Skip to main content

Posts

Jakarta Seminggu : Masih Ada Harapan

“Waktu berlalu begitu cepat hingga terkadang kita tidak menyadarinya telah jauh tertinggal.”, Aryya Dwisatya Widigdha Minggu lalu, 28 Desember 2014 saya sampai di Jakarta bersama seorang rekan saya sebut saja Dede disambut dengan udara yang kering dan panas, tapi pagi ini hujan masih turun sejak kemarin. Alhasil, hawa sejuk bisa saya rasakan walaupun mempersempit ruang gerak saya. Minggu Pertama Rencananya, saya akan berada di Jakarta hingga beberapa minggu ke depan, sekitar pertengahan Januari 2015. Tak terasa, satu minggu sudah berlalu. Pertanda waktu kerja praktek saya pun semakin singkat. Sebenarnya, minggu ini bisa terasa lebih panjang, tapi karena ada libur tahun baru maka serasa pendek karena waktu efektif kami untuk kerja praktek hanya tiga hari dalam seminggu. Perekonomian Terpuruk Minggu pertama berada di Jakarta setelah sebelumnya cukup kenyang merasakan kehidupan di Bandung sebagai seorang mahasiswa merupakan sebuah fase yang sulit. Betapa tidak, saya

Pertama Jakarta

Minggu, 28 Desember 2014 Tak terasa liburan semester V bagi mahasiswa tingkat III seperti saya sudah jalan hampir seminggu. Walaupun jatah liburan saya sebenarnya hingga tanggal 19 Januari 2015, tapi toh nyatanya saya Cuma bisa pulang ke kampung halaman selama 4 hari saja karena ada agenda lain di kota rantau baru, Jakarta. Langkah Pertamaku Walaupun ini bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di Jakarta (sebelumnya pada bulan April 2014 untuk supporteran Imagine Cup), tapi inilah pertama kalinya saya berkelana di ibu kota. Mulai dari semprotan petugas halte, mencari kosan, menikmati makanan rumahan, hingga menahan godaan di pasar malam oleh karang taruna, jadi penghias cerita hari pertama saya di Jakarta. Untuk kalian, saya bercerita. ‘Semprotan’ Pertama Sekitar pukul 07.15, saya dan rekan seperjuangan saya sampai di pemberhentian travel di Jalan Blora. Sebenarnya, tujuan kami adalah Jalan Medan Merdeka Barat, tapi karena pemberhentian terdekat hanya ada di Blor

Memaknai Tiga Perkara Dalam Hidup

Mukadimah “People’s dreams never end”, Blackbeard, One Piece Impian manusia tidak pernah berakhir, karena ketika impian itu berakhir maka ia tak lagi layak disebut hidup karena jiwanya akan kosong, hampa. Saya yakin, setiap orang memiliki impiannya masing-masing. Entah ia mau mengungkapkannya atau mendiamkan impian tersebut hingga waktu ia tak lagi bisa bermimpi. Ada banyak tipe orang di dunia ini yang belum saya ketahui, tapi salah satu yang saya ketahui adalah ada orang yang dengan keyakinannya akan selalu berusaha untuk mewujudkan impiannya. Kali ini, saya akan mencoba kembali bercerita tentang tiga perkara yang selalu ada dalam kehidupan manusia, kehidupan kita. Perkara Pertama: Keinginan Saya punya banyak impian, begitu banyak impian yang saya buat semenjak saya lahir ke dunia ini, sayangnya tidak semuanya saya ingat. Hanya beberapa dari semua itu yang dapat saya ingat karena keterbatasan ingatan saya. Ketika masih SD, saya bermimpi untuk menjadi seorang ten

Umur Kebaikan

 “Untuk mengurus diri sendiri kita  bisa menggunakan pikiran atau otak, tapi untuk mengurus orang lain kita harus menggunakan hati.”, Hendro Triokta Brianto, 10 Desember 2014. Mukadimah Suasana kelas begitu ramai ketika salah seorang yang cukup bijak di umurnya mengungkapkan perkataan yang menjadi pembuka dari tulisan ini. ya, apa yang ia ucapkan tentang mengurus orang lain, bukan tentang dirinya sendiri. Dan tak lama setelah itu, pikiran saya melayang pada sosok seseorang yang sangat saya kagumi. Hidup lebih lama Banyak orang yang percaya bahwa dengan menulis kita bisa hidup lebih lama bahkan sampai seribu tahun. Hal ini terjadi karena bisa saja ketika kita meninggal, apa yang kita tuliskan masih saja dibaca, dipahami, dan dimanfaatkan. Namun ternyata, ada hal lain yang dapat membuat kita hidup lebih lama yakni dengan berbuat baik. “Engkau mungkin bisa hidup lebih lama dengan menulis, tapi tak hanya itu, berbuat baiklah, karena bisa jadi hal itu akan memperpa