Skip to main content

Sobat Upgrade Plus-Plus

 Pada bulan april lalu saya membuat tulisan tentang pilihan saya untuk menjadi sobat upgrade ketimbang harus membeli sepeda balap baru yang harganya mencapai paling tidak 6 juta rupiah. Bulan demi bulan, saya mencoba mengganti komponen sepeda Polygon fork rigid saya mulai dari bottom bracket, hub free hub, ruji, dan yang paling baru adalah pedal di hari minggu lalu.

Sebenarnya, saya punya prinsip, upgrade semaksimal mungkin sampai tidak bisa diupgrade atau costnya tidak efektif lagi. Contohnya, fork rigid ini sudah susah untuk diganti ban jadi ban balap karena ukuran rangka sepedanya terlalu kecil dan akan perlu pemotongan manual, jadi cerita mengganti ban balap harus diurungkan. Selain itu, FD nya juga sudah patah dan mencari FD yang sejenis lumayan susah dan biasanya malah harus ganti semuanya yang mana berarti mesti merogoh kocek lebih dalam.

Upgrade Plus-Plus

Balik ke cerita saya april lalu, salah satu alasan saya tidak mau beli sepeda balap baru ya karena harganya sangat mahal bagi saya, mungkin bagi orang lain tidak. Namun, kemaren, entah bagaimana ceritanya, ketika saya hendak memasang pedal sepeda di bengkel, ada sepeda "balap" rakitan yang bertengger dan ternyata dijual. Punya siapa lagi kalau bukan punya abang pemilik bengkel. Setelah mencoba mengendarai sebentar, memang, beda bossss. Harga dan usia memang tidak bisa bohong. Sepeda merah saya ini sudah berumuh lebih dari 15 tahun, maka saya mencoba memantabkan hati untuk membeli sepeda abang bengkelnya karena harganya jauh dari harga sepeda balap baru yang sampai 6 jutaan itu. Alhamdulillah, setelah sepakat dengan harga dan cara pembayaran, sepeda bisa saya bawa pulang.

Kalau saja sepeda ini bisa tahan 5 tahun pemakaian, yang mana artinya 60 bulan artinya biaya yang harus saya keluarkan untuk sepeda ini setara dengan paket internet 6GB per bulan. Cukup murah kan? Ya harus, kalau mahal kan memang saya tidak mau beli hehe.

Makin Kencang

Tentu sayang kalau sudah upgrade sepeda tapi ternyata tidak berdampak signifikan, jadi kemaren perdana saya coba untuk gowes tipis 11km untuk membiasakan diri dengan road bike dan cek perubahan dengan rute yang biasa saya lewati.
Dengan memakai sepeda baru ini, untuk jarak segitu saya hanya perlu waktu 30 menit dengan avg speed 23.8km/h. Beberapa hari sebelumnya, dengan rute yang mipir menggunakan sepeda merah, statistiknya seperti berikut:

Lumayan kan ya, dengan EG lebih besar, avg speed lebih cepat menggunakan sepeda baru. Ya, saya cuman berharap semoga sepeda ini berkah sehingga manfaatnya bisa dirasakan maksimal. Sekarang, ada 2 sepeda yang siap pakai di rumah, jadi bisa sepedaan bareng istri hehehe.


Sampai jumpa di tulisan selanjutnya.




Comments

Popular posts from this blog

Setahun Bekerja dan Tinggal di Belanda

Sekarang sudah Desember 2024, artinya, sudah tepat 12 bulan sejak pertama kali aku mulai bekerja di Swisscom DevOps Center Rotterdam. Sebenarnya, sudah ingin menulis sejak enam bulan lalu, tapi kuurungkan sambil menunggu tepat satu tahun, selesai performance review untuk tahun 2024, dan menyelesaikan keseluruhan siklus musim di negara empat musim ini: winter, spring, summer, autumn. Balik lagi ke perihal pekerjaan ini, pekerjaan yang sebenarnya tidak aku bayangkan akan aku jalani jika ada yang bertanya, "Mau kerja di Belanda?", di sekitaran Mei 2023. Sebab, pada saat itu memang tidak ada rencana sama sekali. Aku, dan keluarga, sudah merasa nyaman bisa hidup di Lumajang dengan remote   working perusahaan Singapura. Bisa dekat dengan keluarga, dapat gaji di atas rata-rata, beban kerja tidak gila-gilaan, biaya hidup terjangkau, mau apa lagi? Tapi, toh, nyatanya aku di sini, berarti memang ada hal lain yang aku kejar.  Mendapatkan Pekerjaan di Belanda Sebenarnya, tidak ada alasan...

Pengalaman Berangkat Haji Tanpa Antri dari Belanda (2025)

Alhamdulillah.Pertama-tama, aku ingin mengucapkan syukur pada Allah yang sudah memberikan izin dan kuasa sehingga aku dan Nova untuk berhaji pada tahun 2025 ini dengan proses yang baik, lancar, dan nyaman. Di tulisan ini, aku coba untuk berbagi detil bagaimana kami bisa berangkat haji dari Belanda dengan periode waktu yang singkat, kurang dari 2 tahun sejak tinggal di Belanda. Suasana setelah Tawaf Ifadah dan Sholat Sunnah Keinginan Berhaji Pada tahun 2021 lalu, kami sudah melakukan pendaftaran haji reguler di Indonesia, aku pernah tuliskan prosesnya di  https://blog.aryya.id/2021/03/melaksanakan-rencana-yang-tertunda.html . Sayangnya, waktu tunggu untuk haji reguler kami adalah sekitar 30 tahun. Bagi kami, waktu 30 tahun bukanlah waktu yang singkat. Belum tentu tenaga yang kami punya di usia saat itu akan optimal untuk beribadah di tempat yang nan jauh di sana terlebih dengan cuaca yang sangat panas. Beberapa waktu setelahnya, kami melihat salah satu teman kami dan istrinya berang...

Hari pertama : Salam kenal dari BangSat

Salam kenal, Ca-Kawan :D Setelah sekian lama nge-blog karena keinginan sendiri tanpa keterikatan dan tuntutan maka sekarang saya sedang mencoba menaklukkan tantangan Bang Claude yakni “ Tantangan Ngeblog 30 Hari ”. Maklum, orang bergolongan darah B kan suka tantangan :p. Kalau biasanya saya bisa ngeblog sesuka hati, maka sekarang saya harus ngeblog dengan beberapa kriteria yang mungkin tidak asing, tapi tak begitu mudah dilakukan. Konsisten dan On Demand . Inilah poin penting yang menurut saya menjadi dasar diadakannya chalange ini. Oke, nama saya Aryya Dwisatya Widigdha. Saya biasa dipanggil Yayak, Aryya, Dwi, Satya, Widi, atau bahkan BangSat. Tiap nama panggilan punya sejarah masing semisal Yayak adalah nama panggilan dari orang-orang yang paling pertama mengenal saya seperti orang tua, saudara, teman sejak TK/SD. Aryya, panggilan dari rekan-rekan SMP dan SMA. Dwi, Satya, dan Widi merupakan panggilan yang kerap kali dilayangkan oleh kawan-kawan blogger, pecinta IT, dan ...