Skip to main content

Posts

Jemu

Kau takkan mengerti lukaku Menghadapi entitas sepertimu Kau takkan mengerti dukaku Merasa tersalahkan oleh ampas -nya sikap dan prematur-nya tuduhan mu Seenak hati menyalahkan padahal dirinya tak juga benar Dengan enaknya membenarkan diri setelah menyalahkan sebatas untuk kembali menyalahkan Oh…kau takkan mengerti lukaku Menerima kata-kata emosional-mu yang tak kunjung terimprovisasi Jemuhnya diriku akan kemonotonanmu Yang dari dulu itu-itu saja yang jadi bahanmu Kau takkan mengerti bosanku Karena labilnya sifatmu yang ini begini yang ini begitu Padahal selokan saja masih konsisten mengalirkan air Entah bercampur sampah ataupun muntahan orang-orang yang telah mabuk Lagi-lagi kau masih tak bisa mengerti Mungkin engkau bisa menuliskan cerita indah versimu Dengan alur menarik yang tak pernah bisa ditebak oleh siapapun Cerita itu adalah hakmu, milikmu Engkau bisa menuliskan aku menjadi milikmu, Tapi hatiku adalah milikku Dan adalah hakku

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. Oleh Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono

Mantan Kekasih

“Ada wanita yang lahir untuk kita miliki seluruhnya, hati maupun raganya, dan adapula wanita yang hanya kita bisa miliki hatinya tanpa bisa raganya kita miliki.” –Aryya Dwisatya W Berbicara tentang mantan kekasih, mungkin quotes tersebut sangat tepat untuk lelaki seperti saya. Saya tidak mengelak ketika disebut pecinta wanita, memang benar saya pecinta wanita dan saya sangat ingin setiap menit dalam hidup saya selalu mendapatkan perhatian, kasih sayang, maupun cinta dari wanita yang juga saya sayangi ataupun cintai.  Sebenarnya, apa yang terjadi pada saya tidak lepas dari apa yang saya tonton ketika kecil. Benar sekali ketika orang-orang berkata anak kecil adalah peniru yang ulung. Ketika kecil, saya banyak menonton tontonan yang berbumbu cinta, entah itu dari dalam negeri ataupun laur negeri sebut saja: Amigos, Rosalinda, Romance in the rain, tersanjung, dan lain-lain. Akhirnya, jadilah saya yang seperti ini. Horai!   Romance in The Rain Bila berbicara tentang

Ketika Kita Bertemu Lagi

Tak terasa memang, sudah lebih dari lima tahun sejak terakhir kali kita bertemu. Ya, mau bagaimana lagi, sejak upacara perpisahan kita waktu itu dengan Abdi sebagai pemberi sambutan, kita menapaki jalan kita masing-masing. Ada yang bekerja, ada yang menikah, dan banyak yang melanjutkan sekolah ke SMA. Jujur saja, sejak saat itu wajah-wajah kalian sudah jarang menghiasi pikiranku. Paling tidak hingga acara kemarin, momen sederhana ketika kita kembali berkumpul untuk menggenapkan puasa hari itu. Buka Bersama Berawal dari sebuah SMS tak jelas yang mengajak untuk buka bersama, aku datang ke tempat makan yang tak jauh dari rumah. Hanya 10 kilo meter dengan perjalanan tidak lebih dari 15 menit menggunakan motor. Jauh lebih cepat ketimbang harus menempuh jarak tersebut di Bandung layaknya dari Tamansari ke Cibiru yang mana menghabiskan waktu hingga setengah jam, cukup melelahkan meskipun ada sesuatu berharga yang menunggu di sana. Maaf, saya terbawa suasana. Hakim, Rizal, dan