Setelah gagal pada perjalanan ke B29 sebelumnya
yakni pada Oktober 2013 lalu, akhirnya saya dan rekan-rekan dapat memuaskan
hasrat yang menggebu selama beberapa waktu yang lalu untuk menikmati keindahan
ciptaan Tuhan di puncak B29 (Bukit 2900 meter di atas permukaan air laut)
Argosari Lumajang. Berikut adalah catatan perjalanan saya yang dapat
rekan-rekan gunakan sebagai referensi untuk menuju ke B29 sebatas untuk
menikmati keindahan desa di atas awan maupun melakukan hal lain.
Menetapkan Tujuan
Walaupun sebelumnya saya sudah pernah melakukan
perjalanan ke B29 di Argosari Lumajang, tapi saya tidak bisa menolak ajakan
rekan-rekan saya untuk camping selama
dua hari satu malam di sana. Apa alasan seorang saya untuk menolak alasan tersebut?
Selain pada perjalanan pertama dahulu saya dihalangi oleh cuaca yang tidak
mendukung, pada perjalanan kali ini pun ada beberapa momen yang bisa saya
nikmati dan mungkin tidak akan saya dapatkan lagi kesempatan lain untuk
menikmatinya yakni menikmati keindahan lautan awan, sunrise dengan kota
Probolinggo dan Lumajang sebagai titik muncul, dan sunset yang mampu membius
hati untuk terdiam beberapa saat. Oleh karena alasan itulah, saya bergabung
dengan rekan-rekan yang berjumlah sekitar 15 orang untuk melakukan camping.
Perjalanan
08.00 – Waktu yang telah ditentukan
Bila sesuai dengan rencana awal, seharusnya
pada pukul 08.00, saya dan kami sudah harus berkumpul di rumah Ketua Panitia,
sebut saja Lukman Hakim, untuk bersiap memulai perjalanan. Namun, karena adanya
perasaan tidak ada batasan waktu, akhirnya waktu yang telah ditentukan tertunda
beberapa waktu untuk mengumpulkan massa, mengisi bensin, menyiapkan perbekalan,
dan berbagai hal lain yang tidak ada dalam rencana seperti ngopi di pagi hari
dan menggoda teman yang baru datang. :D
10.30 – Waktu keberangkatan
Memulai awal keberangkatan dari Desa Tempeh
yang berjarak 10 KM dari kota Lumajang dan 30 KM dari Kecamatan Senduro, kami
melalui rute Jalan Raya Tempeh à Sumbersuko à Labruk à Purwosono à Senduro à Kandang tepus à Argosari à Puncak B29. Secara umum, rute
menuju B29 tidak susah untuk ditemui. Insyaallah penduduk setempat dapat
memberikan penunjuk arah agar rekan-rekan dari luar kota tidak tersesat. Hanya
saja, silahkan gunakan beberapa kata kunci ketika bertanya seperti Argosari,
B29, dan penampungan.
Pada pukul 11.00 kami sudah sampai di daerah
pasar Senduro untuk menunggu beberapa rekan yang masih tertinggal dan melakukan
reshuffle pengendara karena ada
penambahan massa. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan.
11.30 – Waktu Istirahat
Sekitar pukul 11.30 kami memutuskan untuk beristirahat
sejenak sekaligus melakukan sholat Jumat. Cuaca saat itu agak mengkhawatirkan
karena awan mendung sudah berada di atas kepala dan sudah ada tanda-tanda dan
hujan. Benar saja, ketika kami melakukan Shojat Jumat, gerimis turun. Alhasil,
kami menunda perjalanan untuk beberapa waktu hingga dirasa keadaan memungkinkan
karena prioritas kami di sini adalah keselamatan mengingat variasi kemampuan
berkendara yang kami miliki.
Jalan yang masih manusiawi |
Bukit di samping kiri kanan jalan |
Hendrik - Rouf - Saya |
Tak berselang lama, kami melanjutkan perjalanan
karena ingin mendapatkan sunset.
Sayang banget kan udah berangkat pagi tapi enggak dapat sunset? :D
15.00 – Waktu Pendakian I
Jadi, untuk menuju puncak B29 ada dua cara yang
dapat digunakan yakni menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau jalan kaki.
Mobil benar-benar tidak bisa menuju puncak karena hanya ada satu jalan menuju
puncak dan di samping jalan adalah jurang yang amat dalam. Sedikit kesalahan
dan keteledoran bisa menyebabkan nyawa melayang.
Sayangnya, untuk menuju ke atas, ada tiga faktor
penting yang harus diperhatikan yakni sepeda motor yang digunakan, kondisi
jalan, dan kemampuan kemudi joki. Bukan masalah apa, tapi jalanan menuju puncak
bukanlah jalanan aspal yang memberikan kenyamanan lebih melainkan tanah yang
sewaktu-waktu bisa saja longsor dengan lebar kurang dari 2 meter pada bagian
dekat puncak. Ketika ada dua motor untuk ojek saling berpapasan, harus ada satu
yang mengalah lantas berhenti.
