Skip to main content

Mimpi Indah

Seringkali, saya tidur terlalu lama bukan karena terlalu capek. Sama sekali bukan.  Toh, sering juga capek banget, dan hanya tidur dua jam an saja. Namun, yang membuat saya sangat-sangat lama tidur adalah mimpi yang saya alami saat itu. Seperti tadi malam, yang membuat saya tidur hampir selama sembilan jam.

"Mereka yang telah pergi tidak benar-benar pergi, hanya saja mereka di sisi-NYA, di alam yang berbeda. Namun, mereka masih di dunia ini, di hati kita masing-masing."

Entah mengapa, saya sangat senang denagn mimpi malam ini. Kami berkumpul di suatu tempat, berkumpul untuk berdoa. Entah berdoa untuk apa. Namun, di mimpi itu saya jelas-jelas melihat Almarhum Lek Yudi, Almarhum Lek Hadi, Almarhum Lek Pur, dan Mas Anang. Tak ada raut sedih di wajah mereka. Semua senang. Alhamdulillah. Semoga merea tenang dan mendapatkan tempat yang baik di sana. Amin.

Bukan Yang Pertama
Bermimpi  mereka yang telah pergi bukanlah yang pertama, sudah beberapa kali. Oh iya, kalian pernah membawa efek dari mimpi ke alam nyata? Semisal mimpi terjatuh, lalu bangun berkeringan; mimpi menangis, lalu ada air mata; mimpi terlalu bahagia, lalu ketika bangun masih terbahak-bahak? Karena saya pernah, semuanya. Seperti mimpi itu tak boleh berakhir dan jadi kenyataan saja.

Selain itu, saya adalah tipe orang yang percaya bahwa mimpi bukan hanya sekedar mimpi. Entah itu adalah manifestasi alam bawah sadar saya, ataukah pesan yang hendak disampaikan. Seperti mimpi tadi malam, semoga berarti pesan baik. Sekali lagi, semoga yang terbaik pula untuk saudara-saudara saya yang telah pergi dahulu. Khususon ila ruhi Lek Yudi, Lek Hadi, Lek Pur, Mas Anang. Alfatihah.

Comments

Popular posts from this blog

Wirid Sesudah Sholat

Assalamualaikum, Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi tentang beberapa dzikir sesudah sholat yang saya amalkan beserta beberapa penjelasan pun sekaligus pengharapan yang ada di dalamnya. Basmalah (33x) Dalam memulai setiap pekerjaan, hendaknya kita memulainya dengan membaca basmalah supaya pekerjaan tersebut dinilai sebagai ibadah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata: “Tafsirnya adalah: Sesungguhnya seorang insan meminta tolong dengan perantara semua Nama Allah. Kami katakan: yang dimaksud adalah setiap nama yang Allah punya. Kami menyimpulkan hal itu dari ungkapan isim (nama) yang berbentuk mufrad (tunggal) dan mudhaf (disandarkan) maka bermakna umum. Seorang yang membaca basmalah bertawassul kepada Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat rahmah. Karena sifat rahmah akan membantu insan untuk melakukan amalnya. Dan orang yang membaca basmalah ingin meminta tolong dengan perantara nama-nama Allah untuk memudahkan amal-amalnya.” ( Shifatush Shalah , ha

Sobat Upgrade Plus-Plus

 Pada bulan april lalu saya membuat tulisan tentang pilihan saya untuk menjadi sobat upgrade ketimbang harus membeli sepeda balap baru yang harganya mencapai paling tidak 6 juta rupiah. Bulan demi bulan, saya mencoba mengganti komponen sepeda Polygon fork rigid saya mulai dari bottom bracket, hub free hub, ruji, dan yang paling baru adalah pedal di hari minggu lalu. Sebenarnya, saya punya prinsip, upgrade semaksimal mungkin sampai tidak bisa diupgrade atau costnya tidak efektif lagi. Contohnya, fork rigid ini sudah susah untuk diganti ban jadi ban balap karena ukuran rangka sepedanya terlalu kecil dan akan perlu pemotongan manual, jadi cerita mengganti ban balap harus diurungkan. Selain itu, FD nya juga sudah patah dan mencari FD yang sejenis lumayan susah dan biasanya malah harus ganti semuanya yang mana berarti mesti merogoh kocek lebih dalam. Upgrade Plus-Plus Balik ke cerita saya april lalu, salah satu alasan saya tidak mau beli sepeda balap baru ya karena harganya sangat mahal bag

Belajarlah Wahai Anak Muda!

Dahulu kala hiduplah seorang lelaki tua bernama Doyanta yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk reot di samping sungai. Tak ada yang bisa dibanggakan dari rumahnya, hanya sebuah gubuk dari bambu yang mungkin akan dengan mudah diterbangkan oleh angin pada zaman sekarang, betapa tidak, peti kemas saja yang begitu berat di Tanjung Priok bisa roboh tertiup oleh angin di zaman yang sudah edan ini. Rumah nya tak begitu besar malah dapat dibilang kecil, tak ada penerangan selain lilin kecil yang memberikan sedikit pencahayaan ketika malam hari selain rembulan yang terkadang pun pergi meninggalkan dirinya. Hidupnya sepi, sendiri, tak ada yang tau bagaimana masa lalu lelaki tua tersebut. Setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk merebahkan tubuhnya yang kurus kering itu di kursi yang tak jauh lebih gemuk dari butuhnya, mungkin sama ringannya. Matanya menerawang jauh menembus hutan, gunung, dan mungkin lautan. Beberapa waktu dia asyik hidup dalam dunianya sendiri, lalu lalang