Skip to main content

Posts

Arak-Arakan Wisuda Juli 2013 HMIF

“…semoga Tuhan pun mengapresiasi usaha keras kita selama ini” Itulah potongan orasi singkatku di depan keluarga CAPTCHA 2012 ketika kami bersama-sama menyambut kakak-kakak wisudawan yang baru keluar dari SABUGA menuju SARAGA. Ya, itulah kali pertamaku mengikuti prosesi arak-arakan secara langsung.  Siang itu terik matahari tak terlalu melukai kulit. Hujan yang telah mengguyur bumi Ganesha beberapa waktu sebelumnya menyejukkan suasana. Tanah becek SARAGA menjadi penghalang kecil kami dalam berjalan. Kami, CAPTCHA 2012 yang akan menyambut kakak-kakak wisudawan HMIF yang berjumlah 51 orang. Tak begitu lama setelah menunggu di depan pintu keluar, kakak-kakak wisudawan pun mulai terlihat keluar. Mereka mendekat. Hentakan kibaran bendera HMIF berhenti. Kami memberikan kado spesial untuk kakak-kakak wisudawan. Di saat itulah pikiranku mulai melayang. Ya melayang. Mengingat kakak kandungku yang sekarang sedang menjalani ujian akhir. Pikiranku melayang tentang senyum kakakku nant

Surat untuk Masa Remajaku

Hai masa remajaku, Surat in kutulis khusu untukmu, ya hanya untukmu walaupun nyatanya baru kali ini aku menulis surat untukmu. Bagaimana lagi, hanya kali ini saja aku serasa terpisahkan denganmu. Kamu   yang dulu selalu menghiasi keseharianku dengan canda, tawa, cinta,cita, rindu, tapi tidak cemburu. Hai masa remajaku, bagaimana kabarmu kini? Sepertinya sudah beberapa waktu aku tak bersama denganmu. Memisahkan dirimu dari ragaku yang tetap sama seperti dulu. Sebuah raga yang masih menampung otak yang sama, hati yang sama, bahkan impian yang sama. Hai masa remajaku, bukan tanpa alasan aku memberi jarak antara aku dengan dirimu. Bukan tanpa rasa rindu terhadapmu, tidak, rasa rindu itu ada. Namun, aku pun punya impian yang ingin aku gapai. Impian bersama seorang wanita yang kurelakan berjam-jam waktuku untuk menempuh perjalanan kerumahnya untuk mengutarakan niatku pada orang tuanya. Niatku untuk menikahinya. Wanita yang membuatku untuk pertama kalinya begitu blak-blakan di

Jadilah Lilin Bukan Kobaran Api

Jadilah Lilin Bukan Kobaran Api Di lingkungan kita, pasti banyak orang-orang dengan berbagai keunikannya. Pasti. Saya pun yakin, di sekitar kita, banyak individu-individu yang masih mengepompongkan dirinya. Berada dalam kantung-kantung serat perlindungan di dalam kegelapan yang nyatanya bisa ia hindari. Kita semua pasti pernah menemui seseorang yang begitu dominan dalam suatu kelompok atau malah seseorang yang begitu diam dalam suatu kelompok. Keanekaragaman itu wajar, tapi sebuah kesalahan apabila dalam suatu kelompok tersebut tidak ada kesempatan bagi setiap anggotanya untuk menempa diri, berlatih bersuara, berlatih berteriak, berlatih mengungkapkan dan menuangkan jutaan ide yang ada di pikirannya. Pernahkah kita menyadari betapa mendominasinya kita? Pernahkah kita menyadari betapa banyak orang yang seakan tak terlihat karena keegoisan kita untuk selalu terlihat? Pernahkah kita menyadari betapa takutnya orang lain berkata, mencoba menyuarakan pndapatnya karena kehadira

Kondom & BBM

Kondom & BBM Judul artikel ini memang agak nyeleneh seperti halnya pikiran saya ketika membahas hal ini bersama rekan-rekan ketika lingkar diskusi kemarin siang. Ya, kondom yang merupakan alat pengaman bagi para ‘jajaners’ merupakan salah satu solusi permasalahan negeri ini. BBM. Pembaca mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa BBM dikaitkan dengan kondom yang jelas-jelas penggunaannya sangat jauh berbeda. Sangat jelas penggunanya sangat jauh berbeda. Pun cara menggunakannya sangat jauh berbeda. Belakangan ini, fenomena seks bebas merupakan hal yang dianggap telah wajar, terlebih di kota-kota besar. Berita-berita tentang hubungan seks terlarang pun kian hari kian muda. Muda yang dimaksud disini adalah bila dahulu pelakunya adalah orang dewasa, SMA, maka kini sudah berlanjut ke palajar SMP atau bahkan pelajar SD. Miris. Sebenarnya, masalah seks bebas ini dapat diminimalisir dengan berbagai solusi. Namun, sebelum itu, silahkan simak beberapa alasan mengapa seks bebas

Kebenaran?

Kebenaran? Sudah beberapa waktu yang lalu saya menulis tanpa memberikan nyawa di dalam tulisan saya. Menyisipkan perasaan dalam katanya. Mengaitkan tiap harapan dengan harapan lain di tiap akhir kalimat. Pengantar : kebenaran Kebenaran, sebuah kata yang nampaknya dipuja-puja. Sebuah kata yang nampaknya ingin dimiliki oleh tiap orang untuk menjadi yang paling benar. Sebuah kata yang seolah-olah menjadikan seseorang seperti dewa tat kala ia memilikinya. Ya, kebenaran. Sebuah kata yang sarat makna, tapi sering tak sarati pemakna. Kisah tentang ‘kebenaran’ Ada sebuah kisah tentang seorang mahasiswa yang mengeluh atas nilai mata kuliahnya. Sebut saja dia si A. Dia mengeluh karena nilai mata kuliahnya begitu rendah, anggaplah ia mendapat indeks B sedangkan di luar sana, ada orang-orang yang menurutnya tak pantas mendapatkan nilai lebih darinya. Seorang yang menurutnya tak pantas menjadi orang yang beruntung. Orang-orang yang dianggapnya tak masuk logika mendapatkan nilai yang