Skip to main content

Posts

Data Driven Self Evaluation [?] Untuk Kesuksesan Tugas Akhir

Akhir-akhir ini sering lah kita mendengar istilah-istilah data driven bla bla bla bla dan seteusnya. Nah, saya coba jadi orang latah dengan membuat judul yang demikian. Namanya, Data Driven Self Evaluation yakni Evaluasi Diri Didorong Data. Kalau definisi saya sih, intinya evaluasi yang berdasarkan data. Lho,evaluasi bukannya harus selalu dengan data? Untuk orang-orang seperti saya sepertinya butuh yang taktis, data. Mungkin kalau sudah mumpuni, bisa lah ya pakai "rasa" saja. Latar Belakang Beberapa minggu yang lalu saya sempat kaget mendengar jawaban kawan saya (dewa) ketika saya tanya progres tugas akhirnya, "Sudah 50% an lah.", Anjai kuda, sudah jauh kali ni orang. Ku tanya lagi lah dia, "seriusan kau?", "Iya lah, gue ngerjain nya siang malam!". Mampus, di saat tugas akhir ku tak kusentuh dan mungkin bad sector di HDD. (penggunaan kata aku dan saya digunakan kondisional, tidak konsisten, dan bisa jadi bercampur-campur). Saya

Lost Stars

Please don't see just a boy caught up in dreams and fantasies Please see me reaching out for someone I can't see Take my hand let's see where we wake up tomorrow Best laid plans sometimes are just a one night stand I'd be damned Cupid's demanding back his arrow So let's get drunk on our tears and Karena terkadang yang terindah tak bisa dilihat dan tak bisa digapai Karena terkadang yang terbaik hanya bisa dirasakan sesaat Dan terkadang keindahan harus dibayar dengan airmata God, tell us the reason youth is wasted on the young It's hunting season and the lambs are on the run Searching for meaning But are we all lost stars, trying to light up the dark? Lantas mengapa waktu begitu cepat berlalu Begitu cepat padahal diri ini masih ingin di sana Who are we? Just a speck of dust within the galaxy? Woe is me, if we're not careful turns into reality Don't you dare let our best memories bring you sorrow Yesterday I saw a lion kiss a deer Turn the

Arti Cinta

Karena terkadang mencintai berarti memberi jarak Dari ia yang menjadi kunci naik turunnya cinta dalam dada Bukan untuk pergi Bukan pula untuk menyakiti Melainkan untuk menjaga hati Karena dekat tanpa melekat adalah siksa Dan cinta tanpa bisa memiliki adalah racun dalam darah Maka memberi jarak untuk sementara adalah yang terbaik Karena setiap jalan selalu ada akhirnya Dan bisa jadi, kita berakhir di tempat yang sama Keabadian cinta Saat kata tak lagi lebih berarti dari penantian yang sudah begitu lama

LGBT Tanpa Agama

Beberapa waktu belakangan, mungkin dalam hitungan tahun, isu LGBT (Lesbian Gay Bisexual Transgender) semakin marak diperbincangkan dan katanya menuntut eksistensinya. Pada tulisan ini, saya akan mencoba membahas LGBT tanpa melibatkan agama. Jadi, silahkan saja anggap saya tidak beragama dari awal tulisan hingga tulisan ini berakhir.  Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri sehingga saya memiliki sikap terkait isu ini mengingat sangat mungkin isu ini berdampak bagi saya dan orang-orang terdekat saya. Lantas, mengapa tidak ditinjau dari surut pandang seseorang yang beragama? Well, tidak semua orang percaya agama, tidak semua orang mempercayai kebenaran suatu agama, dan yang terpenting adalah saya mencoba lebih se-frekuensi dengan berpikir memakai nalar dasar manusia. Mari kita mulai. Simbol LGBT source: wikipedia What is LGBT stand for? Menurut Wikipedia, LGBR merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (1), yakni sebutan bagi orang-orang yang menyu

Duh, Dasar Ilat Ndeso

Semester 6 lalu, saya dan dua orang rekan saya yakni Riky dan Tutut mengerjakan tugas mata kuliah Sistem Informasi. Nah, karena harus benar-benar datang ke suatu perusahaan, akhirnya kami mengajukan proposal pembuatan sistem informasi ke suatu perusahaan reparasi barang elektronik. Beruntung, di akhir pengerjaan proyek, si bos perusahaan tersebut memberikan “hadiah” berupa makan-makan gratis. Alhasil, kami bertiga makan di Hanamasa pada Selasa, 26 Januari 2016 kemarin. Yah, lumayan walaupun sudah tertunda hampir enam bulan lamanya. Haha /**/ via hanamasaresto.com Bagi yang belum tau, Hanamasa adalah restoran dengan gaya all you can eat makanan Jepang. Jadi, pembayarannya dihitung per orang. Satu orang akan dipatok dengan harga tertentu dan bebas makan sesuka hati sampai kenyang-lapar-kenyang. Ambil bahan sendiri seperti daging ayam, ikan, sapi, sayur, dan lain sebagainya lantas memasaknya sendiri pada tempat masak yang ada di meja. Enak ya? Pada kesempatan perdana saya dan RIk

Kebenaran 240p

Beberapa waktu lalu sempat ramai menjadi perbincangan terkait video polisi yang melakukan tilang terhadap sopir taksi yang berhenti di sekitar rambu-rambu dilarang parkir. Tentu, ada pro kontra terkait apa yang dilakukan oleh polisi tersebut. Namun, benarkah sesederhana itu? Kali ini, saya akan mengajak pembaca sedikit berpikir lebih dalam.   Klik Untuk Memutar Sopir Taksi Itu Benar Bila merujuk pada Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan maka dengan jelas diterangkan definisi berhenti dan parkir. Bapak tersebut dapat menjelaskan definisi yang ada sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa bapak tersebut benar. Namun sayangnya, pada akhirnya bapak tersebut dikenakan tilang dan harus mengikuti sidang. Untungnya, saat sidang seseorang dapat melakukan pembelaan dengan memberikan penjelasan. Polisi Itu Salah Berdasarkan undang-undang yang sama, polisi itu salah, lha wong sudah jelas definisi berhenti dan parkir itu berbeda tapi tetap saja dipersamakan.