Beberapa hari belakangan ini saya sering sekali mencari informasi tempat makan olahan kambing yang ada di Bandung. Lebih-lebih, yang ada olahan lidah. Maklum, sudah sangat lama sejak terakhir kali saya makan lidah kambing hehe. Sebenarnya, kalau mencari di Google ada beberapa opsi yang bisa dipilih untuk mengobati ngidam olahan kambing ini. Namun, karena jaraknya cukup jauh dari kontrakan, akhirnya males juga.
**
Pukul 22.00 tadi, saya baru bangun dari istirahat setelah sholat maghrib tadi dan apa yang saya rasakan saat itu sama dengan istri saya yaitu lapar. Alhasil, kami sepakat untuk keluar mencari makan. Awalnya kami mencari olahan kambing seperti sop kambing di daerah Dipatiukur, tapi urung akrena tempatnya kurang bikin sreg. Sempat ingin makan di Nasi Goreng Mafia, tapi ketika sampai di sana bertemu Demsy yang sudah 30 menit menunggu tapi tak kunjung mendapatkan apa yang dipesan. Alhasil, kami kembali lagi menjelajah jalanan Bandung di malam minggu ketiga bulan ini.
**
Pukul 22.00 tadi, saya baru bangun dari istirahat setelah sholat maghrib tadi dan apa yang saya rasakan saat itu sama dengan istri saya yaitu lapar. Alhasil, kami sepakat untuk keluar mencari makan. Awalnya kami mencari olahan kambing seperti sop kambing di daerah Dipatiukur, tapi urung akrena tempatnya kurang bikin sreg. Sempat ingin makan di Nasi Goreng Mafia, tapi ketika sampai di sana bertemu Demsy yang sudah 30 menit menunggu tapi tak kunjung mendapatkan apa yang dipesan. Alhasil, kami kembali lagi menjelajah jalanan Bandung di malam minggu ketiga bulan ini.
Walaupun sebenarnya, ketika berkendara harus fokus ke jalanan, toh pada nyatanya saya tidak konsentrasi karena berpikir tempat yang cocok untuk makan. Paling tidak tempatnya bersih, menyediakan olahan tanpa santan, dan enak. Akhirnya, saya memutuskan menuju daerah Kebon Kawung dekat Stasiun Bandung karena dulu saya pernah melihat banyak tulisan warung yang menyediakan olahan daging kambing. Tak berselang lama, akhirnya sampailah kami di salah satu tempat makan yakni Warung Sate Wong Kebumen Pak Ali.
**
Warung Sate Kebumen Pak Ali
Sejujurnya saya belum pernah ke tempat makan ini, tapi melihat ada daging yang digantung di luar dan embel-embel Kebumen, akhirnya saya memilih tempat ini. Untungnya, daftar makanan yang ditawarkan pun cukup menjawab kerinduan saya terhadap olahan kambing walaupun tidak ada lidah kambing.
Warung Sate Wong Kebumen Pak Ali |
Setelah berpikir sejenak, akhirnya kami memesan sop kambing, tongseng kambing, nasi putih (2), dan the manis (2).
Sebelum disantap |
Setelah disantap |
Kalau ditanya enak atau tidak maka jawabannya adalah sangat enak! Jujur, saya tidak dibayar untuk promosi tapi memang rasanya begitu enak dan membuat kangen olahan kambing terobati. Daging kambingnya besar, agak kenyal, tidak terlalu bau, tapi masih memberi aroma kambing. Selain itu, porsi daging yang diberikan juga tidak pelit alias membuat puas. Entah karena memang porsinya segitu atau karena di awal ketika pesan pakai bahasa jawa. Namanya sesama perantau, pasti ada lah rasa-rasa kedaerahannya.
Nah, kalau dari segi harga, saya bisa bilang sangat pantas! Untuk porsi sebanyak itu, harga yang harus dibayarkan adalah Rp,80.000,00-. Walaupun sebenarnya, kalau mau, makanan yang kami pesan bisa untuk 3 atau 4 orang mengingat dalam keadaan sangat lapar pun makanan yang kami pesan tidak sepenuhnya habis dan sudah sangat membuat kami kenyang.
Harga yang pantas untuk citarasa dan porsi yang ditawarkan |
Jadi, bila ingin mencari olahan daging kambing yang terbukti citarasanya bisa coba ke Sate Wong Kebumen Pak Ali di Jalan Kebon Kawung, sekitar 200 meter sebelum pertigaan setelah Stasiun Bandung.
Sekain dulu cerita malam ini.
Salam,
Aryya Dwisatya W
**
Ini mbak-mbak yang nemenin saya |
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu