Kau takkan mengerti lukaku Menghadapi entitas sepertimu Kau takkan mengerti dukaku Merasa tersalahkan oleh ampas -nya sikap dan prematur-nya tuduhan mu Seenak hati menyalahkan padahal dirinya tak juga benar Dengan enaknya membenarkan diri setelah menyalahkan sebatas untuk kembali menyalahkan Oh…kau takkan mengerti lukaku Menerima kata-kata emosional-mu yang tak kunjung terimprovisasi Jemuhnya diriku akan kemonotonanmu Yang dari dulu itu-itu saja yang jadi bahanmu Kau takkan mengerti bosanku Karena labilnya sifatmu yang ini begini yang ini begitu Padahal selokan saja masih konsisten mengalirkan air Entah bercampur sampah ataupun muntahan orang-orang yang telah mabuk Lagi-lagi kau masih tak bisa mengerti Mungkin engkau bisa menuliskan cerita indah versimu Dengan alur menarik yang tak pernah bisa ditebak oleh siapapun Cerita itu adalah hakmu, milikmu Engkau bisa menuliskan aku menjadi milikmu, Tapi hatiku adalah milikku Dan adalah hakku
Walaupun tak semua hal, tapi ada yang perlu dituliskan