadi sobat upgrade ketimbang harus membeli sepeda balap baru yang harganya mencapai paling tidak 6 juta rupiah. Bulan demi bulan, saya mencoba mengganti komponen sepeda Polygon fork rigid saya mulai dari bottom bracket, hub free hub, ruji, dan yang paling baru adalah pedal di hari minggu lalu. Sebenarnya, saya punya prinsip, upgrade semaksimal mungkin sampai tidak bisa diupgrade atau costnya tidak efektif lagi. Contohnya, fork rigid ini sudah susah untuk diganti ban jadi ban balap karena ukuran rangka sepedanya terlalu kecil dan akan perlu pemotongan manual, jadi cerita mengganti ban balap harus diurungkan. Selain itu, FD nya juga sudah patah dan mencari FD yang sejenis lumayan susah dan biasanya malah harus ganti semuanya yang mana berarti mesti merogoh kocek lebih dalam. Upgrade Plus-Plus Balik ke cerita saya april lalu, salah satu alasan saya tidak mau beli sepeda balap baru ya karena harganya sangat mahal bag

Tentang Pantai

 Entah kenapa, pantai atau laut bisa sangat menarik untuk saya. Entah itu suasananya, gemuruh ombaknya, aromanya, atau bahkan keberadaannya sendiri. Bagi saya, tak peduli darimana asalnya, pada akhirnya, semua air akan kembali lagi bermuara ke pantai. Pun, buat saya, perasaan akan bermuara pada ia yang dituju dengan atau tanpa disadari. ..... Salah satu hal yang sangat saya rindukan saat di Bandung adalah..pantai. Bandung mungkin memang menawarkan banyak hal: hutan, kebun indah, air terjun, danau, dan lain sebagainya, tapi tetap saja ada yang terasa kurang, pantai. .... Kalau dipikir-pikir, sebenarnya aneh juga kalau saya merasa cukup punya keterikatan dengan pantai, toh, tidak ada kenangan dengan di pantai. Namun, justru mungkin itu juga yang membuat pantai spesial, saya punya tempat untuk sendiri, saya punya tempat untuk hanya sebatas duduk atau berdiri memandangi ombak yang kadang-kadang mendekati kaki saya setelah terdorong angin. .... Oh iya, pantai yang saya sambangi tadi pagi na

Kapan Harus Take Profit Dari Saham?

 Ketika sudah untung minimal 20%! Mungkin ada yang berpikiran demikian, tapi kalau buat saya sih enggak perlu setinggi itu. Dalam pikiran saya, saham ini instrumen investasi yang harus lebih baik dari reksadana pasar uang syariah. Jadi katakanlah di reksadana pasar uang syariah keuntungan tahunan yang bisa saya dapat adalah 6% maka setiap bulan keuntungannya adalah 0.5% yang mana ini adalah batas bawah saya untuk take profit. Idenya gini, kalau misal kita invest di saham tapi ternyata return bulanannya dalam satu bulan kurang dari return yang didapatkan dari reksadana, ya untuk apa? Jadi harus diatas itu. Nah, persoalannya di atasnya ini seberapa tinggi? 3%, 5%, atau bahkan 20%? Balik lagi, buat saya sih angka 3-5% sudah untung, karena jauh lebih dari reksadana, apalagi jangka waktunya kurang lebih satu bulan. Deposito aja 3-5% itu untuk satu tahun kan?  Hal ini juga yang menjadi rem untuk tidak greedy  dengan pikiran sendiri ah, tunggu dulu, ntar pasti naik.   Padahal ternyata besokny

Masih Tetap Ngoprek (?)

 Kalau dibilang, pekerjaan saya yang sekarang ini bisa dianggap banting setir. Sebelumnya, walaupun posisi saya sebagai System Engineer, tapi sebenernya intense banget di software engineeringnya. Nah, sekarang, ketika dapat posisi baru sebagai DevOps Engineer, pekerjaan utamanya ya beneran DevOps, automation, dan software engineering ini tidak seintense sebelumnya. Tampilan dev.aryya.id Dev.Aryya.Id Saya sih sadar kalau terlena dengan keadaan ini, bisa-bisa tahun depan saya udah bakal kaku untuk ngoding intense lagi. Akhirnya saya membulatkan tekat untuk mengaktifkan http://dev.aryya.id/  . Idenya sih sederhana, apa yang sudah saya oprek, akan saya publikasikan di sana supaya bisa dimanfaatkan oleh orang lain. Sekarang baru ada 3 hal yang published di sana: CVE Checker: api ini untuk mengecek CVE dari sebuah package dengan memberi masukan berupa full name dari package tersebut (rpm maupun deb) atau memberi info nama:versi dari package tersebut dns-record-query: api ini sesederhana untu