Skip to main content

Posts

Kuliah VS Bekerja

Banyak pemuda di Indonesia yang menunda kuliah karena masalah biaya sehingga memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan uang hingga nantinya dapat membayar biaya untuk kuliah. Kini saya bekerja, bukan karena kesulitan membayar biaya kuliah melainkan untuk mewujudkan salah satu impian saya ketika kuliah pada tahun ini. Source: dosbok.blogspot.com Dahulu, guru Matematika saya ketika SMP berkata, “Sudah lah, kalian mending lanjutin sekolah dulu ke SMA lalu kuliah, jangan kerja sekarang. Mungkin benar teman-teman kalian yang selepas SMP tidak melanjutkan pendidikan bisa membawa motornya ke hadapan kalian dalam waktu setahun atau dua tahun, tapi ketika kalian sudah lulus kuliah, insyaallah kalian pun dengan cepat bisa mendapatkan apa yang mereka dapatkan.” Satu poin penting yang ditunjukkan oleh guru yang amat saya hormati adalah pentingnya pendidikan. Jangan sampai pekerjaan mengalihkan pendidikan bahkan meiadakannya. Kini, saya bekerja, pun ketika

Peluk Aku Lagi

Maaf Maafkan aku yang tak pernah mengucap kata cinta padamu Sungguh ketika ku ingat lagi, engkaulah yang tak pernah mendapatkan kata cintaku Malah, saat denganmu pun aku masih sempat memikirkan yang lain Malah, saat denganmu pun aku masih mengucap kata cinta pada yang lain Maaf Maafkan lah aku yang mungkin seringkali melupakanmu dan lebih mengingat yang lain Sungguh ketika ku ingat lagi, justru engkau yang selalu ada untukku Malah, tanpa aku minta engkau selalu menemani Malah, tanpa aku menjerit pun engkau mendekatiku Bahkan, ketika aku tak pernah mengucap kata cinta padamu Engkau tetap menemaniku, tak memarahiku Sungguh, Aku mencintaimu meskipun tak ada kata cinta terucap Sungguh, meskipun kata cintaku tak hanya untukmu tapi engkau pun mendapatkan cintaku Sungguh, engkau yang paling mengerti daripada yang lain Sungguh, engkau yang paling bisa mendengarku berjam-jam Sungguh, engkau yang selalu menerimaku tak peduli seberapa sering aku pergi meninggalkanmu Bahkan meninggalkanmu untuk se

Merajut Impian Melalui Tulisan

Seorang kawan blogger pernah berkata, “Sebaiknya mimpi ditulis supaya kita selalu ingat dengan apa yang kita impikan” –Dina Kamila 20.11.2013 Lantas sekarang saya ingin menambahkan pernyataan rekan saya tersebut. Impian perlu kita tulis bukan hanya agar kita ingat tentangnya melainkan juga agar dengan perlahan ia menyugesti kita bahwa ia perlu diperjuangkan hingga akhirnya ia benar-benar menjadi kenyataan. Kali ini saya akan bercerita tentang beberapa impian yang telah saya tuliskan dan telah menjadi kenyataan. Pada tulisan sebelumnya, yakni pada Mengakhiri Tulisan di Kampus , saya dengan terang menyebutkan bahwa alasan saya lebih meningkatkan intensitas pulang ke kosan agar bisa memandangi impian saya. Ya, benar, dan alhamdulillah perlahan, satu demi satu, impian saya tersebut terwujud. Dari impian awal hingga tambahan yang kini tertempel di dinding kamar saya, satu persatu impian saya bisa membuat saya tersenyum. IP 4 Semester III Buruk Baik Meng

Fokus Mas! Jangan Setengah-Setengah

Kok masih sepi? Itulah pertanyaan yang menghampiri pikiran saya beberapa waktu yang lalu setibanya di kampus—sekitar 50 meter dari gerbang depan. Pasalnya, tempat yang saya lihat itu harusnya dikerumuni oleh banyak orang karena adanya program baru dari kampus yang notabene bisa dibilang promahasiswa. Berikut status salah satu dosen saya mengenai program tersebut. “ Info dari Pak Nana Syambas (ketua Koperasi ITB): Sarapan pagi gratis di KKP-ITB. Lumayan buat anak kosan. "Mulai minggu depan setiap hari Selasa, Rabu, Jumat. KKP-ITB akan meluncurkan program baru yaitu program sarapan pagi gratis hanya pada jam 6-7 pagi. Bagi civitas akademik, terutama mahasiswa dan karyawan. Untuk perkenalan pertama akan disediakan sebanyak 200 pak dan kedepan secara bertahap akan disesuaikan dengan banyaknya permintaan/kebutuhan. Tempatnya sementara di depan toko KKP di G-10, dekat ATM -ATM bank. Mohon dukungan dan doanya semoga program ini bisa berjalan dengan baik dan bermanfaat. Sa

Hanya di Indonesia #1

Hanya di Indonesia #1 Sudah sembilan belas tahun lamanya saya hidup di Indonesia. Menghirup udara segar dari negeri Zamrud Khatulistiwa ini. Sudah sekian waktu itu pula saya belajar mengenal Indonesia. Namun, nyatanya, negeri nan kaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini tak kunjung saya kenali sepenuhnya. Padahal ada sebuah pepatah tua berkata, “tak kenal maka tak sayang”. Lantas, dengan modal kenal saya yang masih sedikit akan Indonesia, akankah kasih sayang saya pun sedikit? #CintaIndonesia? Hampir 1040 minggu waktu yang saya punya saya habiskan di Indonesia. Namun tetap, belum semua hal tentang Indonesia yang saya ketahui. Masih banyak lubang di sana-sini yang harus ditutup supaya cinta saya akan negeri ini tak berlubang. Walaupun demikian, ternyata ada beberapa hal yang menurut saya hanya ada di Indonesia dan tidak ada di negara lain. Berikut salah satu cerita saya. Tukang Kunci Kemarin siang, saya berkesempatan untuk menikmati salah satu layanan yang