Lelaki tak dapat dipisahkan oleh satu hal,
harga diri. Ketika ia terpisahkan oleh satu hal tersebut kelelakian seseorang
patut untuk diragukan karena harga diri itu lah yang menjadikan pembeda antara
lelaki dan non-lelaki.
Mungkin akan ada rekan yang bertanya mengapa
saya begitu rajin me-publish tulisan di blog di waktu yang se dini ini. Tunggu
dulu, sejatinya tulisan ini mulai saya buat pukul 03:51, bukan serta merta
datang dari langit dan terpampang di blog saya secara tiba-tiba melainkan
melalui proses yang cukup panjang.
Dari sini semua
berasal
Beberapa hari ini saya merasa tidak berguna,
benar-benar merasa menjadi manusia yang tidak berguna karena produktifitas
sangat rendah. Saya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk tertidur lelap di
kasur dingin yang tidak terlalu empuk tapi nyaman di tempat kos. Padahal, ada
banyak hal yang dapat saya kerjakan ketika saya tidak tidur.
Bukan, ini bukan tentang tubuh saya butuh
istirahat atau tidak. Namun, ini tentang konsistensi akan apa yang saya ucapkan
kepada orang lain. Apa yang saya sematkan ke telinga adik-adik saya dulu. Saya
seringkali berkata kepada mereka, “Kalian bisa lebih jauh dari ini. jangan
pernah meremehkan diri kalian.” Nyata, beberapa hari yang lalu ketika rasa
ngantuk dan malas datang saya justru dengan gampangnya tertidur dan tertidur.
Harga diri saya terusik. Bagaimana bisa seorang saya yang berkata demikian
justru dengan gampangnya terkalahkan oleh hal sepele yang kepada mereka saya
ajarkan untuk kuat. Saya cukup malu.
Pemaknaan
Memang benar, meskipun tugas besar sedang
menumpuk[1], tapi saya tidak mengerjakan satupun dari tugas besar yang ada.
Saya justru mengerjakan hal lain dalam menjalani tantangan yang saya ajukan
pada diri saya sendiri kemarin. Ada dua tujuan yang ingin saya capai dari
tantangan ini yakni
1.
Saya
ingin mengalahkan diri saya. Ya, saya adalah raja atas diri saya. Ketika saya
tidak mampu mengalahkan diri saya bagaimana saya bisa mengalahkan hal lain.
Bila saya tidak mampu memimpin diri saya, bagaimana saya bisa memimpin orang
lain? Omong kosong!
2.
Saya
ingin membuktikan pada diri saya bahwa saya bisa jauh lebih kuat dari kemarin.
Seperti yang diterangkan pada teori kurva, sekali saya bisa mengalahkan diri
saya maka tidak akan susah untuk mengalahkan diri saya untuk ke sekian kalinya.
Pun, ketika saya kalah dengan diri saya, tidak akan susah bagi saya untuk
dikalahkan lagi dan lagi.
3.
Saya
ingin sholat shubuh tepat waktu. Sejujurnya beberapa waktu terakhir saya
terlambat sholat shubuh. Dengan menjalani tantangan ini, saya bisa menyambut
adzan shubuh.
Terkadang, hal seperti ini adalah hal sepele
bagi kebanyakan orang. Namun, tidak bagi saya. Hal ini adalah pembuktian oleh
diri saya sendiri, dari diri saya sendiri, dan untuk diri saya sendiri[2].
Dengan melampaui apa yang saya tantangkan sendiri, saya bisa membuat diri saya
yakin bahwa memang saya berhak memimpin diri saya sendiri.
Salam,
Pemenang tantangan diri
Aryya Dwisatya Widigdha
[1] Ada beberapa tugas tugas besar: Inteligensi
Buatan, Pemrograman Berbasis Web, Jaringan Komputer, Humand and Computer
Interaction
[2] Mirip seperti prinsip demokrasi
Wah saya buka PC hurufnya kecil kecil ya. Size nya kecuil HIehiehiee. Jadi harus besarkan layar dulu. Perbesar Font nya
ReplyDelete