Untungnya, sebelum puncak ada tempat penitipan
sepeda motor yang jaraknya sekitar 0.5 KM dari puncak sehingga jarak yang harus
ditempuh baik bila jalan kaki ataupun naik ojek relatif lebih pendek. Bisa
sangat menghemat tenaga mengingat keadaan di puncak jauh lebih ganas daripada
kondisi naik.
Untuk kami sendiri, waktu yang kami perlukan
untuk naik ke atas hingga puncak B29 dari tempat penitipan motor adalah sekitar
45 menit hingga satu jam. Cukup lama mengingat kekuatan fisik masing-masing
kami berbeda dan barang bawaan kami cukup banyak sebagai kebutuhan bersama.
Memang melelahkan, tapi ada sesuatu yang mampu
membayar rasa lelah kami di atas sana. :)
16.00 – Kami Tiba, Puncak B29
Inilah waktu yang kami tunggu, kami sudah
sampai di puncak B29, rasanya duduk adalah sebauh kewajiban dan ada perasaan
aneh yang menyebabkan saya tersenyum sendiri untuk beberapa saat. “Ini tempat
yang saya lewatkan tahun lalu.” Kami beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga,
menikmati pemandangan, dan menyiapkan tenda.
Tanah lapang tempat berkemah |
Semua Dimulai dari
Sekarang!
18.00 – Misi I
Waktu menunjukkan sebentar lagi sudah saatnya
untuk Sholat Maghrib dan langit sudah menunjukkan tanda-tanda keindahannya.
Langit yang tadinya tertutup kabut sejenak cerah dan berubah warna menjadi orange dan menarik perhatian banyak dari
kami. Dari sana lah cerita ini sebenarnya di mulai. Panca indera saya bekerja
sangat baik saat itu hingga mata saya mampu memandang dengan jelas betapa
indahnya salah satu ciptaan Tuhan, kulit saya mampu merasakan dengan pasti
betapa dinginnya hawa yang dihembuskan oleh angin, pun telinga saya
mendengarkan keheningan yang ada di sana.
Sunset |
Got you! Saya mendapatkan momen sunset yang begitu indah. Misi
terlaksana. :)
18.40-23.30 – The Milky Way
Selepas menikmati indahnya sunset, kami mencoba beradaptasi dengan tenda dan lingkungan
sekitar. Api unggun belum dinyalakan karena masih terlalu pagi untuk pagi menyala.
Angin di atas cukup besar untuk membuat api cepat membesar dan menghabiskan
kayu kami. Otomatis, ketika kayu habis, kami hanya bisa diam kedinginan. Oleh
karenanya kami melakukan penghematan.
The Milky Way – Satu hal yang sebenarnya sangat
saya ingin lihat di puncak B29 yakni langit malanya. Saya benar-benar yakin bahwa
akan ada masa saya menikmati indahnya langit malam itu. Benar saja, dengan mata
telanjang saya bisa menikmati ribuan bintang bertaburan di angkasa dan nampak
garis-garis Bima Sakti seperti pada gambar yang biasanya saya lihat di
buku-buku atau di internet. Kini saya melihatnya langsung. Sayangnya, kamera
saya tidak sanggup mengabadikan keindahan tersebut. Tapi hati saya mampu untuk
itu.
Inginku melukiskan indahnya langit malam ini untukmuTapi apa daya seorang akuAku makhluk yg tak bisa menandingi sang kuasaInginku menggambarkan keindahan yang ku nikmati malam iniUntuk ia yang bagiku indah, kamuAngin dingin dan hujan menjadi penhiring kesadarankuBahwa keindahan harus didahului perjuanganBahwa keindahan tak selalu datang dalam waktu yang lamaDan kesadaranku muncul sesudahnyaHal terindah tak pernah bisa ku abadikan dengan potret ini ituMaupun tulisan yg kubuat seindah dengan meneteskan air mataNamun, ia bisa diabadikan dengan menjadikannya sebuahKenangan
Tak berselang lama, kami mulai menyalakan api
unggun.
Api unggun untuk menghangatkan badan |
Dan tak mau kalah juga, hujan turun. Acara
berhenti dan kami masuk ke dalam tenda masing-masing. Anggota tubuh sudah
sangat tersiksa dengan dingin yang ada meskipun dua kaos, dua jaket, dua
celana, dan dua penutup kepala menjadi alat tempur saya. Tapi tetap saja hawa
dingin masih mampu memeluk saya dari segala arah. Terlebih ketika air hujan
merembes dari tenda tempat kami beristirahat. Keadaan makin parah, tapi dari sana
lah muncul banyak tawa hingga teriakan.
23.30 -- Teriakan Tak Terduga
Mayday mayday mayday, teriak salah satu kawan saya.
Awalnya teriakan tersebut ditanggapi bercanda oleh kami semua, tapi ternyata
memang terjadi bahaya. Salah satu kawan saya yang memotret indahnya langit
malam itu menggigil keras. Pelukan sudah tidak mampu menghangatkan dia.
