Skip to main content

Posts

Aku Mengalahkan ‘Mu’!

Lelaki tak dapat dipisahkan oleh satu hal, harga diri. Ketika ia terpisahkan oleh satu hal tersebut kelelakian seseorang patut untuk diragukan karena harga diri itu lah yang menjadikan pembeda antara lelaki dan non-lelaki. Mungkin akan ada rekan yang bertanya mengapa saya begitu rajin me-publish tulisan di blog di waktu yang se dini ini. Tunggu dulu, sejatinya tulisan ini mulai saya buat pukul 03:51, bukan serta merta datang dari langit dan terpampang di blog saya secara tiba-tiba melainkan melalui proses yang cukup panjang. Dari sini semua berasal Beberapa hari ini saya merasa tidak berguna, benar-benar merasa menjadi manusia yang tidak berguna karena produktifitas sangat rendah. Saya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk tertidur lelap di kasur dingin yang tidak terlalu empuk tapi nyaman di tempat kos. Padahal, ada banyak hal yang dapat saya kerjakan ketika saya tidak tidur. Bukan, ini bukan tentang tubuh saya butuh istirahat atau tidak. Namun, ini tentang konsi

Hati-Hati Wabah SKP Mulai Menyerang Bandung!

Bandung, Hujan yang melanda Kota Kembang semenjak seminggu yang lalu ternyata mengakibatkan dampak yang cukup serius. Selain jalanan yang sebelumnya kering dan kini menjadi basah akibat hujan yang hampir dapat diprediksi datang pada setiap sore hari, suhu di Bandung pun mengalami perubahan yang signifikan. Cuaca Bandung Kini dan Kemarin Berbeda dengan ucapan yang dilontarkan salah satu mahasiswa asal Indramayu, “Bandung sekarang makin panas!”, sebut saja Gilang, pada sekitar satu bulan yang lalu, ternyata kondisi cuaca Bandung kali ini justru berbalik menjadi dingin. Akibat dari perubahan cuaca yang cukup cepat ini menyebabkan banyak orang yang mulai berjatuhan akibat sakit. Sakit yang umum dialami antara lain, flu, pilek, demam, dan berbagai sakit lain akibat perubahan cuaca yang tiba-tiba. Salah satu wabah yang muncul adalah wabah SKP[1].  Wabah SKP Mulai Menyerang! Wabah SKP merupakan salah satu wabah yang cukup berbahaya terutama bagi kalangan akademisi. Wabah in

Berusahalah Sekarang

Kapan? | Kapan? | Kapan? Nampaknya, pertanyaan seperti itu lah yang sangat sering meghampiri saya dan seorang yang sangat setia kepada saya. Bisa jadi, pertanyaan tersebut bukan hanay datang dari rekan-rekan saya, tapi juga rekan-rekan dia yang bahkan tidak mengenal saya. Saya , kami tidak tahu motif dibalik setiap pertanyaan yang mereka lontarkan kepada kami, tapi yang kami tahu, sebelum ini kami belum memiliki jawaban pasti kapan atas jawaban dari pertanyaan tersebut. Terkadang pertanyaan setipe itu cukup membuat kesal, bisa jadi sudah ratusan orang yang bertanya. Namun, ketika direnungka kembali, bisa jadi kemudahan yang kami dapat karena doa dari ratusa orang tersebut yang ketika bertanya seringkali kami timpali dengan , " doakan saja ya" . Entah, saya tidak tahu dengan pasti, terlalu banyak rahasia yang tidak segera bisa diungkap. Berusaha Sekarang Ketika seorang berkata, "berjuanglah di waktu yang tepat", kami justru mencoba untuk berjuang di waktu yan

Kegagalan Kesekian

"Tak peduli menang atau kalah, tapi mencoba mengusahakan segala sesuatu sebaik mungkin adalah intinya." --Aryya Dwisatya W Dalam dua bulan belakangan, saya mendapatkan dua kegagalan. Pertama, gagal menjadi pemenang GEMASTIK VII kategori keamanan jaringan setelah tersisihkan pada tahap kedua. Kedua, gagal menjadi pemenang Material in Research pada EMINEX 2014. Pahit memang, tapi cukup menyenangkan. Seringkali kita belajar banyak dari suatu kegagalan. Memang benar, kegagalan nampaknya lebih memberikan pelajaran karena lebih memberika efek tamparan. Namun perlu diingat, gagal bukan akhir dari dunia! Ketika gagal lolos ke tahap ketiga pada gemastik kemarin, jujur saya cukup kecewa. Kecewa karena ada satu teknik yang tidak terpikirkan untuk kami coba pergunakan ketika praktik online. Selain itu, saya terlalu terpaku pada format laporan yang sangat tidak memuaskan, alhasil, kami gagal. Cukup untuk dikenang :) Berselang beberapa waktu setelah itu, tepatnya pada ming
" Manusia cenderung mendekat kepada dia atau mereka yang bisa membuatnya nyaman. Hingga akhirnya serasa tidak ada sekat yang memisahkan mereka. Saat itulah mereka bisa dibilang bersahabat. Namun terkadang ada saat ketika tanpa disadari muncul dinding yang tak terlihat. Yang membuat tawa menjadi dingin, sapaan menjadi hampa, dan tatapan tak lagi bermakna ." --Aryya Dwisatya Widigdha