Akhirnya, doa dilantunkan untuk menyembuhkan teman saya tersebut. Tak ayal, dia
yang tadinya menggigil keras makin menjadi. Hawa dingin membuat tangan dia tak
bertambah dingin melainkan panas dan mencengkeram kuat ketika dibacakan doa.
Dia hampir kesurupan. Alhamdulillah tak berselang lama kondisinya membaik
setelah benar-benar selesai dibacakan doa.
Mungkin siluet yang nampak bisa menjelaskan sedikit tentang teriakan tak terduga tersebut |
Akhirnya, teman saya yang menggigil tersebut
bercerita bahwa ia diberikan penglihatan bahwa penduduk lokal terusik dengan
kehadiran kami. Kehadiran kami yang datang dengan ramai serta sesekali berkata
kurang pantas di daerah orang serta buang air kecil tanpa izin. Alhasil, ada
banyak penduduk lokal yang tertarik kepada kami.
Suasana malam itu mencekam. Teriakan yang
tadinya terdengar dari hampir semua tenda mendadak lenyap. Topik pembicaraan lagi
ngetren tentang makhluk halus dan hampir dari kami semua takut untuk membuang
air kecil lagi malam itu. Jantung saya berdetak lebih cepat. Kami berusaha
untuk tidur.
05.00 – Menyambut Sang Dewi
Meskipun malam sebelumnya terdapat kejadian
mencekam, tapi tetap saja kami harus melanjutkan kegiatan kami. Pagi itu bara
api masih tersisa sedikit, beberapa orang melingkar untuk menghangatkan badan
dan kaki yang basah akibat air hujan yang merembes pada tenda. Kami menunggunya
muncul, Sang Dewi.
Persiapan menyambut sang dewi |
Sekitar 05.30, ia muncul, memberikan kedamaian
untuk kami selama beberapa waktu.
Sun Rise I |
Dan sunrise
yang mampu mendamaikan hati untuk beberapa waktu itu perlahan berubah
menjadi lautan awan dari waktu ke waktu hingga nampak jelas betapa luasnya
hamparan awan yang ada di depan mata kami.
Lautan awan |
Saya dan lautan awan |
08.30 – Terima Kasih B29
Sudah tiba waktunya untuk kami kembali ke
kehidupan kami seperti biasanya setelah puas menikmati apa yang diciptakan Tuhan.
Banyak cerita yang tercipta walau hanya dalam satu malam, ada cinta yang
bersemu walaupun hanya lewat satu kejujuran, dan ada hal yang tak bisa dengan mudahnya
saya tuangkan dalam cerita di sini. Terima kasih untuk dua hari yang
menyenangkan tersebut, B29 Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang.
Desa di Atas Awan.
Dari Saya untuk Anda
Setelah sesi sebelumnya saya bercerita tentang
pengalaman saya, berikut akan saya berikan beberapa tips atau pengetahuan yang
saya peroleh.
Untuk wisatawan
Ketika rekan-rekan adalah wisatawan luar kota
dan membawa mobil, maka parkirkan mobil rekan-rekan di desa terdekat dengan
puncak lantas gunakan jasa ojek untuk menuju puncak. Harga sekali naik adalah
sekitar 35 Rb untuk dari gerbang Argosari dan 15Rb bila dari portal parkir
akhir sepeda motor.
Sebisa mungkin gunakan motor gede ketika naik.
Diperkenankan menggunakan motor bebek, tapi jangan sampai berboncengan karena
medan yang tidak semudah yang bisa dibayangkan ketika hujan. Lagi-lagi, lebih
baik parkirkan motor di tempat penitipan akhir lantas gunakan jasa ojek untuk
naik ke puncak.
Gunakan pakaian tebal yang tahan angin dan uap
air. Pakaian kain nampaknya lebih hangat daripada jeans. Pertimbangkan bahwa kecepatan angin dan dingginnya udara di
atas lebih tinggi daripada di bawah. Tidak semua orang kuat hanya menggunakan
pakaian seadanya.
Jaga ucapan dan tindakan. Karena itu adalah
tempat asing, maka jaga ucapan dari ucapan yang tidak pantas dan tindakan yang
tidak baik. Sama-sama menghormati mereka yang ada di sana saja.
Jaga kebersihan. Salah satu Sapta Pesona adalah
kebersihan, maka mari jaga kebersihan area B29 ketika kita kesana.
Untuk rekan-rekan yang memang ingin menginap, usahakan
tenda rekan-rekan tahan dari hembusan angin yang kencang dan tahan air. Selain
itu bawa juga sleeping bag agar tidur
rekan-rekan lebih nyaman. Jangan juga lupa membawa obat-obatan pribadi khawatir
ada sesuatu yang tidak diinginkan
.
Dokumentasi lengkap ada di : https://www.facebook.com/a.dwisatya/media_set?set=a.10202384812241043.1073741881.1215045293&type=1
Demikian persembahan saya untuk rekan-rekan.
Yuk datang ke Lumajang. :D
Salam,
Aryya Dwisatya Widigdha
Comments
Post a Comment
Tanggapilah, dengan begitu saya tahu apa yang ada dalam pikiranmu